“Kau benar. Tidak ada guna aku menangisi hal yang belum jelas benar.”
“Nah. Lebih baik kita masuk ke dalam. Bertemu sahabat-sahabat. Bila kau memiliki sahabat-sahabat terbaik yang mencintaimu apa adanya, dan selalu ada saat kau butuhkan, untuk apa lagi berpikir tentang orang-orang yang mengkhianati cintamu? Orang-orang yang menyakiti hatimu? Dan orang-orang yang tidak peduli denganmu?”
Saat mereka masuk kembali ke dalam geladak, kapal mereka berpapasan dengan sebuah perahu kecil. Awalnya, Cio San tidak mempedulikan. Tapi timbul sesuatu di hatinya yang membuat ia kembali keluar. Perahu kecil itu dinahkodai seorang tukang perahu. Tapi penumpangnya, amat sangat menarik hatinya. Penumpangnya adalah si Dewa Pedang Berambut Merah!
“Apa yang dia lakukan malam-malam begini? Kemana tujuannya?”
Sang Dewa Pedang hanya duduk termenung memandang air. Tidak ada apa-apa di wajahn
“Bagaimana kau bisa tahu? Bukankah lukanya adalah luka yang khas?” tanya sang Kauwcu.“Saudara-saudara yang berada di sini, apakah ada yang pernah melihat jurus pedang Ang Hoat Kiam Sian (Dewa Pedang Berambut Merah)?” tanya Cio San.Mereka kebanyakan menggeleng, tapi ada satu orang yang menjawab, “Saya pernah.”Orang ini salah satu pemuka Ma Kauw. Namanya Lok Sim.“Aku pernah melihat pertempurannya. Sayangnya, melihat pertempurannya sama saja dengan tidak melihat pertempurannya. Ia bergerak sangat cepat!”Kata Cio San, “Saya sendiri belum pernah melihatnya secara langsung, tapi dari luka musuh-musuhnya, saya bisa melihat bahwa inti jurus pedangnya adalah gerakan ayunan lengan dari bawah ke atas. Apakah begitu, Saudara Lok Sim?”“Hmmmm, aku tidak memperhatikan secara jelas. Tapi saat Saudara Cio San bilang begitu, aku mulai sedikit ingat. Memang kebanyakan gerakan jurusnya adalah dari bawah ke atas. Bagaimana Saudara bisa tahu, padahal belum pernah melihat?”“Aku hanya menduga saja, ta
“Lihatlah saat mereka mati, mereka tidak menghunus senjata. Semua mayat yang kulihat di depan Rumah Teng Teng seluruhnya menghunus senjata.”“Bisa saja itu karena Dewa Pedang terlalu cepat sehingga ketiga orang ini tidak menghunus senjata.”“Tidak mungkin!” kata sang Kauwcu. “Ketiga orang ini jauh lebih tinggi ilmunya daripada mayat-mayat di depan Rumah Teng-Teng. Setidaknya mereka pasti bisa melakukan perlawanan.”“Benar, Kauwcu. Luk Hoan Tit, adalah Ketua Perkumpulan Golok Emas. Ilmu goloknya sudah menggetarkan kolong langit. Tidak mungkin ia bisa mati tanpa sempat menghunus goloknya sekalipun. Goloknya masih tersarung rapi di pundaknya. Soe Sam Hong, Ketua Perkumpulan Naga Lautan. Terkenal dengan kait saktinya. Kait itu masih tersarung rapi di kedua pinggang. Ban Lang Ma, murid terbaik Siau Lim-pay. Walaupun terkenal dengan ilmu tangan kosongnya, setidaknya tidak mungkin mati hanya karena satu jurus.”“Betul! Pandanganmu tajam, Cucuku.” Pada saat begini, Bun Tek Thian masih bercand
“Orang yang berpikiran luas, memang tidak boleh menyempitkannya dengan prasangka-prasangka. Aku sungguh kagum.” Sekali lagi sang Kauwcu menjura kepada Cio San. Dan diikuti oleh para anggota Ma Kauw yang lain.Cio San pun tersenyum ramah dan membalas hormat mereka. Diam-diam dalam hati, ia memutuskan untuk begitu saja memperlihatkan dan menceritakan pemikiran-pemikirannya. Ia bukan orang yang senang disanjung. Sejak dulu ia memang tidak pernah disanjung. Orang yang tidak pernah disanjung, seharusnya senang ketika ia disanjung. Tapi Cio San tidak. Memang, ada sementara orang yang merasa diri mereka tidak pantas disanjung-sanjung. Cio San adalah salah satunya.“Ayo kita semua masuk kembali ke dalam. Bun Tek Thian, coba tolong kau urus ketiga mayat itu,” perintah sang Kauwcu.“Siap, Ketua!” semua menjawab serentak.Kapal bergerak dengan lambat. Hari sudah mencapai tengah malam. Nahkoda memutuskan untuk mampir ke dermaga terdekat untuk beberapa keperluan. Cio San lega juga, karena dia tida
“Aku juga tidak, San-te. Maka kau ikutlah denganku. Luruskan semua ini di hadapan Ciangbunjin. Biar semua fitnahmu terhapuskan.”Dalam hatinya, Cio San ingin sekali pergi bersama Beng Liong. Tapi mana mungkin ia bisa meninggalkan puluhan anggota Ma Kauw yang keracunan? Bagaimana ia bisa mengacuhkan fitnah yang dialami si Dewa Pedang? Ada banyak sekali kejadian yang membuat Cio San meyakinkan diri untuk melibatkan dirinya. Ini adalah urusan besar. Ia melihat banyak sekali hubungannya dengan kejadian yang menimpa hidupnya sendiri.“Sekali lagi maafkan aku, Liong-ko. Aku tidak bisa.” Ia menjura.“Kalau begitu, harap kau maafkan aku. Aku terpaksa harus memaksamu, San-te. Kau tahu bahwa ini bukan keinginanku. Tapi perintah Ciangbunjin adalah membawamu ke Bu Tong-san.”Mereka saling memandang. Mata bertemu mata. Mau tidak mau, mereka saling mengagumi. Yang satu tampan, gagah, dan berbudi luhur. Yang satu cerdas, bebas, dan menarik.“Kudengar, ilmumu hebat sekali, San-te.”“Masih jauh dari e
Kedua orang itu masih berdiri mematung. Tak percaya dengan apa yang mereka lihat. Beberapa orang lain sudah naik ke atas kapal. Mereka pun tidak percaya atas apa yang mereka lihat. Pemandangan ini terlalu kejam dan terlalu tidak masuk akal.Mereka masih sempat berusaha mencari-cari kehidupan di dalam kapal. Tetapi akhirnya menyerah dan melompat keluar. Kapal telah tenggelam hampir separuh, dan air telah mencapai lutut mereka.Begitu sampai di darat, Beng Liong baru memperhatikan orang-orang yang tadi masuk dan ikut menolong di dalam kapal.Sih Hek Tiauw, sang Rajawali Hitam. Beberapa orang lain adalah anak buahnya.Can Siauw Liong, cengcu (kepala perkampungan) Liong Thian, beserta beberapa orang anak buahnya.Mereka semua memandang hancurnya kapal yang tenggelam dengan sangat cepat itu. Tapi posisi mereka semua mengelilingi Cio San dan Beng Liong. Bisa terbang pun, mereka tidak akan mungkin lolos.Orang-orang pun sudah sangat ramai melihat kejadian ini.“Beng Liong-ciokhee (Tuan Beng
“Maaf pinceng (aku) turut campur. Tapi mengapa Tuan-tuan berkelahi sesama sendiri?” Perkataannya halus dan sopan. Mau tidak mau, yang menjawab pun harus lebih sopan.Siapa lagi yang bahasanya paling sopan dan tutur-katanya paling halus di antara mereka yang bertempur itu, selain Beng Liong? Maka dialah yang kini menceritakan semuanya.Setelah mendengarkan, Hong Sam-hwesio berkata,“Saudara-saudara, mengenai Beng Liong dan adiknya ini, pinceng bisa bersaksi bagi mereka.”Semua orang mendengarkan.“Beberapa saat yang lalu, Beng Liong dan pinceng sedang bercengkerama. Kami tidak sengaja bertemu di penginapan. Beng Liong dan pinceng membahas banyak kejadian yang terjadi di dunia Kang Ouw. Sepanjang sore sampai malam kami terus mengobrol. Lalu tahu-tahu ada orang lewat di depan penginapan kami. Beng Liong bilang bahwa mungkin saja itu adik seperguruannya yang sudah lama tidak bertemu. Ia lalu menyusul adiknya itu. Lalu saat mereka berdua sedang bercakap-cakap, terdengar teriakan kebakaran
Mereka berlari cepat.Dalam perjalanannya, Hong Sam-hwesio bercerita bahwa ketika akan berlari ke arah dermaga, ia dihadang oleh kelompok bertopeng. Ada sekitar sepuluh orang yang mengeroyoknya. Semua dengan ilmu aneh yang tidak pernah ia lihat sebelumnya.“Lalu, di mana mereka sekarang, Siansing?” tanya Beng Liong.“Mereka semua pinceng totok dan pinceng taruh di kuil Buddha di pinggir kota,” jawab sang Hwesio (Bhiksu).Tak berapa lama mereka sampai di kuil yang dimaksud. Masuk ke ruang belakang, kamar Hong Sam-hwesio ‘menyandra’ pasukan bertopeng itu. Ternyata begitu kamar terbuka, terlihat tidak ada seorang pun di dalamnya!Hong Sam-hwesio tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Beng Liong terlihat tidak bisa menahan amarah.Cio San semakin kagum dengan pergerakan kelompok bertopeng ini. Pastilah seusai Hong Sam-hwesio menotok dan meninggalkan mereka di kuil ini, ada orang yang datang melepaskan. Cara kerja kelompok bertopeng yang penuh rahasia ini, sungguh membuat hatinya penas
“Salah satunya. Sebenarnya kami telah mengirimkan murid terbaik kami. Tapi ia tidak melapor sejak sebulan yang lalu. Padahal tidak pernah ia berbuat demikian. Kalau bukan telah terjadi sesuatu, tidak mungkin ia tidak melapor.”Cio San terdiam lagi. Ia masih belum bisa memutuskan untuk bercerita. Setelah berpikir lama, akhirnya ia memilih untuk bercerita.Mendengar peracunan di markas Ma Kauw, 3 mayat di sungai, fitnah atas Ang Hoat Kiam Sian, pembunuhan seluruh anggota beserta Ketua Ma Kauw, serta fitnah atas Beng Liong, membuat kedua orang yang mendengar ini terpaku.“Demi Tuhan, kalau tidak mendengar sendiri, aku merasa seperti membaca cerita dongeng,” kata Beng Liong.Musuh membunuh untuk menyingkirkan saingan. Memfitnah untuk menyingkirkan mereka yang dianggap mengganggu pergerakan.Musuh yang bergerak dalam bayangan. Yang selalu mengintai, dan bergerak saat mereka lengah. Musuh yang tidak bisa mereka duga siapa. Musuh yang ilmu silat dan racunnya sangat berbahaya. Siapapun, sesak