Beranda / Historical / Keris Darah Candramaya / 23. Rayuan Candramaya

Share

23. Rayuan Candramaya

Penulis: Songdeok eunjoo
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-30 15:59:34
Tenggorokan Wismaya terasa tercekik, dia benar-benar merasa takut. Dia tau apa itu balas dendam. Setiap balas dendam pasti akan memakan korban dan banyaknya darah yang akan tumpah. Walaupun yang dia lakukan dengan mawar hitam adalah sebuah gerakan untuk balas dendam.

Dia tidak rela jika putri satu-satunya dari Adik kesayangannya terluka.

Wismaya menggebrak meja cukup keras dan berkata, "Balas dendam itu bukan permainan, kamu bisa apa? Paman terlalu memanjakanmu jadi kamu menganggap dunia luar begitu menyenangkan. Di luar sana banyak orang jahat. Kamu mengerti tidak?"

Candrama terperanjat, dia kaget dan takut saat Pamannya menggebrak meja. Ini pertama kalinya dia melihat Pamannya marah.

"Keputusanku sudah bulat Paman. jika saja malam itu Paman mengabulkan permintaanku, aku tidak akan bertindak sejauh ini." Gadis penurut itu membantah untuk pertama kalinya.

"Urunkan niatmu, Nak! Paman akan carikan pemuda baik untukmu. Dan menikahlah dan hidup seperti gadis biasa." Setelah menga
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Keris Darah Candramaya   24. Indrayana Arya

    Candramaya lari terbirit-birit sambil menangis, ujung bibirnya berdarah. Dia berteriak, "Bibi, Kakang memukul pantatku!"Suara teriakan gadis itu sampai di telinga Utari. Wanita itu berniat menghampirinya tapi tangannya di tahan oleh Wismaya.Pria itu menggeleng dan berkata, "Biarkan ..Danu pasti baru menghukumnya. Dia harus di sadarkan, bahwa niatnya untuk balas dendam tidak lah mudah dan berbahaya."Utari mengangguk, dia mematuhi nasehat suaminya.Danumaya melempar bantal dan mengeram, "Sialan!!!!"Teriakan itu mampu membuat tubuh Candramaya bergetar, dia mengunci kamarnya.Sorot mata Danumaya yang mengelap berangsur tenang. Dia menyeka darah Candramaya di bibirnya dengan jempolnya. Dia memandanginya dan menyesal.Gadis itu pasti sangat frustasi, sehingga memilih jalan itu. Dia tahu betapa menderitanya Candramaya karena kematian orang tuanya.Sedangkan Candramaya memutuskan untuk pergi dari rumah itu dan berniat ingin pergi ke Harsa Loka dan membunuh Raja Adi Wijaya.Karena dia lah

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-01
  • Keris Darah Candramaya   25. Gulungan Daun Lontar

    "Lepaskan!" Indrayana Arya mencoba melepaskan cekalan itu, namun gagal. Wajahnya menjadi cemberut, pemuda itu memukul perut pria gendut itu dengan kesal. Pria gendut itu tetap tidak bergerak, tatapannya terlihat datar. Pria itu berkata, "Ayo kita pulang, Ketua menunggu kita. "Sebentar saja, Paman. Tolong lepaskan," dengan wajah memelas, Indrayana berusaha membujuk pengasuhnya. Pria ini begitu patuh dan setia. "Iya," jawab pria bernama Sentot, pria itu mengangguk dan melepaskan cengkramannya. Pria itu berusia sekitar 60 tahunan. Sedangkan pria satunya berusia Sekitar 40 tahunan bernama Darma. Saat Indrayana berhasil membujuk pengasuhnya, dia segera kembali ketempat itu. Namun gadis itu sudah pergi. Wajahnya semakin muram, "Paman gendut!" Indrayana Arya berjalan sambil berkacak pinggang, wajahnya masam dan matanya sedikit berair. Dia berteriak, "Kenapa Paman mengacaukan urusanku? Gara-gara Paman! Dia sudah pergi." Darma tertawa karena melihat tingkah pemuda manja itu. Waja

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-02
  • Keris Darah Candramaya   26. Sumpah Serapah

    Candramaya, dia bergeming dengan mata yang merah dan berair. Amarahnya sekarang seperti gunung merapi yang dalam hitungan detik akan meledak. Dan memutahkan segalanya, gadis itu mengeram lirih, "Arya Balaaditya!" Gadis itu menyadari bahwa Pamannya sengaja melakukannya. Dia bukan pria sembrono. Kebo Ireng menutup mulutnya. Sedangkan Wismaya dia hanya diam. Dia harus siap untuk menghadapi kemarahan keponakannya. Wismaya mengangguk dan Kebo Ireng mengerti. Dia mengundurkan diri dan pamit. "Tutup pintunya?!" Perintah Wismaya, Pria itu berdiri dan tatapannya tajam. Pelayan langsung bergegas menjalankan perintah. Setelah pintu itu tertutup rapat, Wismaya membuka mulutnya, "Tunjukan dirimu!" Candramaya muncul sekarang, dia berdiri tepat di hadapannya. Matanya semerah darah, wajahnya mengeras dan nafasnya tampak liar dan tidak terkendali. Gadis itu memegang keris dan mengarahkan mata keris itu ke leher Pamannya, "Kenapa Paman melakukan ini?" "Paman tidak ingin kamu salah jal

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-04
  • Keris Darah Candramaya   27. Keras Kepala

    Nafas Wismaya naik turun tidak beraturan, dia memijit pelipisnya yang pening dan terduduk kembali. "Anak keras kepala!" Ujarnya lirih. Sedangkan gadis keras kepala itu pergi meninggalkan Pamannya seorang diri. Awalnya dia merasa ragu dan pendiriannya mulai goyah. Tapi bukankah tidak ada yang tidak mungkin kan? Jika dia sudah melangkah ke depan, seperti apapun tantangannya dia tidak akan mundur. Ini adalah bentuk baktinya sebagai seorang anak. Itulah yang selalu Candramaya percayai. *** Arya Balaaditya sekarang berada di persembunyiannya. Sebuah hutan belantara yang terkenal angker dan berbahaya. Ternyata ada tempat yang indah. Ada sebuah air terjun, dan sungai dengan bebatuan besar, airnya jernih dan segar. Di tepi sungai ada beberapa rumah yang sederhana. Tempat itu cukup ramai karena Ada sekitar Lima belas orang dan semuanya laki-laki, berpawakan sangar. Orang jika melihatnya, pasti seperti gerombolan perampok atau pembunuh bayaran. Tapi itu adalah faktanya dulu.

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-05
  • Keris Darah Candramaya   28. Takdir Berkata Lain

    Candramaya terlihat linglung, sepertinya gadis itu sedang memikirkan sesuatu. Bukankah saat akan berangkat terjadi bencana? Seolah-olah dia tidak harus pergi. Dan sekarang roda kereta itu rusak.Apa ini firasat?Sedangkan langit terlihat cerah walaupun hampir senja dan semua terlihat tenang. Candramaya menghilangkan keraguannya, dia tidak boleh mundur sekarang."Bukankah setelah kita melewati hutan belantara ini, kita akan memasuki sebuah perkampungan? Di situ kita bisa beristirahat dan melanjutkan perjalanan esuk harinya," gadis itu menatap langit yang cerah dengan tatapan dinginnya. Dia hafal perjalanan ini, karena ini bukan pertama kalinya.Pendiriannya kokoh bagaikan karang. Sekuat apapun ombak menerjang, dia tidak akan goyah.Setelah melewati perjalanan yang melelahkan, hampir setengah hari, mana mungkin Candramaya mau kembali dengan tangan kosong.Pelayan itu mengangguk, dia bernama Darsih. Wanita itu yang selalu melayani Candramaya saat masih kecil hingga sekarang.Semua peng

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-07
  • Keris Darah Candramaya   29. Candramaya Terdesak

    Semua perampok bersorak kegirangan. Candramaya hanya bisa menangis dan menggigil ketakutan. Dia mencoba membrontak. Gadis itu di seret ke semak-semak dengan paksa dan di dorong ke tanah. Candramaya jatuh tersungkur dengan menyedihkan. "Ibu ..!" Ujar Candramaya lirih. Candramaya membayar sifat keras kepalanya dengan sangat mahal. Jika dia menurut dan mau menunggu pasti kejadiannya tidak akan seburuk ini. Dia tidak berani memanggil nama penunggu keris dan bahkan menggunakannya dalam keadaan mendesak seperti ini. Dia ingat dengan peringatan Pamannya. Sejujurnya dia takut tidak bisa mengendalikan kerisnya. Mata pria bernama Barja di selimuti kabut hasrat, dia menunduk dan merobek sebagian kain yang di kenakan Candramaya hingga terlihat pahanya yang mulus. Tubuh pria tua itu terasa terbakar, jangkunnya naik turun dan air liurnya menetes. Tubuh Candramaya menggigil ketakutan, dia merangkak dengan sisa tenaga. Barja semakin bersemangat, dia menarik kaki Candramaya, "Mau kemana

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-08
  • Keris Darah Candramaya   30. Terbawa Arus Sungai

    Candramaya jatuh kedalam sungai, dia masih menggenggam cunduk manik itu dan berusaha naik ke permukaan.Namun arus sungai sangat deras, dia berulang kali akan tenggelam. Sekarang yang dia takutkan bukan hanya perampok. Tapi ujung dari sungai ini.Para perampok itu menganga, gadis itu sungguh nekat dan berani. Mereka menatap nanar gadis itu yang hanyut ke dalam sungai.Hati mereka terasa sakit, seolah-olah sekarung emas hanyut begitu saja. Tangkapan mereka terlepas sia-sia. Dan mereka merasa di rugikan.Barja berteriak kesal, "Kita kehilangan gadis itu!""Ayo kita kejar dia ketua," ujar salah satu perampok. Mencoba memberi usul.Mata Barja berkedut, "Kamu bisa berenang?""Tidak," pria itu menyengir lebar."Jadi tutup mulutmu!" Barja sangat kesal dan meninju perut anak buahnya.Bug!Pria konyol itu meringis kesakitan. Semua perampok terdiam melihat ketua mereka berjalan pergi dengan jalannya yang tertatih. Kepala Candramaya berhasil naik kepermukaaan air, dia buru-buru menghirup oksige

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-10
  • Keris Darah Candramaya   31. Ketahuan

    Indrayana menelan salivanya, dia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Pemuda konyol itu menunjuk paha Candramaya yang terbuka. Wajahnya merah, dia tersipu malu, "Itu," ujarnya.Mata Candramaya terbelaklak, dia pun akhirnya buru-buru menutup pahanya dengan canggung. Kepala gadis itu tertunduk malu."Indrayana ... " panggil Darma dari kejauhan.Indrayana kelabakan saat mendengar Pamannya terus memanggil, apalagi suara itu semakin mendekat. "Bagaimana ini?" Dia sontak berdiri dan meloncat-loncat seperti anak kecil, wajahnya terlihat sangat panik. Pemuda itu seperti kebakaran jenggot.Candramaya keheranan melihat tingkah pemuda itu. Jadi dia bertanya, "Kenapa?"Indrayana berjongkok di depan Candramaya. Dia berbisik, "Aku harus menyembunyikanmu. Paman-pamanku dan Romoku tidak boleh melihatmu atau aku akan kena masalah," ujarnya. Mulut pemuda itu menganga dan kedua tangannya menangkup wajahnya. Dia terlihat bodoh dan konyol. Pemuda itu hanya menggunakan kain yang di lilit dengan sebuah

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-12

Bab terbaru

  • Keris Darah Candramaya   130. Omelan Emak-emak

    "Huaaa!!!" Kumala jatuh terjerembab di dalam perahu dengan menyedihkan. Perahu yang Kumala naiki juga bergoyang-goyang di atas air. Kumala segera bangun dan menyesuaikan duduknya agar perahu bisa seimbang. Dia memegangi dua sisi perahu dan berteriak marah, "Jangan keterlaluan! Kamu ingin aku tenggelam!"Danumaya tertawa sinis sambil melempar dayung ke arah Kumala, "Cepat pergi!"Mata Kumala seketika melotot dan giginya berkertak, "Awas kamu!""Jika lain kali kamu mendapatkan kesulitan. Aku tidak akan pernah menolongmu lagi," ujar Danumaya dengan sinis. Dia tidak seharusnya menyesal karena telah menolong seseorang. Hanya saja orang yang dia tolong ternyata orang yang tidak tahu diri.Kumala membuang muka lalu berbalik badan, sejenak dia merenung. Gadis itu menggenggam dayung kayu itu dengan erat. Dia harus melawan rasa takut yang dia rasakan. Jarak antara pulau Wijaya Kusuma dan pulau Jawa memang tidak terlalu jauh. Hanya saja dua pulau itu di pisahkan oleh sebuah lautan. Jadi dia har

  • Keris Darah Candramaya   129. Pesan Singkat Seorang Saka

    Wanita lemah lembut itu menatap ke arah Kumala yang sedang berdiri sambil berkacak pinggang, matanya berkilat dengan amarah. "Pantas putraku tidak menyukaimu! Selain kasar, kamu juga tidak tahu malu. Bagaimana bisa kamu berteriak dan mengumpat di depan orang tua. Apa kamu tidak tahu adab dan sopan santun?"Kumala merasa malu, pipinya memerah dan wajahnya tertunduk. Dia kembali duduk dan berkata lirih tanpa berani menatap mata Asri Kemuning, "Maaf, Tuan Putri."Suasana menjadi hening, semua orang tertunduk dan kembali melanjutkan makannya. Berbeda dengan Candramaya yang terang-terangan menatap wajah Ibu Mertuanya. Dia merasa kagum terhadap wanita yang begitu lembut namun sangat tegas.Dia jadi teringat dengan ibunya, mereka sangat mirip.Merasa sedang diamati, Asri Kemuning ikut menatap Candramaya. Mereka saling memandang untuk beberapa detik. Hingga tatapan itu berubah menjadi tatapan canggung. Wajah Candramaya yang dingin melembut, dia tersenyum tipis. Asri Kemuning juga ikut tersen

  • Keris Darah Candramaya   128. Tamu Tak Di Undang

    Kesedihan meliputi semua orang, gadis ceria seperti Cempaka sekarang hancur karena kematian orang yang dia Cintai. Cempaka terus menangis di atas jasad Saka, cinta pertama dan mungkin cinta terakhirnya.Sebuah tangan terulur dan menyentuh pundak Cempaka yang bergetar, "Lepaskan dia, biarkan dia beristirahat dengan tenang."Cempaka mendongak dan membiarkan Indrayana dan Baladewa mengangkat jasad Saka. Cempaka memeluk tubuh Candramaya dan menangis di pelukannya."Menangislah Cempaka! Itu akan membuatmu semakin lebih baik," ucap Candramaya dengan penuh kasih sayang."Terima kasih, Adik," ujar Cempaka dengan suara parau.Memang benar kata pepatah, 'Hanya wanita yang bisa mengerti wanita.'Asri Kemuning sangat tersentuh, dia tidak menyangka gadis dengan wajah dingin itu sangat begitu lembut dan dewasa. "Mungkin ini alasan Indrayana berselingkuh dengannya. Tapi alangkah baiknya jika aku memastikannya lebih dulu," batinnya.Setelah semua mayat di kebumikan termasuk Saka. Cempaka berdiri di

  • Keris Darah Candramaya   127. Tekad Saka

    "Sebentar Romo," Candramaya berlari dan mengambil air dalam sebuah kendi besar. Ada gayung yang terbuat dari cangkang kelapa. "Ini Romo, basuh mata Romo," ujar Candramaya.Arya Balaaditya membasuh matanya, perlahan matanya terasa lebih baik dan pandangannya kembali membaik."Siapa gadis itu?" tanya Asri Kemuning. Dia tersenyum melihat perlakuan manis gadis itu. Dia kira gadis itu sangat kejam, terlihat dari wajahnya yang dingin dan galak. Apalagi saat gadis itu membunuh satu persatu para pemanah dengan keji dan sadis. Seperti pembunuh berdarah dingin.Asri Kemuning mulai semakin meragukan kata-kata Kumala.Indrayana sedang bertarung dengan Saka. Dia menyerang dengan membabi buta, Marah karena orang itu berani melukai ayahnya.Kumala semakin terdesak, dia kira Candramaya tidak ikut. Dengan begitu dia bisa membujuk Asri Kemuning untuk membujuk Putra dan suaminya.Beraninya Paman melukai Romoku!" teriak Indrayana dengan marah. Karena dia mulai kewalahan jadi Indrayana menarik cemetinya.

  • Keris Darah Candramaya   126. Pertumpahan Darah

    "Kang Mas!!" Asri Kemuning bangkit. Rasa lega dan bahagia bercampur membuatnya semakin terharu. Air mata kebahagian mengalir dari matanya yang indah. Dia hendak pergi menuju sumber suara, namun sayang Saka menghalanginya. Wajah pria itu terlihat semakin dingin, dia bahkan memberi isyarat agar Asri Kemuning kembali duduk dengan tenang.Suara riuh itu semakin kencang dan semakin mendekat. Mata Asri Kemuning semakin liar, bergerak-gerak mencari sosok yang dia kenal.Tangan Kumala bergetar, dia sedikit panik kalau kebohongannya akan terbongkar. Tapi dalam sekejab dia berusaha mengendalikan emosinya dan bersikap wajar. Asalkan mendapatkan dukungan Ibu dan Kakek Indrayana, pemuda itu pasti akan patuh.Arya Baladitya dan pasukannya yang dipimpin oleh Baladewa telah sampai di pulau Wijaya Kusuma. Indrayana, Candramaya, Cempaka dan Danumaya juga ikut bersama mereka.Perasaan Arya Balaaditya berkecambuk. Kerinduannya semakin besar dan tak terkendali lagi. Rasa ingin bertemu semakin menggebu-geb

  • Keris Darah Candramaya   125. Pulau Wijaya Kusuma

    Saat pintu terbuka mata Saka terbelaklak, dia tercengang bukan main. Bukan karena terpesona melainkan kaget dengan dandanan Kumala yang begitu mewah dan terkesan norak. Dia memakai kain sutra terbaik dan rambutnya terlihat begitu berat dan ramai dengan banyak hiasan yang terbuat dari emas. Begitu juga dengan riasannya yang begitu tebal. Dan perhiasan emas yang dia kenakan."Apa gadis ini benar-benar waras," batin Saka. Pria yang biasa selalu acuh dengan sekitar dan sibuk dengan dunianya kini teralihkan.Pemandangan itu benar-benar membuat matanya sakit."Aku sudah selesai," ujar Kumala, dia mengangkat dagunya dan berjalan lebih dulu.Ketakutan Saka saat ini bukanlah pertempuran yang mengancam hidupnya. Dia lebih takut jika perahu yang nanti mereka tumpangi terbalik dan Kumala akan tenggelam ke dasar laut akibat tubuhnya yang terlalu berat karna emas-emas yang dia kenakan.Saka naik ke atas kuda, sedangkan Kumala hanya berdiri dengan wajah masam. Gadis itu mulai bertingkah, " Apakah k

  • Keris Darah Candramaya   124. Menjemput Tamu

    Pupil mata Adi Wijaya melebar, namun dengan cepat Adi Wijaya menutupi rasa keterkejutannya dengan tertawa, "Kamu cucu menantuku rupanya. Siapa orang tuamu?""Hamba anak yatim piatu. Hamba sebatang kara, maka dari itu hamba mohon keadilan dari Gusti Prabu. Hanya Kang Mas Indrayana yang hamba miliki di dunia ini, hiks ... " Kumala menangis dengan pilu. Kebohongannya semakin menjadi-jadi.Akting Kumala memang hebat, hanya saja Adi Wijaya tidak peduli. Dia juga tidak suka cucunya menikah dengan gadis yang tidak jelas asal-usulnya. Adi Wijaya memijit keningnya, bagaimana bisa cucunya menikahi sembarang gadis. Dan lebih parahnya, dia juga menjalin hubungan dengan putri Damarjati. Bagaimanapun Indrayana adalah cucunya. Dia membenci Arya Balaaditya tapi tidak dengan cucunya. Darahnya mengalir di dalam tubuh anak itu.Adi Wijaya menghela nafas dan mencoba menahan diri untuk mendapatkan simpati gadis itu. Tujuannya adalah mendapatkan banyak informasi tentang Arya Balaaditya dari gadis itu. "Apa

  • Keris Darah Candramaya   123. Kebohongan Kumala

    Pengawal yang berjaga membuka pintu, mereka berdua tampak marah jadi berbicara dengan keras karena suara mereka teredam oleh suara air hujan. Tentu saja kedua pengawal itu tidak akan memberi izin, "Jangan lancang! Kenapa terus berteriak?""Aku ingin menyampaikan sesuatu! Tolong antarkan aku menghadap Gusti Prabu. Aku tahu di mana Arya Balaaditya berada," Kumala membungkuk dan menyatukan tangannya. Wajahnya pucat dan tubuhnya menggigil.Dua pengawal itu tentu tidak percaya begitu saja. Mana mungkin buronan seperti Arya Balaaditya yang sudah hampir 15 tahun menghilang bagaikan di telan bumi itu kembali. "Jika kamu ingin mengeluh, datang besok saat ada pertemuan di balai istana. Gusti Prabu sedang istirahat," ujar salah satu pengawal."Tidak! Ini sangat penting. Ini masalah Arya Balaaditya. Aku harus bertemu sekarang," ujar Kumala dengan gigi gemeletuk karena kedinginan. Mereka telah menghinanya jadi sekarang mereka harus mendapatkan balasan yang setimpal. Bahkan harus lebih kejam. Dua

  • Keris Darah Candramaya   122. Ancaman Kumala

    Arya Baladitya memerintahkan tugas mereka masing-masing. " Darma dan Ki Sentot kalian datanglah ke ibukota Harsa Loka, sebarkan kabar tentang pelaku yang suka menculik para gadis telah kembali. Buat agar sedramatis mungkin. Karena dengan begitu, berita itu akan menyebar luas dengan sendirinya ke segala penjuru wilayah Harsa Loka. Kita akan memanfaatkan ketakutan rakyat untuk mengusik ketenangan Adi Wijaya." "Baik ... akan kami lakukan, Ketua," ujar Darma dan Ki Sentot. "Dan sekarang sudah saatnya aku menunjukan diriku," Arya Balaaditya menjeda ucapannya. Tatapannya menjadi tajam dan penuh keyakinan. Lalu setelahnya tatapan pria itu beralih kearah keempat para punggawa Harsa Loka. "Dan kalian berempat, gunakan surat perintah dari Adi Wijaya untuk mengejarku," ujar Arya Balaaditya. Pria itu tersenyum penuh arti. Sedangkan Wismaya dan teman-temannya juga ikut tersenyum. Mereka akan mulai bersandiwara dengan seolah-olah mengejar Arya Balaaditya dan membuat pelaku sesungguhnya terkec

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status