Share

Bab 3

Freya merasa tersentuh oleh sikap peduli dan pengorbanan Desi. Di tengah kesulitan mencari pekerjaan, dia merasa bersyukur memiliki anak yang peduli dengan kesejahteraannya. Meskipun tertekan oleh situasi keuangan, Freya merasa semakin bersemangat untuk terus mencari pekerjaan demi memberikan yang terbaik untuk Desi.

Setelah menyeka air mata yang mengalir di pipinya, Freya memberikan senyuman hangat kepada Desi. "Terima kasih, sayang. Mama sangat beruntung memiliki anak sebaik kamu."

Desi membalas pelukan ibunya dengan hangat. "Maafkan aku jika membuatmu khawatir, Ma. Aku akan berusaha keras untuk membantu Mama. Kita akan melewati semua ini bersama-sama."

Mereka berdua duduk di ruang tamu, memeluk satu sama lain dalam keheningan yang penuh makna.

Freya memutuskan untuk tidak menyerah. Dia akan terus mencari peluang, memperjuangkan masa depan yang lebih baik untuk dirinya dan kedua putrinya. Dengan tekad yang kuat dan dukungan dari putrinya, dia yakin bahwa suatu hari nanti mereka akan melampaui segala rintangan dan meraih kebahagiaan yang mereka impikan.

"Mama jangan bersedih lagi, ya." Dengan lembut Desi mengusap pipi putih Freya.

Freya tersenyum padanya dengan mata berkaca-kaca, terharu oleh kebaikan dan keteguhan hati putrinya. "Terima kasih, sayang. Mama akan berusaha."

Desi mengangguk dengan mantap, menampilkan keberanian di matanya yang masih muda. "Kita akan melalui ini bersama-sama, Ma. Aku percaya pada kita."

Mereka berdua duduk di ruang tamu yang sederhana, meskipun suasana di sekeliling mereka dipenuhi dengan ketegangan finansial, tetapi ada kehangatan di antara mereka. Yang mampu saling menguatkan satu dan lainnya.

Freya kembali memeluk Desi erat, merasakan kehangatan dan kekuatan dalam pelukan putrinya. "Kamu adalah cahaya dalam kegelapan, Desi. Mama tidak akan pernah bisa cukup berterima kasih padamu."

Desi tersenyum, membalas pelukan ibunya dengan penuh kasih sayang. "Kamu juga adalah cahaya dalam hidupku, Ma. Bersama-sama, kita bisa mengatasi segala rintangan." Gadis cantik itu pun mulai dewasa karena keadaannya yang sekarang.

"Ya sudah, Ma. Nasi gorengnya dimakan, Dina mau ke kamar dulu nemenin adik bermain," pamitnya sembari tersenyum.

"Terima kasih ya, Din." Freya membalas senyuman putrinya.

"Sama-sama, Ma."

Dengan cepat, wanita cantik itu menghabiskan nasi goreng sisa putrinya. Memang sedari perutnya lapar, tapi sengaja ditahan agar kedua putrinya tidak mengkhawatirkannya.

Setelah nasi gorengnya tandas, wanita cantik mulai membuka ponselnya kembali untuk mencari lowongan pekerjaan yang cocok untuk dirinya. Apa pun itu, yang terpenting halal dan bisa menghidupi kedua putrinya hingga tidak putus sekolah.

"Jadi pelayan restoran kayaknya memang cocok untukku," ujarnya saat melihat ada lowongan pekerjaan di salah satu restoran. Akan tetapi, setelah melihat syarat dan ketentuannya dia mengurungkan niatnya. Wanita cantik itu tidak mau memakai rok mini dengan melepaskan hijab yang selama ini dikenakannya.

Setelah beberapa menit mencari, wanita cantik itu mulai berpikir kembali. "Ternyata memang tidak mudah mencari pekerjaan yang cocok untukku."

Meskipun sudah merasa lelah, tapi wanita cantik itu tidak pantang semangat karena tidak ingin masa depan kedua putrinya terlantar begitu saja.

Setelah mencari kembali di sosial media, akhirnya Freya mendapatkan lima lowongan yang menurutnya cocok untuk dirinya yang cuma lulusan SMA.

"Besok pagi aku harus datang ke kantor lebih pagi, siapa tahu saja aku diterima." Freya mulai menutup ponselnya, lalu pergi ke kamar putrinya untuk memastikan keduanya sudah tidur. Dengan langkah perlahan, wanita cantik itu pun membuka pintu kamar Dina.

"Mereka sudah terlelap, alangkah baiknya aku juga segera istirahat agar besok pagi tidak kesiangan dan ngantuk." Freya bermonolog.

***

Pagi ini, Freya bangun dengan tekad baru. Dia berencana untuk datang ke kantor-kantor yang ada lowongan pekerjaannya, dia tidak pantang menyerah pada rintangan yang mungkin ada di depannya. Desi selalu ada di sampingnya, memberikan dukungan moral dan kekuatan yang dia butuhkan.

Sedangkan Dina ditugaskan untuk menemani sang adik, sebab gadis kecil itu saat ini sedang libur di sekolah.

"Titip adikmu ya, Din. Pokoknya jangan biarkan orang asing masuk ke rumah, meskipun itu ayah kalian. Tunggu Mama pulang, jangan ke mana-mana," ujar Freya menasihati anak yang paling tertua.

"Baik, Ma. Mama hati-hati di jalan ya," ujar Dina sembari mencium punggung tangan sang Mama.

"Kamu juga baik-baik di rumah ya," ujar Freya yang memang hatinya merasa khawatir jika meninggalkan kedua putrinya cuma berdua saja di rumah.

Wanita cantik itu sudah berpakaian rapi berwarna hitam putih, wajahnya dirias setipis mungkin agar lebih menarik. Di bawah matahari yang semakin meninggi, Freya berjalan kaki dengan santai sembari menikmati indahnya jalanan yang dipadati oleh kendaraan yang berlalu lalang ke sana ke mari. Dalam benaknya, ingin sekali naik angkot. Namun, untuk saat ini wanita cantik itu harus berhemat hingga mendapatkan sebuah pekerjaan yang memang diinginkan.

Di saat menyebrangi jalan, sebuah mobil tidak sengaja menabrak dirinya hingga terjatuh ke aspal. Beruntung tidak ada bagian tubuh yang terluka, dia segera bangkit dan membereskan diri.

"Maaf, aku gak sengaja. Kamu gak papa 'kan?" tanya pria yang baru saja turun dari mobil.

"Aku gapapa," sahut Freya tanpa melihat wajah pria yang ada di hadapannya.

"Lebih baik kita ke rumah sakit terdekat, takutnya ada luka dalam." Pria yang berpakaian rapi itu terus berusaha untuk mengajak Freya periksa.

Akan tetapi, wanita cantik itu tetap menolak. Justru dengan cepat melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan, jadi dia buru-buru pergi karena tidak ingin membuang-buang waktu.

"Aku benar-benar gapapa, aku pergi dulu karena buru-buru." Freya mulai melenggang pergi begitu saja tanpa memperhatikan wajah pria yang tadi menawarkan bantuan.

Langkah kakinya semakin dipercepat, hingga wanita cantik itu sampai di salah satu perusahaan yang membutuhkan asisten pribadi. Sebenarnya wanita cantik itu tidak yakin akan diterima, tapi dia berpikir apa salahnya berusaha? Walaupun hanya lulusan SMA kalau sudah rizkinya, maka apa pun bisa saja terjadi.

Dia melihat beberapa wanita yang mengantri, tidak ada satu pun yang berpenampilan seperti dirinya yang begitu sederhana. Kalau membandingkan seperti itu, rasanya Freya ingin menyerah tanpa harus memulai. Namun, semua tekad harus dilakukan ketika mengingat kedua putrinya.

Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya giliran Freya masuk ke ruangan HRD untuk melakukan wawancara. Hatinya mulai berdegup kencang, dia grogi karena memang tidak memiliki pengalaman kerja.

"Duduk!" perintah pria yang saat ini duduk di kursi sambil membelakangi Freya. Lalu, kursinya mulai memutar hingga melihat wajah wanita cantik yang saat ini sedang berusaha untuk tenang dan menyingkirkan rasa groginya.

Setiap pertanyaan yang diberikan tidak mampu dijawab oleh Freya, sebab dirinya memang tidak memiliki kemampuan apa pun serta informasi perusahaan yang saat ini didatanginya.

"Kamu ke sini hanya buang-buang waktuku saja, lebih baik kamu keluar sekarang juga! Wanita yang modal tampang sepertimu cuma pantas jadi wanita penghibur saja!" ujar pria berkulit sawo matang itu dengan sarkas.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status