“Dokter Hardi, kamu harus menolongku. Orion dan Citra sudah keterlaluan. Bagaimana mungkin mereka melakukan itu pada orang tua mereka sendiri?”Erian berkata begitu sambil membuka pintu ruangan Dokter Hardi tanpa permisi, membuat dokter senior itu terlonjak kaget dan mendongak dari kertas yang tengah dipelototinya, ekspresinya campuran antara heran dan kurang riang dengan tingkah Erian yang tidak sopan itu.Tapi, Dokter Hardi memilih memakluminya karena dua alasan. Pertama, karena Erian adalah temannya. Kedua, sebab pengusaha hotel itu rutin berdonasi dengan jumlah besar untuk rumah sakit yang dikelolanya. Sehingga, Dokter Hardi berupaya mengendalikan diri dan bertanya. “Ada apa ini, Erian? Kamu membuatku benar-benar terkejut dengan masuk tanpa pemberitahuan seperti ini. Tidak biasanya kamu melakukan ini. Apa yang sudah mengganggumu?”“Orion dan Citra,” jawab Erian seraya melemparkan tubuhnya ke sandaran sofa empuk di situ kemudian memijit-mijit pelipisnya. “Saya tidak tahu apa yang m
Orion menoleh ke samping kanannya demi mendengar seruan itu dan tanpa sadar mulutnya berdecih dan matanya memutar tanda tidak suka. Tapi, untuk menghindari masalah serius yang bisa ditimbulkan oleh orang yang baru datang itu, terutama setelah ia baru saja bebas dari sel tahanan, Orion lekas-lekas menyetel ekspresinya agar terlihat riang-riang saja.“Ulfa,” sapa Orion dengan suara yang diupayakan untuk terdengar senang sambil menghampiri wanita cantik berambut panjang dan berponi yang tadi memanggilnya dari halaman parkir. Sialan, batin Orion di waktu bersamaan, kenapa Ulfa harus muncul sekarang, tepat saat dirinya berpikri akan menemui Citra? Istrinyalah yang ingin Orion temui duluan, bukan makhluk yang seharusnya jadi mantan selingkuhannya itu.“Sayang,” ujar Ulfa kelewat manja, tangannya menggayut lengan Orion dengan bersemangat begitu pria itu mendekatinya. Matanya berbinar-binar menatap wajah tampan Orion. “Kamu bebas hari ini? Wah, berarti aku datang di saat yang tepat, dong. Kit
“Jangan lakukan ini, Citra. Pikirkan baik-baik dulu. Di mana kamu bisa tinggal dalam keadaan seperti ini selain di sini? Kamu mau ditemukan oleh Erian? Atau, jangan-jangan kamu memang berniat untuk pergi memohon-mohon padanya agar menerimamu kembali dan melanjutkan hubungan menjijikkan kalian? Kalau memang seperti itu niatmu, pergilah! Aku saja yang terlalu bodoh karena menganggap kalau kamu benar-benar berubah.”Dokter Lavin pun melepaskan cekalannya pada lengan Citra secara sukarela kemudian membelakangi wanita itu dan berbalik menghadap ke dalam kamar, tangannya tersembunyi di saku celana bahannya. Kalau memang Citra mau pergi, lebih baik ia tidak usah melihatnya langsung. Hatinya sudah cukup sakit hanya dengan mengetahui jika wanita itu sama sekali tidak menghargai perjuangan Dokter Lavin untuk menolongnya.“Keputusan yang bagus, Lavin,” ujar Jian yang ternyata sedari tadi sudah menonton adegan antara putranya dan Citra itu dari pintu ruang keluarga. “Sudah seharusnya kamu bersika
Lalu lintas di pusat Kota Ryha ramai seperti biasanya. Berbagai macam kendaraan dengan beraneka rentang harga berseliweran dan berebut tempat di jalanan, berlomba-lomba mencapai tujuan secepatnya. Tapi, sebuah mobil mahal berwarna hitam yang bergerak mendekat mencuri atensi Erian yang tengah memelototi jalan raya dari balkon ruang rawat inap tempatnya berdiri.“Cih,” decih Erian tidak riang saat melihat mobilnya memasuki halaman parkir Rumah Sakit Ryha. Namun, ia tetap mempertahankan posisinya, menunggu salah satu dari dua pria penjaga keamanan di rumahnya keluar dari kendaraan mahalnya itu. Tapi, selewat beberapa menit, belum ada juga manusia yang menampakkan dirinya. Erian mendecih sekali lagi, pasti mereka berdua takut menemuinya.Sebagai gantinya, ponsel di saku seragam rumah sakit yang dikenakan oleh Erian memekik menandakan ada panggilan yang masuk. Dengan mata yang masih terarah pada mobilnya, Erian merogoh sakunya dan mengeluarkan benda pipih yang berisik itu dan menempelkanny
“Bagaimana? Aku pintar menjawab, kan?”Orion hanya melirik sekilas sebagai reaksi. Ia lebih sibuk memerhatikan kondisi lalu lintas yang ramai dibanding merespons perkataan Ulfa. Keduanya baru saja keluar dari gerbang kantor polisi Kota Ryha dan bergabung dengan ribuan kendaraan lain yang memadati jalanan. Situasi itulah yang dimanfaatkan oleh Orion agar bisa mengabaikan kalimat apapun yang melompat dari mulut selingkuhannya.“Kok kamu diam saja?” Ulfa bertanya lagi, nada suaranya menaik, wajahnya tidak elok dilihat. “Kamu marah padaku, Orion? Karena apa? Apa karena jawabanku pada para reporter tadi? Atau jangan-jangan, kamu memang tidak suka karena aku menemuimu di kantor polisi padahal sudah kamu larang?”“Bukan begitu, Ulfa,” ujar Orion berbohong. Nyatanya, ia memang sama sekali tidak riang dengan kedua hal itu. Tapi, sebisa mungkin Orion tidak mengatakannya sebab enggan menyinggung perasaan Ulfa yang sangat gampang meledak walaupun dipicu oleh sesuatu yang sepele. Ia tidak ingin me
Dokter Lavin menoleh ke samping dengan wajah terkejut saat mendengar bunyi benda berat jatuh yang ternyata adalah Citra yang menggelontor ke bumi. Pingsan. Pria itu terlalu terpana dengan keberanian ibunya sehingga tidak memerhatikan jika Citra lepas dari pegangannya dan menggelosor roboh. Dokter Lavin pun lekas-lekas berlutut di sisi tubuh mantan kekasihnya itu dan mengangkat kepalanya.“Citra, Citra! Bangun! Citra!” Dokter Lavin memanggil-manggil sambil menepuk pelan pipi Citra dalam upayanya untuk membangunkan. Tapi, wanita itu tetap tidak sadarkan diri. Ia kemudian memutuskan untuk mengangkat tubuh Citra ketika menyadari ada sesuatu yang mengotori tempat mantan aktris itu terkapar, tepat di bawah kakinya.“Darah!” Jian berseru kaget saat menghampiri anaknya karena tertarik oleh bunyi benda jatuh. Teflon yang telah ringsek tergeletak tidak berdaya di samping kakinya. “Kenapa ada darah, Lavin? Apa para preman itu sempat melukainya? Di mana yang luka? Kita harus cepat-cepat membawany
“Pak Erian, apa Anda ada di dalam? Tolong izinkan kami masuk!”Tok, tok, tok!Erian bergeming sambil bersikeras menutup mata di brankarnya, bertekad tidak akan membukakan pintu bagi para polisi itu agar mereka berpikir kalau dirinya tengah beristirahat, atau tidak sadarkan diri, sehingga mengurungkan niatnya untuk menanyai Erian dan pergi dari situ.Tok, tok, tok!“Pak Erian, biarkan kami masuk. Kami hanya mau bicara sebentar saja. Kami mohon kerja sama Anda, Pak Erian.”Tidak, Erian menggeleng di bawah selimutnya yang menutup sampai di dada. Ia tidak tertarik bekerjasama dengan para polisi jika hasilnya adalah kemerosotan harga sahamnya. Meskipun tidak terlalu signifikan, tapi performa hotelnya sudah turun akibat terbitnya artikel tentang perselingkuhan Erian dengan Citra, dan ia tidak mau pamor hotel miliknya semakin tumbang.Tok, tok, tok!“Kalau Anda terus bersikap seperti ini, Pak Erian, kami bisa menuntut Anda dengan tuduhan menghalangi penyelidikan. Karena itu, tolong biarkan k
Akibat tingkah nekat Ulfa yang sama sekali tidak pernah dipertimbangkan oleh Orion itu, mobil yang mereka kendarai nyaris saja menghantam beton pembatas jalan. Untung saja Orion masih sanggup bertindak sigap tepat pada waktunya dan berhasil mengendalikan laju kendaraan hanya beberapa detik sebelum bumper depan mencium benda super keras di hadapan mereka.“Apa yang baru saja kamu lakukan, Ulfa?” Orion berteriak dengan wajah pucat sebab hampir bersinggungan dengan maut dan mengakhiri petualangannya di dunia. Napasnya masih berlarian dan keringat membanjiiri wajahnya yang tampan. “Kamu sudah gila, ya? Kamu ingin mencelakakan kita? Kalau kamu mau mati, mati saja sendirian sana! Jangan ajak-ajak aku!”Omongan Orion membuat Ulfa yang juga sedang sibuk menetralkan kembali jalan napasnya sontak mendelikkan matanya. Ia tidak terima dengan tuduhan Orion yang semena-mena. “Seharusnya aku yang bertanya seperti itu, Rion! Apa yang kamu pikirkan sampai ingin mengikuti mobil ayahmu cuma karena khawa