Beranda / Pernikahan / Kontrak Hasrat Tuan Presdir / BAB 142 — BERTEMU CALON MERTUA

Share

BAB 142 — BERTEMU CALON MERTUA

Penulis: Sinar Rembulan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-05 22:47:36

Malam telah datang.

Waktunya Yura pergi bersama Gin untuk makan malam di rumah orang tuanya. Kini mereka berada di dalam sebuah mobil yang sedang melaju pelan membelah jalanan kota yang padat karena hujan.

Sejak kendaraan mereka meninggalkan basement apartemen Yura lebih banyak diam dan menikmati pemandangan di luar jendela. Tidak ada obrolan yang berarti. Gin sendiri fokus pada jalanan di depannya.

Merenungkan setiap hal yang terjadi di dalam hidupnya. Hingga akhirnya ia berada di titik ini, akan menikah untuk kedua kalinya dengan pria yang jauh lebih tua darinya. Pria yang lingkup kehidupannya jauh lebih berada dari suami sebelumnya.

Semesta memiliki cara luar biasa untuk mempertemukan mereka, bahkan Yura tidak menduga bahwa Gin—atasannya sendiri—yang mengejar dirinya selama ini.

Ketakutan untuk membangun kembali hubungan dengan pria lain sebenarnya masih ada. Jujur, ia takut gagal kembali. Namun, jika Yura tidak segera melangsungkan pernikahan bagaimana dengan anak dalam rahimny
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Umiqu Rukmi
kisah bunda Martha dan ibu Sarah dong, gimana gin punya dua ibu, siapa yg ibu kandung gin nya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 143 — BUKAN AKU TIDAK MAU

    Bunda Martha. Yura mencatat baik-baik nama cantik itu di kepalanya. Sesuai dengan namanya, calon mertuanya kali ini tidak terlihat seperti wanita yang sempurna. Wibawanya kalem dan tenang, tidak garang seperti Katrina.Wajahnya cantik. Penampilannya simple dan sederhana. Gaun hitam selutut itu nampak anggun di badannya yang ramping. Rambutnya masih sangat indah untuk diurai ke belakang. Meski sudah berumur wanita itu masih nampak segar dan awet muda. Kulit kuning langsatnya bersih dan sehat. Bagaimana Yura bisa percaya diri?Mertuanya yang sudah berusia lanjut saja telaten merawat diri. Sementara dirinya tak rajin seperti itu."Ayo, kita ke sana," ajak Gin seraya menarik tangan Yura. Wanita itu lantas menurut dan mengekor saja. Sayangnya, baru beberapa langkah mereka berjalan, Yura melepaskan gandengan tangan."Kenapa?" tanya pria itu lalu berbalik menghadap ke arah Yura yang kini menghentikan langkahnya. Wajahnya terlihat memucat, bahkan Gin bisa melihat dengan jelas Yura telah men

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-06
  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 144 — AKU TAHU KAU BERBOHONG

    Tidak ada obrolan serius dalam makan malam itu. Topik yang sedang mereka bahas bukanlah hal berat. Hanya seputar masakan Martha yang mampu memadamkan rasa lapar mereka. Lalu obrolan mereka berganti menjadi diskusi tentang pernikahan, tetapi tidak mendalam, sebatas rekomendasi wedding gown designer kenalan sang bunda yang bisa dijadikan referensi dan permintaan Wira untuk pergi ke tempat acara lima hari lebih awal.Sepanjang makan malam, Yura telah mendengar beberapa hal penting yang akan terjadi seminggu ke depan. Termasuk rencana pernikahan mereka akan digelar secara privat di Bali. Hanya keluarga Gin dan perwakilan dari keluarga Yura—yang akan diwakili oleh Erna dan suaminya—saja. Itu sebabnya Gin mengundang sahabatnya berserta suami untuk bertemu dengannya besuk siang.Yura sendiri bagai manusia linglung yang tidak tahu menahu tentang rencana-rencana itu. Biasanya para pengantinlah yang sibuk menjelang pernikahan dan mereka lah yang paling tahu tentang acara pernikahan mereka sendi

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-07
  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 145 — SEBUAH AKTA KEMATIAN

    Rasanya belum genap satu hari Yura berada di rumah. Jika biasanya hari berjalan cepat, sekarang justru terasa berputar lebih lambat. Menit pertama ketika Gin meninggalkan bekas kecupan di bibirnya sebelum berangkat kerja, Yura telah memikirkan sebuah aktivitas, membereskan rumah. Namun, ternyata pekerjaan itu tak cukup untuk mengisi waktunya selama beberapa jam ke depan. Ia sudah mencuci baju dan melakukan kegiatan rumah tangga lainnya tetapi semua itu hanya membutuhkan waktu selama 30 menit saja. Lantai satu ini hanya sedikit pekerjaan saja. Ia lantas beranjak ke kamar Gin. Sayangnya, Yura tetap tak menemukan sesuatu yang bisa ia lakukan. Semuanya sudah rapi. Bahkan sepertinya debu pun tak ada di tempat ini. Gin memang pria langka yang seharusnya ia syukuri. Selama menikah dengan Rama, pria itu tak pernah mau merapikan tempat tidur atau mengerjakan pekerjaan rumah barang hanya menyapu. Selimut yang berantakan, bantal yang tidak berada di tempatnya, atau handuk basah yang tergelet

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-08
  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 146 — HADIAH DARI AYAH DAN BUNDA

    Yura mematut dirinya di cermin besar pada meja riasnya. Dua tangannya bekerjasama untuk menyapukan sebuah pelembab bibir. Entah dandanan ini akan baik atau tidak Yura sudah memaksimalkan upayanya untuk mengganti baju rumahan dengan dress pendek berwarna pastel dan menaruh sedikit taburan bedak pada wajahnya. Begitu selesai, Yura lantas meraih ponsel yang tak jauh dari jangkauannya. Waktu di sudut kiri layar menunjukkan sepuluh menit telah berlalu. Wanita itu lantas mengambil satu botol parfume beraroma vanila untuk ia semprotkan pergelangan tangan dan belakang telinga. Tak lupa memasukkan botol kaca tersebut ke dalam tas selempangnya. Detik berikutnya ia segera beranjak ke luar kamar karena telah mendengar suara langkah seseorang yang sedang menuruni tangga.Benar saja. Saat pintu terbuka, ia telah mendapati Gin telah berada di lantai satu. Pria itu sedang mengambil sebotol air mineral dingin dari dalam kulkas. Baju formalnya telah tanggal dan telah berganti dengan pakaian casual. Ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-09
  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 147 — SAUDARA YANG LAIN?

    Hampir setengah jam kendaraan beroda empat itu menggilas jalanan aspal. Selama itu juga Yura dan Gin bercengkrama satu sama lain. Entah menceritakan pekerjaan atau hanya sekadar membahas rencana-rencana kecil yang akan mereka buat di kemudian hari. Sampai akhirnya mereka tiba di sebuah komplek perumahan yang cukup sepi. Hanya ada beberapa bangunan yang terlihat baru dibangun. Terlihat juga beberapa tukang sedang memindahkan interior ke dalam rumah. Sisanya masih berupa tanah merah yang berhias rumput liar. Sejenak Yura bergidik ngeri ketika mengamati suasana ini. Namun, ketika mereka berhenti kawasan yang cukup padat bangunan barulah wanita itu cukup tenang.Gin lantas memelankan laju kendaraannya, selanjutnya memasuki halaman rumah megah yang telah dijaga oleh dua orang satpam.Bangunan megah dengan gaya modern itu dibangun setinggi tiga lantai. Nuansanya hitam tetapi tetap terkesan mewah dengan lampu-lampu warm terpancar di dalam setiap ruangannya. Kebanyakan fasad luar bangunan i

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-10
  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 148 — BERITAHU AKU KEBENARANNYA

    Gin berusaha setenang mungkin walau dadanya sedang bergemuruh hebat akibat pertanyaan Yura barusan.Ah! Rasanya ingin menampar bibirnya sendiri saat ini. Mengapa harus salah bicara? Mengapa dia juga bisa hampir kelepasan menyebut nama Anjani? Sebenarnya tidak masalah, tapi belum waktunya. Jangan! Ia tidak mau membukanya sekarang. "Gin?" tanya Yura seraya mengibas-ngibaskan telapak tangannya di hadapan wajah kekasihnya. Bukan tanpa alasan. Yura melakukan itu karena Gin tak kunjung menjawab pertanyannya. Pria itu hanya menerbitkan senyum ke arah Yura. "Ya—ya! Seperti yang kau lihat," jawabnya kemudian memeriksa arloji yang melingkar di tangan kirinya, "Ayo, Sayang, kita berkeliling lagi. Kita lihat taman dan kolam ikan koi yang ada di sana, kau pasti senang!" Gin lantas bangkit berdiri, setelahnya meraih lengan Yura dan membantu wanita itu berdiri. "Kolam ikan koi?" tanya wanita itu kemudian. "Apa ikan yang sama dengan di rumah Ayah dan Bunda kemarin?"Sebuah anggukan diberikan ole

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-10
  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 149 — MENGAKHIRI YANG BELUM USAI

    "Percuma aku beritahu kebenarannya kalau kau masih percaya orang lain dari pada aku! Jadi, pergilah saja dari membuang energiku untuk bicara denganmu!" Yura mengibaskan tangan Rama hingga terlepas. Wanita itu berniat meninggalkan Rama di luar unit. Akan tetapi, lagi-lagi gerakan tangannya lebih lambat dari Rama. Pria berkemeja hijau tua itu meraih tangan Yura kembali. Dia mencengkeram lebih kuat hingga Yura hanya menyakiti dirinya sendiri jika bergerak dengan brutal."Aku tahu itu kesalahan terbesarku, Yura. Maka itu sebabnya aku ingin bicara denganmu. Percayalah, aku ke sini karena tidak kesengajaan. Aku datang ke sini mencari apartemen baru untuk studio Sherina, tapi saat aku ingin pulang, aku melihatmu berjalan sendirian di ujung lorong. Apalagi kalau bukan takdir yang mempertemukan kita di sini!"Takdir? Mendengar kata itu, Yura ingin tertawa keras-keras. Jelas-jelas ini hanya sebuah momentum yang kebetulan saja. Sebab nyatanya, takdir telah membawa mereka berpisah."Takdir kit

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-11
  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 150 — KEBENARAN YANG MENYAKITKAN

    "Aku akan tunggu di atas, kalian bicaralah."Gin bangkit berdiri saat Yura telah keluar dari kamarnya. Ia hendak melangkah pergi bermaksud meninggalkan kedua mantan suami istri itu untuk bicara empat mata karena di sini Gin hanyalah orang ketiga yang tidak seharusnya ikut campur. Walau sebenarnya ia adalah orang yang turut terlibat dalam masalah ini.Pria itu merasa bukan kapasitasnya untuk bicara. Seperti yang dikatakan sang ayah, dia tidak boleh mengintervensi apa pun. Namun, saat hendak menjauh dari ruang tamu, Yura menahan lengannya hingga gerakan lelaki itu terhenti. Yura menggeleng memberi tanda bahwa ia tak bisa bicara sendiri. "Ini masalahmu dengan mantan suamimu. Aku tidak bisa mengintervensi apa pun, tetapi aku mengawasi kalian dari atas. Kalau dia macam-macam padamu teriakkan namaku," ujar Gin setelahnya memberikan kecupan di pelipis Yura. Akhirnya, pria itu meninggalkan mereka untuk menyelesaikan urusan.Sementara di ruang tamu itu, kepergian Gin menyisakan sebuah henin

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-12

Bab terbaru

  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 271 — TULANG RUSUK YANG TERTUKAR

    Tenggorokan Yura terasa kering. Sebenarnya, tidak masalah jika Rama berkenalan dengan putrinya. Tetapi, bukan itu yang menjadi kekhawatirannya. Semua itu tergantung dengan tanggapan Gin. Bagaimana pun juga, pria itu yang bisa menentukan keputusannya."Berikan saja, Sayang. Biarkan Pak Rama mengenal putri kita." Gin menyahut dari arah belakang. Entah kapan pria itu kembali, kini Gin sudah berdiri di sampingnya."Tapi—""Aku tidak keberatan. Tidak ada salahnya," sahut Gin kembali.Yura kemudian mengangguk dan memberikan Raya kepada mantan suaminya. Rama tampak berbinar melihat Raya dalam pangkuannya. Pria itu bahkan tersenyum sendiri.Sebagai mantan istri, Yura paham betul bahwa semenjak pernikahan mereka dulu, Rama selalu mendambakan kehadiran seorang anak. Namun, harapan mereka pupus kala mendapatkan hasil pemeriksaan medis yang menyatakan bahwa Rama tak bisa memiliki keturunan.Yura berharap, kehadiran Raya bisa sedikit mengobati rasa sakit Rama.Cukup lama Rama menimang Raya. Hingga

  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 270 — AKU TIDAK PERNAH MENYESAL

    Sosok itu adalah Rama. Pria yang pernah menjadi suaminya selama kurang lebih lima tahun. Orang yang pernah ia perjuangkan dengan segenap jiwa dan raganya.Yura sudah tidak peduli padanya. Bahkan, dia tidak ingin tahu tentang apa yang dilakukan lelaki itu, hanya tidak menyangka akan bertemu dengan Rama kembali saat ini, di rumah mertuanya sendiri. Dan, Yura melihat perubahan yang sangat besar.Wajah Rama tampak lebih tua dan badannya sedikit kurus. Kumis dan jambangnya terlihat lebih lebat. Penampilannya pun jauh berbeda dengan pertemuan terakhir mereka dahulu. Ia sempat tak percaya bahwa orang yang kini berdiri di hadapannya ini adalah Rama. "Salam kenal, Bu Shinta." Yura menyapa Bu Shinta terlebih dahulu, kemudian mengarahkan padangannya kepada Rama. Ada kecanggungan yang kentara saat Yura bertatap muka dengan Rama, ia tampak ragu saat ingin menyapanya. Demikian halnya dengan Rama yang terlihat menelan ludahnya kasar. Untungnya, interaksi kaku mereka terbaca oleh Bu Shinta. Wanita

  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 269 — SANG PEMILIK MASA LALU

    Suasana kediaman utama sore hari ini sedikit lebih ramai dari biasanya. Ketika Gin dan Yura sampai di sana, beberapa mobil jasa angkut berada di sana membawa beberapa paket barang. Gin bertanya kepada beberapa satu asisten rumah tangga yang berjaga di sana dan mereka mengatakan bahwa barang yang dibeli oleh sang ayah adalah lukisan yang secara khusus telah dipesan sejak berbulan-bulan lalu."Kenapa Ayah membeli banyak lukisan?" tanya Yura ketika sudah menjauh dari para asisten rumah tangga. "Maksudku, tumben sekali pesan sebanyak ini. Biasanya hanya satu atau dua untuk ganti properti kantor."Ya. Memesan lukisan bukan sesuatu yang tabu di keluarga Satwika. Sebagai menantu, Yura kerap membantu Wira atau pun Gin mencarikan seniman untuk membeli atau membuat lukisan. Namun, untuk kali ini, tampaknya Wira mencari tanpa bantuannya. Bahkan Gin, putranya sendiri, tidak tahu-menahu tentang ini.Gin yang sedang menggendong putrinya juga mengamati keadaan sekitar selama beberapa saat. Kemudian

  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 268 — TEMPAT TERNYAMAN

    Beberapa minggu setelah kepergian Sarah.Mendengar suara tangisan bayi yang begitu kencang, Yura mematikan kompornya dan segera berlari ke lantai atas untuk memeriksa. Saat membuka pintu kamar ruang bayi, tubuhnya sejenak terpaku ketika menemukan Gin sedang menimang putrinya.Wanita itu menghela napas panjang. Sejak tadi, ia sibuk di dapur menyiapkan sarapan. Saking sibuknya, sampai lupa dengan Raya. Namun, ketika kembali di sini, ia justru dibuat kagum dengan sikap sang suami. Pria itu bahkan belum berganti baju, masih mengenakan handuk mandi untuk menutupi tubuhnya.“Kenapa wajahmu tampak tegang seperti itu?” tegur Gin dengan suara beratnya."Ah, tidak, aku hampir lupa kalau meninggalkan Raya. Aku pikir kau masih mandi atau siap-siap, tapi ternyata kau sudah di sini."Gin hanya merespon dengan sebuah tawa pelan. "Apa aku tidak boleh menimang putriku sendiri?""Bukan seperti itu, Gin. Aku hanya terkejut saja," tutur Yura usai menggeleng sebagai respon.Gin kembali menarik kedua sudut

  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 267 — MARTHA, SANG PENAWAR DUKA

    Meskipun ada kelegaan dalam hati karena telah menemukan Martha, Wira tetap tak bisa menyembunyikan dukanya. Kepergian Sarah meninggalkan luka mendalam dan penyesalan dalam dirinya. Semua juga tahu, tak ada yang bahagia saat ditinggalkan selamanya. Sejak tadi, pria itu memilih menyendiri di balkon kamar, merenungkan masa lalunya dan memikirkan masa depannya bersama Martha. Bahkan saat doa bersama di gelar di rumah untuk mengenang Sarah, Wira tak ingin bergabung dengan mereka. Ia lebih memilih untuk menikmati kesunyian dan keheningan di balkon kamarnya."Sudah hampir larut, Mas. Mau sampai kapan melamun di situ?"Suara Martha memecah keheningan di balkon. Malam ini, Wira langsung membawa Martha ke kediaman utama malam itu juga. Ia tidak ingin kehilangan jejak Martha lagi, wanita yang telah membawa secercah cahaya di tengah kesedihannya.Ketika tangan Martha menyentuh pundaknya, Wira menoleh. Ia menurunkan kaki dan mematikan puntung rokoknya. "Sudah selesai?" tanyanya, bermaksud menany

  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 266 — JANGAN BIARKAN AKU KEHILANGANMU

    Setelah tiga puluh menit berkendara, mobil berwarna hitam milik Wira terparkir rapi di halaman sebuah rumah beraksen kayu. Rumah modern yang sebenarnya biasa saja dan jauh dari kota, tetapi begitu berarti untuk Martha, wanita yang kini menjadi istri satu-satunya. Rumah ini satu-satunya harapan Wira. Walau tak bisa memastikan apakah wanita itu benar-benar ke rumah ini atau tidak, pria tua berkemeja hitam itu hanya mengikuti kata hati. Gantungan kunci yang terlepas, menjadi satu-satunya petunjuk yang ingin ia buktikan.Dan semoga saja, Martha bisa ia temukan di sini.Ting Tong! Ting Tong! Wira menekan bel dan menanti beberapa saat. Hingga akhirnya terdengar suara pintu terbuka, Wira menoleh dengan cepat. Sayangnya, yang ia temukan bukan Martha, tetapi seorang pembantu di rumah itu.“Bapak?” sapa wanita itu kepada Wira. Rupanya, meski pertemuan mereka dulu hanya beberapa kali, tetapi wanita itu masih ingat bahwa Wira adalah suami majikannya.“Ibu pulang ke sini?” tanya Wira tanpa basa-

  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 265 — AKU TAHU DIMANA DIA

    “Dimana Martha?”Wira menatap lurus dua orang binatu perempuan yang baru saja membukakan pintu. Mereka tampak gagap dengan kemunculan sosok Wira yang tidak terduga. Mungkin, mereka mengira Wira tak akan datang ke tempat ini karena sedang berduka. Dan, saat lelaki itu melempar pertanyaan, mereka semua hanya saling melempar tatap, seolah bingung dengan jawaban apa yang harus diberikan kepada sang majikan. “Saya yakin kalian tidak tuli. Dimana Martha?” Sekali lagi Wira bertanya dengan nada lebih tinggi. Tidak peduli dengan dengan mata yang sembab dan wajah kuyu sehabis dari pemakaman, ia mencecar pegawainya. Dua wanita di hadapannya serentak menunduk. Salah seorang memberanikan diri untuk bicara. “Maaf, Bapak, Ibu …. Sedang pergi.”“I—ibu pergi sejak tiga hari yang lalu dan belum pulang, Pak,” timpal pembantu yang satunya. Wira memijat pelipisnya. Kini kecurigaannya terbukti. Hatinya merasa ada yang tidak beres. Sebab sejak semalam wanita itu tak bisa dihubungi dan ketika dijemput,

  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 264 — TURUT BERDUKACITA

    Turut Berduka Cita atas meninggalnya Ibu Sarah Gharvita.Puluhan papan karangan bunga berlatar hitam berjajar rapi di sepanjang halaman kediaman keluarga Satwika. Saking banyaknya, sampai harus turun ke bahu jalan. Tak lain halnya dengan pusara, ucapan belasungkawa tak henti mengalir di tempat itu. Sarah tidak tertolong. Setelah jatuh, Wira segera membawa Sarah ke rumah sakit, ia pikir masih ada waktu lebih lama lagi untuk Sarah bertahan, akan tetapi Tuhan menghendaki takdir yang lain.Sarah meninggal dunia tepat dalam pelukan Wira. Setelah semalam di semayamkan, hari ini, jenazahnya dikebumikan.“Istirahatlah dengan tenang,” bisik Wira seraya menabur bunga mawar merah di gundukan tanah yang masih basah. Sebasah wajahnya yang dibanjiri air mata.Semua itu terjadi dengan tiba-tiba. Tidak ada yang menduga kepergian Sarah, bahkan ini lebih cepat dari vonis dokter. Wira orang yang paling terpukul. Meski bertahun-tahun hubungannya dengan Sarah tak baik, sempat pisah ranjang bahkan merasa

  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 263 — SALAM PERPISAHAN

    “Untuk apa kau mengundang Martha datang?” Wira bertanya dengan sedikit nada panik. Takut, bila Sarah memintanya melakukan hal yang tidak-tidak. Mengingat beberapa teror yang pernah dilakukannya, Wira tak bisa berpikir positif lagi tentang Sarah, sekalipun wanita itu telah banyak berubah. Dan, perihal bertemu Martha itu adalah hal yang kedengarannya mustahil.“Bukan untuk apa-apa. Kau bisa bertanya kepada Yura jika kau tidak percaya.” Sarah tersenyum singkat. Nada bicaranya juga pelan. Tidak ada penekanan sama sekali. “Aku hanya ingin mengenal dia lebih dekat saja. Selama ini, kami belum pernah bicara langsung. Sekarang aku mengerti, mengapa kau lebih memilih dia. Kau bisa mendapatkan apa yang tidak bisa aku berikan darinya.” Tidak banyak yang dilakukan oleh Wira. Hanya menghempas napas panjang setelah istrinya bicara. “Apa tujuanmu ke sini hanya untuk membahas itu? Jika iya, ayo kita pulang saja.”Sarah menolak ajakan itu. “Mengapa di hadapanku kau seolah tidak peduli dengan Marth

DMCA.com Protection Status