Terima Kasih telah Mengikuti Cerita ini. Yuk dukung terus dengan memberikan ulasan bintang lima dan GEMS sebanyak-banyaknya.
"Selamat pagi istriku, apa kabarmu? Bagaimana rasanya?"Laila menatap Darma, rasanya tak percaya saat tersadar dari pingsan, justru pria itu sudah berada di dekatnya."Auw ...sakit!"Laila berteriak dan menatap kebagian tubuh bagian bawahnya. Matanya melotot saat melihat seorang pria baru saja menghujamkan senjatanya ke miliknya."Apa yang kau lakukan Mas? Tolong aku."Laila menangis dan memohon, sudah cukup seminggu ini dia menjadi pemuas nafsu. Tak hanya pria tapi juga wanita yang menyimpang."Kenapa? Bukankah kau begitu senang saat berada di bawah tubuh mas Diki? Aku begitu baik hingga membuatmu teriak setiap malam. Lihat aku memberimu bonus dengan bersetubuh dengan pria itu."Laila berusaha bangkit namun pegangan pria itu begitu kuat. Hujaman senjatanya begitu menyakitkan bagi miliknya."Ampuni aku mas, aku sudah tak kuat lagi."Darma tertawa mendengar rengekan Laila. Wajahnya memerah bila ingat perlakuan wanita itu, saat memadu kasih dengan saudara kandungnya."Kau yakin ingin mem
"Maya, kau Maya kan? Wah kau tampak berubah. Aku dengar kau di campakkan suamimu, tapi kenapa kau bisa hamil? Jadi benar kau sudah menjadi simpanan om-om tajir."Maya menelan ludah, saat mendengar ucapan wanita yang belum dia kenal itu. Herannya wanita itu tau namanya."Aku Hera, tak kan kau lupa dengan wanita yang tunangannya kau curi."Maya menarik napas saat mendengar nama wanita itu. Wanita yang pernah salah paham ternyata sampai sekarang masih."Kau salah Hera, aku tak pernah merebut tunanganmu. Karena aku memang tak mengenal pria itu, kau juga tau suami pertamaku bukan kekasihmu, jadi buat apa kau bertahan dengan tuduhan palsu itu?"Maya jadi kesal setelah bertemu dengan wanita ini. Buka mulut tanpa berpikir sama sekali."Sayang, ada apa? Siapa wanita ini?"Fandy menatap wanita yang tadi dia dengar menghina istrinya. Dia sempat menunggu hingga tau kalau wanita ini salah paham."Mas Fandy. Kau benar-benar mas Fandy? Ya Allah akhirnya kita bertemu lagi."Fandy terkejut saat Hera m
"Istrimu sedang hamil Fan, jangan kau buat dia tertekan terus. Ulahmu bisa mempengaruhi perkembangan bayi kalian."Fandy menarik napas panjang setelah mendengar ucapan mamanya. Wanita itu marah karena kedatangannya di sambut dengan wajah sedih menantunya."Hera itu teman kecilku Ma, kami tak pernah bertemu tau-tau kami berjumpa di mall. Wanita itu membuat istriku cemburu buta, aku tak pernah membohongi Maya sama sekali."Fandy terlihat kesal karena masalah yang datang membuat istrinya sedih. Dia memang tak ada hubungan dengan Hera, entah darimana wanita itu tau dirinya."Herannya bagaimana bisa dia mengenalimu dan Maya, kalau memang tak pernah bertemu. Mama kok gak percaya begitu saja dengan alasanmu itu."Fandy semakin pusing karena mamanya pun tak percaya sama seperti Maya. Dia benar-benar tak pernah bertemu dengan wanita itu, heran juga darimana Hera tau wajahnya dan wajah Maya setelah dewasa."Kalau begitu caritau, mama rasa ada persengkongkolan di sini. Mama juga heran karena kit
"Jadi ini yang kau lakukan di belakangku? Kau berselingkuh dengan adik kandungku!"Maya tersentak mendengar teriakan itu. Dia berusaha melihat siapa pelakunya, sayang terhalang dinding pembatas ruangan. "Sepertinya ada suami menangkap basah istrinya yang berselingkuh. Sayang aib rumah tangga harus diumbar depan umum."Maya terdiam mendengar ucapan mama mertuanya. Dia diam bukan karena mertuanya bicara, tapi dia seperti tak asing dengan suara pria itu."Memangnya kenapa kalau aku berduaan dengan adikmu? Lihat tempat ini ramai. Seharusnya kau marah ketika melihatku berduaan satu kamar berbagi peluh, bukan marah melihat kami makan begini."Kali ini Fandy yang terkejut karena dia seperti kenal suara itu. Dia tak sadar kalau sang istri meliriknya tajam."Sepertinya ada yang kenal dengan suara wanitanya. Apa ada debaran dan ketakutan Mas, kalau begitu silahkan lindungi mantan klienmu itu."Fandy menatap istrinya, dia tak sadar kalau kini kedua wanita istimewanya tengah menatap dengan marah.
Semua orang teriak, karena melihat Maya menyiram wajah Dewi dengan air kobokan. Wanita itu berdiri dengan keadaan yang menyedihkan."Selain tingkah laku mu, kau harus memperbaiki kualitas make-up mu juga. Beli yang bagus jangan yang murahan, jadi gak belepotan saat kena air."Mendengar ucapan Maya mereka menatap ke arah Dewi. Terdengar jeritan kecil begitu melihat wajah wanita itu."Aku akan menuntutmu, dasar perempuan bodoh!"Dewi berteriak dan buru-buru kabur ke toilet. Dia harus memperbaiki wajahnya daripada malu."Katakan pada wanita gatal itu. Aku akan menunggu tuntutannya, agar aku bisa membuatnya semakin malu."Maya berjalan pergi meninggalkan ketiga pria itu. Setelah sadar Fandy langsung mengejar istrinya, Darma menatap nanar mantan istrinya."Andai kau segalak ini saat aku membawa Karin. Mungkin kita akan baik-baik saja May, aku menyesal kehilanganmu."Darma berkata lirih, namun terdengar juga di kuping Diki. Pria itu tertawa melihat adiknya menyesal kehilangan istri sebaik Ma
Dewi tertawa mendengar permintaan Diki. Wanita itu menepuk pipi suami sirinya."Sadar dirilah sedikit, hidup menjadi benalu membuatmu lupa berpikir. Kau pikir mudah mengambil hartaku, sebelum itu terjadi aku akan hancurkan dirimu."Dewi mendorong tubuh Diki hingga terjungkal. Setelah itu dia masuk dan menutup rumahnya dengan rapat."Buka pintunya De, atau aku dobrak sekalian!"Diki terus mengendor pintu rumah istri sirinya. Dia kesal karena wanita itu benar-benar tak memperdulikan dirinya."Pergi dari sini atau aku panggil warga, agar membuatmu babak-belur Mas."Dewi bicara dari balik jendela. Diki benar-benar marah melihat istri sirinya."Kau jangan menantang ku De. Cepat buka pintu aku mau istirahat."Dewi tetap tak membuka pintu, membuat Diki marah dan bersiap mendobrak pintu rumah."Berhenti pak Diki! Tolong jangan membuat keributan. Mbak Dewi sudah menghubungi saya dan meminta untuk meminta pak Diki segera pergi dari sini."Diki semakin marah, saat melihat pak RT datang bersama be
SEORANG PERAMPOK BERHASIL DIRINGKUS POLISI.Deadline sebuah berita online, membuat Maya terpaku. Bukan hanya judulnya, tapi pria itu jelas dia kenal orangnya."Mas Diki? Dia ditangkap karena merampok."Maya menutup mulutnya dengan tangan karena terkejut. Dia tak menyangka mantan Abang iparnya, berprofesi sebagai perampok.Cup ...."Ish ...mas malu di lihat mama."Maya memasang wajah kesal pada suaminya. Karena pria itu tiba-tiba mencium bibirnya, bukannya takut Fandy justru meletakan kepalanya di pangkuan sang istri, lalu mencium perut buncitnya."Wah anak papa sedang main bola rupanya."Fandy tertawa senang, saat tangannya mendapat tendangan dari dalam perut istrinya. Pria itu terlihat asyik sendiri, tanpa menghiraukan Maya yang menatapnya kesal."Kenapa? Serius amat sampai suami mengucap salam tak dijawab.""Waalaikumsalam."Maya mengulurkan tangannya, sedangkan Fandy melotot padanya. "Terbalik sayang, harusnya aku yang mengulurkan tangan."Fandy mengulurkan tangan dan membawanya k
Sembari jalan Fandy pura-pura mengomel. Namun langkahnya terhenti saat mendengar suara dari depan rumah, dia melangkah menuju balkon untuk melihat ada apa di bawah sana."Wah ...bakal ramai tempat ini. Rumah depan sudah terjual rupanya."Fandy meringis, mendengar suara istrinya yang berdiri di belakangnya. Tak akan ada ketenangan kalau begini."Cinta membutakan mata hati Mas, pelakor bertambah satu depan mata pula."Fandy memijit keningnya mencoba menghilangkan pusing. Setelah Nora kini Dewi."Ampun dah ah, laki gak ganteng-ganteng amat, tapi pelakor sudah pada antri."Maya mengomel sendiri, dia melangkah keluar dari kamar untuk melihat tetangga baru mereka."Hai ...Tante kita akan jadi tetangga mulai sekarang. Semoga kita bisa segera akrab ya."Wanita itu melambaikan tangan kearah mertua Maya. Tepat saat dia keluar untuk melihat tetangga barunya."Jadi yang ketiga atau kumpul kebo Mbak?"Maya menunjuk pada pria yang baru keluar dari mobil. Pria yang pernah menjadi suaminya."Bukan ur