Share

Bab 6

"Berapa uang yang kamu butuhkan?" tanya Aarav menatap lekat wajah Freya.

Wanita cantik itu pun tidak enak hati menyebutkan minimal uang yang diinginkan.

"Katakan saja, tidak usah sungkan." Ternyata raut wajah Freya terbaca jelas oleh Aarav.

"Lima juta rupiah," sahut wanita cantik itu sesuai yang dibutuhkan.

"Sebutkan nomor rekeningmu," kata Aarav tanpa berpikir panjang lagi. Hal itu membuat Freya semakin tidak nyaman. Dia tidak ingin mendapatkan pinjaman uang tersebut dengan cuma-cuma, terlebih wanita cantik itu tahu tentang pria tampan yang sengaja mendekatinya.

"Aarav, aku tidak bisa begitu saja memberikan nomor rekeningku," jawab Freya, matanya memandang lurus ke arah Aarav.

Aarav menarik napas panjang, mencoba meredakan ketegangan yang kian memuncak. "Freya, dengarkan aku. Kamu bisa mendapatkan uang lebih jika mau menikah denganku. Kita bisa bekerja sama hingga kamu tidak perlu kekurangan uang lagi."

Freya terkejut mendengar tawaran tersebut. "Menikah denganmu? Apa ini hanya tentang uang dan balas dendam, Aarav?"

"Ini lebih dari sekedar uang, Freya," jawab Aarav, suaranya lembut namun tegas. "Ini tentang sakit hati kita. Lagi pula, pernikahan ini dilakukan atas berdasarkan kontrak saja, tidak untuk menjalin hubungan selayaknya suami-istri."

Freya terdiam sejenak, memikirkan apa yang baru saja didengarnya. "Aku butuh waktu untuk memikirkan ini, Aarav. Ini keputusan besar. Untuk sementara waktu, aku akan meminjam uang darimu. Aku berjanji akan melunasinya secepat mungkin." Akhirnya wanita cantik itu pun memberikan nomor rekening miliknya pada pria tampan itu, sebab dirinya sudah butuh uang untuk menghidupi kedua putrinya.

"Tentu saja, aku mengerti," kata Aarav, mencoba tersenyum. "Ambillah waktu yang kamu butuhkan, dan aku berharap kamu akan menerimaku." Pria tampan itu pun pergi terlebih dulu dari taman.

Freya duduk termenung sendiri memikirkan semua yang terjadi dalam hidupnya. Dia bahkan tidak bisa langsung mengiyakan niat Aarav untuk menikahinya. Padahal, dia yakin kalau dia dan kedua putrinya akan bahagia serta baik-baik saja selama bersama pria asing yang baru dikenalnya.

"Kenapa aku merasa dia adalah pria yang berbeda?" tanyanya dalam pikiran yang sedang kacau.

Di saat pikirannya melayang jauh, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Sebuah notifikasi m-banking masuk, netranya terbelalak saat melihat nominal yang dia terima di layar ponselnya.

"Lima puluh juta? Apa aku gak salah lihat? Apa Aarav salah mentransfer?" cecarnya. Dengan cepat wanita cantik itu pun menghubungi pria yang baru saja meninggalkan sendiri di taman.

Sudah ketiga kalinya wanita cantik itu melakukan panggilan telepon, tapi tidak ada jawaban juga dari pria tampan yang baik padanya. Jadi, dia pun mengirimkan pesan singkat dengan sebuah penjelasan. Sedangkan di tempat lain, tepat di dalam mobil yang tidak jauh terparkir di taman. Aarav sedang tersenyum setelah mendapatkan pesan dari Freya.

"Aku akan terus berusaha sampai aku mendapatkan apa yang aku inginkan." Pria tampan bermonolog, lalu mulai menghidupkan mesin mobilnya. Dia pergi setelah melihat wajah Freya penuh dengan kebingungan di taman.

"Bagaimana aku harus mengembalikan uang sebanyak ini?" Wanita cantik itu pun memegangi kepalanya dengan kedua tangannya.

Freya menenangkan dirinya dengan menarik napas dalam-dalam beberapa kali. Setelah merasa sedikit lebih tenang, dia memutuskan untuk meninggalkan kekhawatirannya sejenak dan fokus pada tugas-tugas harian yang harus dilakukan.

Dengan cepat, dia pergi ke supermarket yang letaknya juga tidak jauh dari taman. Dia masuk dengan langkah kaki lemas, dia kemudian mengambil tas belanja yang ada di sana. Freya terlebih dulu langsung menuju bagian sayuran dan mulai memilih beberapa sayur segar seperti wortel, bayam, dan tomat. Kemudian, dia melanjutkan ke bagian buah-buahan dan mengambil beberapa apel dan pisang.

Setelah itu, dia mengunjungi bagian daging untuk membeli beberapa potong ayam dan daging sapi. Dia juga mengambil beberapa bahan makanan pokok lainnya seperti beras, telur, dan susu. Sambil berbelanja, Freya mencoba untuk tidak memikirkan masalah uang yang dipinjamkan Aarav yang jumlahnya lebih dari yang dibayangkan. Dia mencoba menikmati momen tersebut dan mengalihkan pikirannya pada hal-hal sederhana yang bisa membuatnya lebih tenang.

Setelah selesai berbelanja, Freya menuju kasir. Langkahnya tiba-tiba berhenti saat seorang pria menghalanginya.

"Ternyata kita bertemu lagi di sini," ujar pria yang hingga detik ini masih dibenci oleh Freya atas apa yang sudah diperbuatnya.

Wanita cantik itu pun berusaha untuk menghindari mantan suaminya, sebab berbicara dengan Barry hanya akan membuka luka lama.

"Eits ... kamu mau ke mana? Jangan pergi dong!" cetus Barry terus menghalangi langkah kaki Freya.

Freya mendesah kesal, "Apa lagi yang kamu mau, Barry? Bukankah sudah cukup kamu menyakiti aku?"

Barry tertawa sinis, "Menyakiti? Kamu yang lemah, Freya. Selalu drama, selalu berlebihan. Tidak heran kalau kamu selalu gagal dalam hidup."

Mata Freya menyipit marah, namun ia berusaha tetap tenang. "Setidaknya aku tidak hidup dengan menjadi penghianat."

Barry mendekat, suaranya rendah dan penuh ejekan. "Oh, jadi kamu sudah punya keberanian untuk berbicara? Sebenarnya siapa yang mengkhianati siapa? Ingat-ingat lagi siapa yang memulai semuanya, Freya."

Freya terdiam sejenak, mencoba menahan air mata yang ingin keluar. "Aku tidak akan jatuh ke dalam perangkap mu lagi. Permisi."

Namun Barry menarik tangannya, "Jangan sok kuat. Kita berdua tahu, kamu masih lemah dan tak berdaya tanpa aku."

Freya melepaskan tangannya dengan kasar. "Aku lebih baik sendirian dari pada bersama pria seperti kamu."

Barry tertawa, "Bermimpi lah, Freya. Kamu tidak akan pernah bisa lepas dari bayanganku."

Freya menarik napas dalam-dalam, lalu melangkah pergi tanpa melihat ke belakang. Ia tahu, kata-kata Barry hanya pantulan dari ketidakmampuan dirinya sendiri untuk meraih kebahagiaan sejati.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status