Terima kasih karena mengikuti cerita ini. Dukung terus dengan memberikan ulasan bintang lima dan GEMS sebanyak-banyaknya. Saya akan mulai aktif lagi setelah beberapa hari tak enak badan.
Semua orang teriak, karena melihat Maya menyiram wajah Dewi dengan air kobokan. Wanita itu berdiri dengan keadaan yang menyedihkan."Selain tingkah laku mu, kau harus memperbaiki kualitas make-up mu juga. Beli yang bagus jangan yang murahan, jadi gak belepotan saat kena air."Mendengar ucapan Maya mereka menatap ke arah Dewi. Terdengar jeritan kecil begitu melihat wajah wanita itu."Aku akan menuntutmu, dasar perempuan bodoh!"Dewi berteriak dan buru-buru kabur ke toilet. Dia harus memperbaiki wajahnya daripada malu."Katakan pada wanita gatal itu. Aku akan menunggu tuntutannya, agar aku bisa membuatnya semakin malu."Maya berjalan pergi meninggalkan ketiga pria itu. Setelah sadar Fandy langsung mengejar istrinya, Darma menatap nanar mantan istrinya."Andai kau segalak ini saat aku membawa Karin. Mungkin kita akan baik-baik saja May, aku menyesal kehilanganmu."Darma berkata lirih, namun terdengar juga di kuping Diki. Pria itu tertawa melihat adiknya menyesal kehilangan istri sebaik Ma
Dewi tertawa mendengar permintaan Diki. Wanita itu menepuk pipi suami sirinya."Sadar dirilah sedikit, hidup menjadi benalu membuatmu lupa berpikir. Kau pikir mudah mengambil hartaku, sebelum itu terjadi aku akan hancurkan dirimu."Dewi mendorong tubuh Diki hingga terjungkal. Setelah itu dia masuk dan menutup rumahnya dengan rapat."Buka pintunya De, atau aku dobrak sekalian!"Diki terus mengendor pintu rumah istri sirinya. Dia kesal karena wanita itu benar-benar tak memperdulikan dirinya."Pergi dari sini atau aku panggil warga, agar membuatmu babak-belur Mas."Dewi bicara dari balik jendela. Diki benar-benar marah melihat istri sirinya."Kau jangan menantang ku De. Cepat buka pintu aku mau istirahat."Dewi tetap tak membuka pintu, membuat Diki marah dan bersiap mendobrak pintu rumah."Berhenti pak Diki! Tolong jangan membuat keributan. Mbak Dewi sudah menghubungi saya dan meminta untuk meminta pak Diki segera pergi dari sini."Diki semakin marah, saat melihat pak RT datang bersama be
SEORANG PERAMPOK BERHASIL DIRINGKUS POLISI.Deadline sebuah berita online, membuat Maya terpaku. Bukan hanya judulnya, tapi pria itu jelas dia kenal orangnya."Mas Diki? Dia ditangkap karena merampok."Maya menutup mulutnya dengan tangan karena terkejut. Dia tak menyangka mantan Abang iparnya, berprofesi sebagai perampok.Cup ...."Ish ...mas malu di lihat mama."Maya memasang wajah kesal pada suaminya. Karena pria itu tiba-tiba mencium bibirnya, bukannya takut Fandy justru meletakan kepalanya di pangkuan sang istri, lalu mencium perut buncitnya."Wah anak papa sedang main bola rupanya."Fandy tertawa senang, saat tangannya mendapat tendangan dari dalam perut istrinya. Pria itu terlihat asyik sendiri, tanpa menghiraukan Maya yang menatapnya kesal."Kenapa? Serius amat sampai suami mengucap salam tak dijawab.""Waalaikumsalam."Maya mengulurkan tangannya, sedangkan Fandy melotot padanya. "Terbalik sayang, harusnya aku yang mengulurkan tangan."Fandy mengulurkan tangan dan membawanya k
Sembari jalan Fandy pura-pura mengomel. Namun langkahnya terhenti saat mendengar suara dari depan rumah, dia melangkah menuju balkon untuk melihat ada apa di bawah sana."Wah ...bakal ramai tempat ini. Rumah depan sudah terjual rupanya."Fandy meringis, mendengar suara istrinya yang berdiri di belakangnya. Tak akan ada ketenangan kalau begini."Cinta membutakan mata hati Mas, pelakor bertambah satu depan mata pula."Fandy memijit keningnya mencoba menghilangkan pusing. Setelah Nora kini Dewi."Ampun dah ah, laki gak ganteng-ganteng amat, tapi pelakor sudah pada antri."Maya mengomel sendiri, dia melangkah keluar dari kamar untuk melihat tetangga baru mereka."Hai ...Tante kita akan jadi tetangga mulai sekarang. Semoga kita bisa segera akrab ya."Wanita itu melambaikan tangan kearah mertua Maya. Tepat saat dia keluar untuk melihat tetangga barunya."Jadi yang ketiga atau kumpul kebo Mbak?"Maya menunjuk pada pria yang baru keluar dari mobil. Pria yang pernah menjadi suaminya."Bukan ur
Fandy terlihat pucat. Namun wajahnya begitu bahagia, saat melihat bayi yang baru lahir itu ada dalam pelukan ibu mertuanya.Rasa sakit di wajah dan kepalanya, tak sebanding dengan kebahagiaan yang baru saja diberikan oleh istrinya.Seorang bayi perempuan yang sangat cantik, dengan kulit bersih dan hidung yang lumayan mancung."Kau tak mau periksa sekalian Fan? Ibu kasihan melihat wajahmu. Sebrutal itu anak ibu padamu, hingga kau babak belur dihajarnya."Semua orang tertawa mendengar ucapan ibu Maya. Mereka tak salah karena memang dia habis ditampar, dipukul dan di Jambak, saat Maya berusaha mengeluarkan bayinya."Itu kan karena Maya kesakitan Bu. Selama ini dia Maya sayang dan manjakan, lihat saja wajahnya semakin tampan, sampai para janda klepek-klepek."Nah kan janda lagi yang dibawa-bawa. Sepertinya Maya masih belum melupakan para wanita yang mengejar suaminya."Janda?"Ibu Maya terlihat bingung namun mama Fandy segera berbisik di telinganya."Kalau begitu kau harus bangga May. Itu
"Wah, papa muda sedang berjemur sama dedek bayi. Namanya siapa Mas Fandy?"Aku keluar untuk melihat, siapa wanita bersuara mendayu itu. Begitu tau siapa wanita itu, aku hanya bisa menarik napas panjang."Mas, bawa shanum masuk. Takutnya ada setan lewat, nanti bisa bikin sakit anak kita."Aku melipat tangan di atas dada, berharap wanita itu segera pergi. Namun aku harus ekstra sabar, karena wanita itu ternyata mengikuti mas Fandy."Mbak mau kemana?"Aku segera menghadangnya, setelah mas Fandy masuk ke rumah. Wanita itu terkejut saat tubuhku menghalanginya."Aku mau ngobrol sama mas Fandy. Lagian ngapain kamu tanya begitu? Cemburu atau takut bersaing?"Ser ....Wanita itu berteriak, saat aku menyemprotkan air dari selang bekas mas Fandy mencuci motorku. Dasar gatal dia sampai tak melihat apa yang aku pegang."Maya! kau memang wanita bodoh. Tak bisa menghormati tamu, kau itu tak pantas bersanding dengan mas Fandy. Dasar perempuan sial."Plak ...."Sayang!"Aku menatap wanita yang mulai m
"Masih ada tamu May, coba lihat siapa yang datang."Maya bergegas keluar untuk melihat siapa yang datang. Matanya melotot saat melihat orang yang keluar dari dalam mobil."Mau apa mereka datang kemari? Perasaan tak ada yang mengundang."Maya berkata pelan, sembari menatap Fandy yang baru datang untuk menyambut tamu tersebut."Mas, tak ada mengundang ya. Jadi kecilkan bola mata itu, aku tak mau difitnah."Maya mendesis kesal, kalau bukan suaminya lalu siapa yang mengundang mereka."Sudah tak perlu pikirkan siapa yang mengundang, tapi pikirkan masih ada tidak makanan di dalam."Maya berdecak kesal bisa-bisanya Darma datang bersama ketiga wanitanya. Entah apa maksud pria itu datang di acara aqiqah putrinya."Siapa yang datang May?"Maya tak menjawab, dia hanya menghela napas dengan kesal. Moodnya ambyar melihat kedatangan mantan suaminya."Darma Bu, bersama istri dan selir-selirnya. Masih ada sisa makanan Bu, kalau tak ada biar mas Fandy beli ke luar."Ibu Maya segera melihat meja makan,
"Ada keramaian apa di rumah Mas? Tak mungkin mama membuat acara penyambutan Shanum."Aku dan Mas Fandy yang baru pulang dari rumah ibu, setelah acara aqiqah terkejut melihat banyak orang di depan rumah mama. "Sepertinya bukan dari rumah mama tapi dari tetangga depan Yang, lihat mereka berdiri menghadap kemana."Aku mengangguk tapi tak bisa melihat ada apa di depan karena terhalang penonton."Tetap di tempat dan jangan bergerak."Aku mengerucutkan bibir karena mas Fandy memintaku tetap di tempat. Padahal aku mau turun melihat, ada apa di rumah tetangga itu."Kau baru melahirkan dan dedek bayi masih rentan. Jangan keluar sembarangan."Aku hanya bisa mengangguk walaupun jiwa kepoku terus meronta. Biarlah mas Fandy berusaha melewati warga, agar bisa masuk ke halaman, di dalam kan ada mama bisa mengorek informasi darinya."Pelan-pelan!"Aku terkejut mendengar mas Fandy berteriak. Aku baru sadar kalau jalan hampir berlari."Iya ...iya Mas, aku akan jalan seperti putri keraton."Aku kesal me