Share

Bab 93

Author: Norman Tjio
last update Last Updated: 2022-12-15 10:48:30

Bun Tek Thian tidak habis pikir. Ada orang di dunia ini yang seperti Cio San.

“Jadi selama ini, kau menikmati kugendong-gendong dan kusuapi?” tanyanya.

“’Kan sudah pernah kubilang, jika aku bercerita kepada orang-orang, pasti tak satu pun yang percaya aku digendong-gendong dan disuapi makan oleh salah seorang Tianglo Mo Kauw,” jawab Cio San. “Eh tapi Kakek yang baik, jangan bergerak dan berbicara dulu. Keadaan tubuhmu masih berbahaya. Obat yang kuberikan tadi hanya untuk membantu menahan serangan racun, sama sekali tidak menyembuhkan.”

“Cio San, bukankah kau juga minum arak dan makan makanan yang sama, kenapa kau tidak keracunan?” tanya sang Kauwcu.

“Saya juga tidak mengerti, Kauwcu. Racun itu memang membuat saya lambat bergerak, sehingga ada saudara-saudara Ma Kauw yang tidak sempat tertolong. Saya harus mencoba mengerahkan tenaga dalam say

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mantap bah
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Kisah Para Penggetar Langit   Bab 94

    “Dia tabib ahli pengobatan yang dimiliki Ma Kauw. Semua obat dan racun, dia yang buat.”“Apakah dia juga ahli silat?” tanya Cio San lagi.“Dia sama sekali tidak bisa silat,” tukas Ang Soat-kauwcu.“Berarti dia sudah mati, Kauwcu,” kata Cio San sambil menggeleng-geleng kepala.“Bagaimana kau tahu?”“Jika ada orang yang bisa menciptakan racun yang tanpa bau, tanpa rasa, dan bisa berakibat sehebat tadi, maka orang ini adalah orang yang sangat berbahaya. Begitu dia berhasil membuat racun itu, orang lain pasti berharap dia akan menyimpan rahasia itu rapat-rapat, sehingga tak ada orang lain lagi yang tahu. Dan hanya orang matilah, yang bisa menyembunyikan rahasianya rapat-rapat. Tadi pun Po Che King menyebut nama Keh-losiansing. Berarti dia tahu, dia tak perlu takut Keh-losiansing akan membuka rahasia, karena Keh-losians

    Last Updated : 2022-12-15
  • Kisah Para Penggetar Langit   Bab 95

    Rombongan yang berjumlah 50 orang lebih itu lalu menaiki kapal. Dalam hati, Cio San kagum juga melihat pengaturan partai yang rapi seperti ini. Mereka selalu bersiap menghadapi segala macam persoalan. Ini sudah pasti karena kecerdasan dan kehati-hatian sang Kauwcu.Kapal yang mereka naiki lumayan besar. Lebih dari cukup untuk menampung 50 orang. Pintarnya, mereka menyamarkan kapal ini seperti kapal nelayan biasa. Orang biasa akan mengira kapal ini sebuah kapal nelayan besar yang biasa berlayar di sungai Tiang Kang (Sungai Kuning).Para ‘nelayan’ yang ada di kapal ini pun ada. Mereka terlihat bekerja seperti biasa. Kotor dan bau. Seperti kapal nelayan umumnya. Namun di bagian dalam kapal ini, rapi, wangi, dan mewah sekali. Bau amis dari bagian atas kapal sama sekali tidak tercium di dalam.Di bagian dalam inilah, para anggota Ma Kauw yang terluka beristirahat. Sang Kauwcu menempati kamarnya sendiri. Beberapa p

    Last Updated : 2022-12-15
  • Kisah Para Penggetar Langit   Bab 96

    Cio San menerimanya dengan senang hati. Karena cara terbaik membalas pemberian yang tulus, adalah menerimanya dengan tulus juga. Selimutnya dipakai, apelnya dimakan, dan bantalnya digunakan.Ia tidak merasa jijik, karena ia merasa dirinya tidak lebih tinggi dari siapapun. Ia menyukai kebersihan dan kesehatan. Tapi ia lebih menyukai ketulusan. Karena orang yang tulus akan tetap tulus. Banyak orang yang tampak kotor dan bau, namun ternyata hatinya bersih. Sebaliknya, orang yang tampaknya bersih, kadang menyimpan kekotorannya tersendiri. Siapapun tahu, bahwa wanita tercantik atau pria yang paling tampan pun, ternyata kotorannya bau. Tapi yang menyedihkan adalah, orang-orang yang menyimpan kebusukan di hatinya.Karena itulah, Cio San tidak merasa jijik. Baginya selimut yang dipakai orang najis namun diberikan secara tulus, jauh lebih bersih daripada selimut wangi yang diberikan wanita cantik yang licik.Orang seperti Cio San

    Last Updated : 2022-12-16
  • Kisah Para Penggetar Langit   Bab 97

    Sebuah pertanyaan yang tidak perlu dijawab, tapi Cio San mengangguk sambil tersenyum.“Aku punya arak. Maukah kau minum bersamaku?” Wanita Ma Kauw adalah wanita yang rata-rata berpikiran bebas. Adab sopan santun pun kadang tidak mereka pedulikan.Cio San paham ini. Karena itu ia tidak kaget dan tidak menolak.Jika seorang wanita mengajak laki-laki mabuk, itu karena ia butuh teman bicara.“Engkau pasti merindukan kekasihmu? Siapa namanya?” tanya si wanita.“Namanya Mey Lan,” jawab Cio San.Mereka duduk saling berdampingan. Bersandar di pagar kapal.“Lalu, siapa nama kekasih yang kau pikirkan itu?” tanya Cio San balik, sambil menuangkan arak.“Kau ingin tahu namanya? Kau tidak ingin tahu namaku?” tanya si wanita.“Aku sudah tahu namam

    Last Updated : 2022-12-16
  • Kisah Para Penggetar Langit   Bab 98

    “Nama kekasih hati yang kau rindukan itu.” Cio San tersenyum. Untuk pertanyaan seperti ini, ia harus hati-hati. Karena perempuan jika ditanyakan pertanyaan seperti ini, biasanya cuma ada dua reaksi. Yang pertama adalah senyum berbunga-bunga. Atau marah tak karuan. Untunglah Tio Sim Lin tersenyum,“Kau pasti mengenalnya.” Matanya berbinar-binar dan senyumnya semakin manis.Cio San menatapnya baik-baik. Ia sudah sangat sering melihat wajah seperti ini.“Jangan bilang kau sedang jatuh cinta dengan Bu Tong-enghiong Beng Liong?” kata Cio San.Tio Sim Lin kaget, “Bagaimana kau bisa menebak dengan tepat?”Cio San sudah sering melihat raut muka wanita seperti itu jika mereka membicarakan Beng Liong. Cinta, kagum, namun juga sedih. Kenapa sedih? Karena wanita-wanita itu tahu Beng Liong terlalu tinggi bagi mereka.Bila me

    Last Updated : 2022-12-16
  • Kisah Para Penggetar Langit   Bab 99

    “Kau benar. Tidak ada guna aku menangisi hal yang belum jelas benar.”“Nah. Lebih baik kita masuk ke dalam. Bertemu sahabat-sahabat. Bila kau memiliki sahabat-sahabat terbaik yang mencintaimu apa adanya, dan selalu ada saat kau butuhkan, untuk apa lagi berpikir tentang orang-orang yang mengkhianati cintamu? Orang-orang yang menyakiti hatimu? Dan orang-orang yang tidak peduli denganmu?”Saat mereka masuk kembali ke dalam geladak, kapal mereka berpapasan dengan sebuah perahu kecil. Awalnya, Cio San tidak mempedulikan. Tapi timbul sesuatu di hatinya yang membuat ia kembali keluar. Perahu kecil itu dinahkodai seorang tukang perahu. Tapi penumpangnya, amat sangat menarik hatinya. Penumpangnya adalah si Dewa Pedang Berambut Merah!“Apa yang dia lakukan malam-malam begini? Kemana tujuannya?”Sang Dewa Pedang hanya duduk termenung memandang air. Tidak ada apa-apa di wajahn

    Last Updated : 2022-12-16
  • Kisah Para Penggetar Langit   Bab 100

    “Bagaimana kau bisa tahu? Bukankah lukanya adalah luka yang khas?” tanya sang Kauwcu.“Saudara-saudara yang berada di sini, apakah ada yang pernah melihat jurus pedang Ang Hoat Kiam Sian (Dewa Pedang Berambut Merah)?” tanya Cio San.Mereka kebanyakan menggeleng, tapi ada satu orang yang menjawab, “Saya pernah.”Orang ini salah satu pemuka Ma Kauw. Namanya Lok Sim.“Aku pernah melihat pertempurannya. Sayangnya, melihat pertempurannya sama saja dengan tidak melihat pertempurannya. Ia bergerak sangat cepat!”Kata Cio San, “Saya sendiri belum pernah melihatnya secara langsung, tapi dari luka musuh-musuhnya, saya bisa melihat bahwa inti jurus pedangnya adalah gerakan ayunan lengan dari bawah ke atas. Apakah begitu, Saudara Lok Sim?”“Hmmmm, aku tidak memperhatikan secara jelas. Tapi saat Saudara Cio San bilang begitu, aku mulai sedikit ingat. Memang kebanyakan gerakan jurusnya adalah dari bawah ke atas. Bagaimana Saudara bisa tahu, padahal belum pernah melihat?”“Aku hanya menduga saja, ta

    Last Updated : 2022-12-24
  • Kisah Para Penggetar Langit   Bab 101

    “Lihatlah saat mereka mati, mereka tidak menghunus senjata. Semua mayat yang kulihat di depan Rumah Teng Teng seluruhnya menghunus senjata.”“Bisa saja itu karena Dewa Pedang terlalu cepat sehingga ketiga orang ini tidak menghunus senjata.”“Tidak mungkin!” kata sang Kauwcu. “Ketiga orang ini jauh lebih tinggi ilmunya daripada mayat-mayat di depan Rumah Teng-Teng. Setidaknya mereka pasti bisa melakukan perlawanan.”“Benar, Kauwcu. Luk Hoan Tit, adalah Ketua Perkumpulan Golok Emas. Ilmu goloknya sudah menggetarkan kolong langit. Tidak mungkin ia bisa mati tanpa sempat menghunus goloknya sekalipun. Goloknya masih tersarung rapi di pundaknya. Soe Sam Hong, Ketua Perkumpulan Naga Lautan. Terkenal dengan kait saktinya. Kait itu masih tersarung rapi di kedua pinggang. Ban Lang Ma, murid terbaik Siau Lim-pay. Walaupun terkenal dengan ilmu tangan kosongnya, setidaknya tidak mungkin mati hanya karena satu jurus.”“Betul! Pandanganmu tajam, Cucuku.” Pada saat begini, Bun Tek Thian masih bercand

    Last Updated : 2022-12-24

Latest chapter

  • Kisah Para Penggetar Langit   Penutup Kisah - TAMAT

    PENUTUPCio San telah selesai menjura 3 kali di hadapan makam kedua orangtuanya. Ia lalu membersihkan makam itu. Sekuat mungkin ia menahan air matanya. Tak terasa, segala kejadian yang berlalu di dalam hidupnya ini terkenang kembali. Segala penderitaan, ketakutan, kesepian, dan kepedihan hatinya seakan tertumpahkan di hadapan makam kedua orangtuanya ini. Sejak sekian lama, baru kali ini ia berkunjung kesini.Sore telah datang. Warna lembayung langit mulai menghiasi angkasa.Ketika ia selesai membersihkan makam dan membalikkan tubuhnya, betapa kagetnya ia ketika di hadapannya sudah bediri seorang kakek dan seorang nenek. Sang kakek walaupun sudah tua sekali, namun ketampanannya masih terlihat sangat jelas. Tubuhnya pun masih tegap. Begitu pula dengan sang nenek, terlihat masih sangat cantik.Cio San tidak mengenal mereka. Tapi ia tahu mereka berdua tentu suami-istri. Dan ia paham pula, di dunia ini orang yang bisa menyelinap sedekat ini tanpa suara di belakangnya, kemungkinan belum per

  • Kisah Para Penggetar Langit   Bab 253

    Cio San mengangguk membenarkan.“Gila!”“Mengapa Beng Liong ingin menghapus dirinya dari kecurigaan? Bukankah tanpa melakukan itu pun, tak ada orang yang akan curiga kepadanya?” tanya Ang Lin Hua.“Ia orang yang terlalu berhati-hati. Ia ingin semua sesempurna mungkin. Selain itu, dia memang ingin menghancurkan musuh-musuhnya,” jelas Cio San.“Karena ingin sempurna, malah terbongkar seluruhnya,” tukas Kao Ceng Lun.“Lanjutkan, Cio San.”“Nah, setelah aku bisa menemukan kunci rahasia itu, awalnya aku mengira Beng Liong hanyalah anak buah biasa. Mungkin ia terlibat karena terpaksa. Aku berpikir keras apa latar belakang semua ini? Pergerakan mereka terlalu rapi, sangat terencana, dan sukar ditebak. Jika hanya sekedar memperebutkan kitab sakti, aku merasa hal ini terlalu berlebihan. Lalu aku mengambil kesimpulan, mungkin semua ini berhubungan dengan perebutan Bu Lim Bengcu di puncak Thay San.”Ia melanjutkan,“Tapi kemudian aku ragu. Jika hanya memperebutkan Bu Lim Bengcu, mengapa orang-ora

  • Kisah Para Penggetar Langit   Bab 252

    Entah sudah berapa lama kejadian itu lewat.Kejadian penuh darah di kotaraja.Tapi juga merupakan kejadian dimana keberanian, kesetiakawanan, dan kekuatan ditunjukkan.Mereka kini sedang duduk dengan tenang di atas menara. Menara tempat di mana Cio San berdiri sepanjang hari menatap pertempuran dahsyat itu. Saat itu, di puncak menara, ia telah mengambil keputusan. Tak ada lagi darah yang tertumpahkan oleh tangannya.Saat semua ini berakhir, ia ingin menghilang sejenak. Entah kemana. Entah berbuat apa. Sejenak menikmati kedamaian dunia.Di menara ini, adalah perjamuan sebelum perpisahan itu.Arak sudah mengalir, berbagai makanan pun sudah terhidang. Ada pula tulusnya persahabatan. Jika kau kebetulan mengalami keadaan seperti ini, kau harus terus bersyukur sepanjang masa.Cio San, Cukat Tong, Suma Sun, Luk Ping Hoo, dan Kao Ceng Lun.“Sebaiknya kau harus menceritakan semua ini dari awal,” kata Cukat Tong.Cio San menatap langit.“Awalnya sendiri aku tidak tahu. Cuma mungkin bisa kucerit

  • Kisah Para Penggetar Langit   Bab 251

    Ang Lin Hua pun balas tersenyum.Senyum ini.Cio San baru sadar, betapa indahnya wajah Ang Lin Hua saat tersenyum.Ia juga baru sadar, ternyata ia merindukan senyuman ini.“Nona beristirahatlah.”“Baik, Kauwcu. Kauwcu sendiri mohon segera beristirahat.”“Segera,” jawab Cio San. Ia lalu kembali mengobati para korban.Tak terasa, matahari telah kembali menyapa dunia dengan cahayanya yang perlahan tapi pasti.Cio San akhirnya lega. Semua orang telah ditangani dengan baik. Tabib-tabib istana dan tabib-tabib yang ada di kotaraja semua bekerja keras mengobati para pemberani-pemberani ini.Sekali lagi, orang Han mampu mempertahankan tanah airnya dari penjajah Goan. Kegembiraan ini syahdu, karena diliputi oleh semangat kebangsaan yang tinggi, kebanggaan, dan juga kesedihan atas gugurnya para pahlawan. Semua perasaan ini melebur menjadi satu.Cio San keluar ruangan itu.Walaupun di luar udara masih berbau tak sedap karena bercampur amis mayat dan bakaran, tetap saja terasa lebih segar dibandin

  • Kisah Para Penggetar Langit   Bab 250

    Cio San dan kawan-kawannya bergerak keluar tembok istana. Peperangan dahsyat sedang berlangsung. Walaupun berjalan dengan payah, Cio San masih memaksa untuk ikut bertarung. Melihat ia akan bergerak, Cukat Tong segera menahannya.“Kau duduk saja di sini,” kata Cukat Tong.“Benar. Dengan keadaanmu yang sekarang, kau tak akan mampu berbuat apa-apa,” tukas Suma Sun membenarkan.Berpikir sejenak, Cio San lalu berkata, “Baiklah. Tolong bawa aku ke puncak tembok benteng.”Sekali bergerak, mereka bertiga sudah tiba di atas puncaknya yang tinggi itu.Di atas tembok besar yang mengelilingi istana kaisar itu terdapat pasukan pemanah yang sibuk menghalau serangan.“Ah, selamat datang para Tayhiap,” kata seseorang.Cio San tidak mengenal siapa dia, tapi Cukat Tong segera menjawab, “Terima kasih, Goanswe (Jenderal). Hamba ingin menitipkan Cio-tayhiap di sini. Apa boleh?”“Tentu saja, Tayhiap.”Dengan sigap, ia mengeluarkan perintah. Dua orang bawahannya sudah datang memapah Cio San, dan seorang lag

  • Kisah Para Penggetar Langit   Bab 249

    Apa yang dituliskan di buku menjadi lebih efektif, karena semua yang tidak diperlukan, tidak perlu dituliskan. Karena itu serangan-serangan Beng Liong terlihat lebih dahsyat dan mengagumkan.Sebaliknya, di dalam pemahaman yang dimiliki Cio San, segala hal menjadi bisa, dan segala hal bisa saja menjadi tidak bisa. Ada proses memilih bisa atau tidak bisa, yang membuat gerakannya menjadi sedikit berkurang kedahsyatannya jika dibanding dengan gerakan Beng Liong.Dari tangan kanannya, Beng Liong mengeluarkan jurus-jurus terakhir 18 Tapak Naga. Dari tangan kirinya, ia mengeluarkan ilmu Inti Es yang membuat siapapun yang terkena pukulan itu menjadi es batu. Langkah kakinya lincah seperti langkah-langkah perawan Go Bi-pay yang gemulai namun tak tertangkap mata.Seolah-olah, segala ilmu di dunia ini telah dipelajarinya dengan sangat baik.Seolah-olah, sejak lahir ia memang telah memahami seluruh ilmu itu satu persatu.Ia menggunakannya dengan luwes dan tanpa kecanggungan.Cio San pun menanding

  • Kisah Para Penggetar Langit   Bab 248

    Pedang masih di tangan Bwee Hua. Padahal saat mereka masuk tadi, tak seorang pun yang diperbolehkan membawa senjata.Pedang itu terhunus ke depan.Tapi gadis itu tidak bergerak.Begitu pula ibunya yang berdiri membelakanginya. Di hadapan sang ibu, berdiri seorang laki-laki gagah dengan rambut riap-riap. Tangan laki-laki itu buntung sebelah.“Kau akan melawanku dengan keadaan seperti itu?” tanya perempuan tua itu.“Aku telah menanti sejak puluhan tahun yang lalu,” jawab laki-laki itu.“Bagus. Keturunan Suma memang tidak memalukan.”Lalu perempuan tua itu bergerak.Kecepatan yang tak mungkin diikuti dengan mata manusia biasa.Tapi pemuda bermarga Suma itu bukan manusia biasa. Orang mengenalnya sebagai ‘Dewa Pedang Berambut Merah’, Ang Hoat Kiam Sian.Dan ‘dewa’ adalah ‘dewa’.Ia hanya membutuhkan satu gerakan.Satu gerakan sudah cukup.Jika kau adalah ‘Dewa Pedang’ maka kau hanya membutuhkan satu gerakan.Satu gerakan yang tidak mungkin seorang pun mau percaya jika diceritakan.Tidak ad

  • Kisah Para Penggetar Langit   Bab 247

    Apa yang terjadi di puncak Thay San telah tersiar ke seluruh dunia. Beng Liong, pemuda belia dari Bu Tong-pay keluar sebagai pemenangnya. Semua orang mengakui, walaupun masih sangat muda, ia sangat pantas memikul tanggung jawab sebagai Ketua Dunia Persilatan.Selama ini, Bu Lim Bengcu selalu dijabat oleh kalangan sepuh. Baru 2 kali, jabatan ini dipegang oleh anak muda. Pertama kali sekitar 50an tahun yang lalu. Hebatnya lagi, kedua-duanya adalah pemuda Bu Tong-pay.Harapan besar kini berada di pundak Beng Liong. Ia diharapkan mampu menuntaskan tugas-tugas berat yang cukup rumit. Salah satunya adalah tugas melawan gangguan dan serangan tentara Mongol di ujung perbatasan. Belum lagi urusan pembunuhan-pembunuhan yang harus ia selesaikan setuntas-tuntasnya. Orang-orang butuh kejelasan, apakah memang Cio San berada di balik semua ini.Hari ini, tepat 30 hari sejak pertandingan di puncak Thay San. Kotaraja ramai dan penuh sesak manusia. Hari ini adalah hari pelantikan Bu Lim Bengcu. Hampir

  • Kisah Para Penggetar Langit   246

    Segala kemegahan dan keramaian itu pun berangsur-angsur memudar. Bu Lim Beng Cu telah terpilih, banyak orang menunjukan wajah puas. Sebagian lagi belum bisa melupakan kejadian dahsyat saat Cio San menghadapi ribuan orang di atas gunung itu.Masing-masing kemudian kembali pulang. Ada yang bersedih karena kehilangan saudara dan teman di gunung ini. Ada yang bahagia karena hasilnya memuaskan. Ada pula yang semakin bersemangat untuk memperdalam ilmu silatnya. Satu hal yang pasti, tidak ada satu pun yang bisa melupakan kejadian dahsyat di gunung itu.Beng Liong tentu saja tidak lupa. Walaupun hatinya gembira telah menyelesaikan tugas ini, tentu saja ia bersedih pula atas semua kejadian yang telah berlangsung. Segera setelah pertandingan selesai dan ia memulihkan tenaganya, ia bersama rombongan Bu Tong-pay segera mencari jalan menuju ke dasar jurang. Di tengah jalan pun mereka bertemu dengan dengan rombongan Siau Lim-pay dan Go Bi-pay yang rupanya memiliki maksud dan tujuan yang sama: menge

DMCA.com Protection Status