"Hai gadis bernama Ruhcinta, kau sekarang sudah mengetahui siapa adanya Pajundai. Kalau aku boleh tahu, gerangan apa yang ada di balik pertanyaanmu terhadap orang itu?"
Ruhcinta tidak mau menerangkan hal yang sebenarnya. Gadis ini hanya menjawab: "Kau tentu sudah tahu manusia bagaimana adanya Jin Muka Seribu. JiKa manusia jahat seperti dia tidak segera dibasmi apa jadinya Negeri ini. Secara semena-mena dia telah memaklumkan diri sebagai Raja Diraja Segala Jin. Menjadikan dirinya sebagai makhluk Segala Keji. Segala Tipu dan Segala Nafsu”
"Aku setuju dengan pendapatmu Hai kerabat bernama Ruhcinta. Aku masih ada beberapa pertanyaan jika kau sudi menjawab”
"Aku akan menjawab kalau memang bisa kujawab," kata Ruhcinta pula.
"Dalam kabar yang kusirap kau juga menanyakan seorang bernama Jin Penjunjung Roh”
"Tentang nenek sakti itu, aku sudah mendapat jawaban, bahkan aku sudah menemuinya," kata Ruhcinta Lalu gadis ini bertanya. "Hai, apa m
"Para Dewi dari atas langit mengambil patung itu!" seru Ruhcinta. Gadis ini lalu cepat dekati Jin Patilandak. Sambil memegang bahu Jin Patilandak dia berkata."Hai kerabatku, patung itu tentu sangat besar artinya bagimu”"Patung itu sama dengan nyawaku.” kata Jin Patilandak. "Mengapa Para Dewi mengambilnya! Mereka mencuri patungku!""Aku yakin, Para Dewi tidak mencuri patung itu Hai Jin Patilandak." membujuk Ruhcinta. "Jika mereka melakukan sesuatu pasti ada sebabnya. Pasti ada hikmah kasih sayang dibalik kejadian ini”Jin Patilandak tiba-tiba menggerung lagi lalu melompat tegak. "Aku tidak percaya! Para Dewi itu selalu menjatuhkan tangan jahat terhadapku! Karena perbuatan mereka, ayahku lenyap tak tentu rimbanya! Ibuku tak diketahui di mana beradanya. Kini satu-satunya benda yang sangat kusayangi mereka ambil! Terkutuk! Jahat!" Saking marahnya Jin Patilandak hantamkan tangan kanannya ke pecahan batu besar yang ada di dekatnya. Batu itu
"Kita masuk sama-sama," kata Ruhcinta pula.Maka kedua orang itu pun masuk ke dalam. Semula mereka menyangka keadaan dalam goa itu gelap gulita. Ternyata ada cahaya terang di sebelah depan. Berjalan sejauh hampir lima puluh langkah, Jin Patilandak keluarkan seruan tertahan dan hentikan langkahnya."Ada apa.?" tanya Ruhcinta.Jin Patilandak memberi isyarat."Bicara perlahan... Lihat ke depan sana." Jin Patilandak miringkan tubuh sengaja merapat ke dinding kanan goa agar Ruhcinta dapat melihat jelas ke ujung goa.Sewaktu si gadis memandang ke depan, dia cepat tekap mulut menahan seruan yang hampir keluar dari tenggorokannya. Di depan sana, di ujung goa tampak tegak patung perempuan cantik yang sebelumnya ada di bukit dingin. Tak jauh dari patung ada sebuah obor yang nyala apinya mulai mengecil. Keadaan di dalam goa sejuk sekali dan ada bau harum memenuhi udara."Aku seperti pernah mencium bau harum ini sebelumnya.” bisik Ruhcinta.
"Patung batu, hanya sebuah benda mati menjadi bahan kekhawatiran ketakutan! Sungguh bodoh sekali Para Dewi di Negeri Atas Langit itu!" kata Jin Patilandak pula. "Aku menduga, salah satu dari Para Dewi yang mengambil patung ini adalah kau sendiri!""Patung itu bukan patung biasa Hai Jin Patilandak. Kau mengetahui sendiri. Mana ada patung biasa pandai berkata-kata. Mana ada patung batu bisa mengeluarkan air mata. Mana mungkin patung biasa mengucurkan darah ketika lehernya ditebas. Noda darah itu masih ada pada tubuhmu”Jin Patilandak pandangi dada dan kedua tangannya. Memang darah yang mengucur secara aneh dari kutungan leher patung perempuan itu masih melekat di tubuh Jin Patilandak."Aneh, mengapa kau tahu semua kejadian itu?" tanya Jin Patilandak."Tidak aneh, karena sejak patung itu berada di bukit batu dingin aku berada tidak jauh dari sana”"Apa kepentinganmu Hai Dewi Awan Putih?""Sejak lama antara kami bangsa Dewi terdapat
"Kalau begitu baiklah. Patung itu adalah tubuh kasar ibu kandung yang melahirkanmu. Ayahmu yang bernama Pahambalang membawa jenazah ibumu ke bukit batu dingin dan meninggalkannya di sana. Para Dewi khawatir satu musibah besar akan menimpa mereka jika jazad ibumu dibiarkan dalam keadaan seperti itu. Maka mereka menurunkan hawa dingin luar biasa hingga sosok ibumu membeku menjadi patung batu. Sosoknya memang berbentuk patung batu. Tapi ketahuilah sesungguhnya dia masih dalam keadaan hidup karena dia mendengar dan punya perasaan. Walau mungkin secara akal sehat kalian tidak bisa menerima kenyataan ini”Sekujur tubuh Jin Patilandak bergetar. "Tidak!" katanya dengan suara serak. "Aku bisa menerima kenyataan ini. Suara batinku sebelumnya memang sudah menduga begitu” Jin Patilandak memandang ke arah patung. Air mata meluncur ke pipinya yang penuh dengan duri-duri panjang berwarna coklat. "Ibu” Suara Jin Patilandak tercekat. Pemuda malang ini lalu jatuhkan dir
Suasana gelap dan sunyi mencekam. Saking sepinya suara tiupan angin terdengar jelas. Bayu memandang berkeliling lalu hendak melompat turun. Bintang cepat mencekal leher baju anak ini."Jangan bertindak gegabah! Pakai turun segala! Aku merasa bahaya berada di sekitar kita!""Tapi aku tidak melihat apa pun kecuali hitam gelap. Telingaku tidak mendengar suara apa pun! Maithatarun, apa benar ini kawasan yang disebut Pabukit Tanpa Mentari? Jangan-jangan kita tersesat ke tempat yang keliru!""Kita tidak keliru. Aku sudah pernah datang ketempat ini sebelumnya”"Jika ada undangan yang disebut makan-makan, apa pun namanya pasti bau makanan sudah sampai ke hidungku. Mungkin juga ada penyambutan yang meriah. Bukankah kita tamu-tamu agung yang perlu dihormati?" Bayu kembali berucap."Kita adalah tamu-tamu yang hendak dipesiangi oleh kaki tangan Jin Muka Seribu!" kata Bintang.Maithatarun hentikan kudanya di satu tempat. Dari balik pakaiannya dia m
Bayu berucap. "Kita di sini saja. Jangan buru-buru ke sana. Biar mereka membungkuk sampai berulang kali. Sampai kita puas melihat! Hik... hik!""Dasar gendeng! Orang mengincar nyawa kita! Kau masih bicara ngawur!" maki Ksatria Pengembara. "Kalau tidak untuk menyelamatkan kawan kita Arya itu, jangan harap aku mau-mauan ke sini!""Lagakmu! Tadi kau sudah keluar iler melihat punggung dan dada serta paha putih!" menyahuti Bayu.Jengkel Bintang sentil kuping kiri Bayu hingga meringis kesakitan dan mau membalas."Jangan bertengkar!" kata Maithatarun menengahi.Lalu dia memberi isyarat. "Kita turun. Ingat semua yang sudah diatur. Kalau selamat kita harus selamat semua. Kalau ada yang celaka, yang lain harus menyabung nyawa untuk menolong” Lalu Maithatarun melompat turun. Karena dia telah mengerahkan tenaga dalam maka sewaktu kakinya menyentuh tanah sama sekali tidak terdengar suara atau pun getaran."Aku tidak percaya kalau belasan gadis cant
Bayu dan Bintang delikkan mata. Tapi ketika para gadis memandang padanya, kedua orang ini langsung kuyu kembali. Tiba-tiba terdengar suara seperti dua piring kaleng diadu satu dengan lainnya. Lalu muncul sebuah gerobak terbuat dari besi. Seorang lelaki tinggi besar berkulit hitam yang mukanya bopeng, berambut panjang sepinggang dan bermata merah mendorong kereta itu. Setiap dia menyeringai kelihatan barisan gigi-giginya besar-besar. Pada lantai gerobak ada setumpuk kayu bakar menyala. Lalu pada palang besi yang melintang di atas gerobak, hampir tak dapat dipercaya dan sungguh mengerikan terikat sesosok tubuh manusia dilumuri minyak dan hanya mengenakan sehelai cawat kecil. Orang itu ternyata mau dijadikan kambing guling!Jarak antara sosok orang itu dengan api kayu memang cukup jauh tapi hawanya tetap saja panas bukan kepalang. Sosok tubuh yang malang itu kelihatan merah hampir melepuh. Tidak bergerak dan juga tidak bersuara. Mungkin sekali sudah tidak bernyawa lagi! Dan oran
Di atas meja, begitu membuat meja hancur berantakan Maithatarun langsung melompat ke arah juru masak muka bopeng. Kaki kanannya menderu ke kepala tukang jagal itu. Tapi dengan cepat si muka bopeng jatuhkan diri, berguling di tanah. Tubuhnya secara aneh berubah hijau pekat. Tangan kanannya memukul. Selarik sinar hijau pekat berkiblat. Bau amis menebar!"Pukulan Kelabang Racun Jin” teriak Maithatarun mengenali pukulan itu. "Jadi kau adalah Jin Kelabang Dari Bukit Racun!" Maithatarun cepat menyingkir selamatkan diri.Si muka bopeng bergelak. Saat itu dia sudah tegak berdiri dan berkata dengan suara keras. "Sayang kau mengenali diriku di saat ajal sudah di depan mata!" Orang ini kembali hantamkan tangan kanannya. Maithatarun gembungkan rahang. Tangan kanannya menggempur. Lima larik sinar hitam menderu dahsyat."Kutuk Api Dari Langit!" Kini si muka bopeng yang berjuluk Jin Kelabang Dari Bukit Racun itu yang berteriak kaget begitu mengenali pukulan yang dilepask
Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta
Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan
“Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be
Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan
Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike
“Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y
Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j
Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej
Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig