Home / Historical / Keris Darah Candramaya / 28. Takdir Berkata Lain

Share

28. Takdir Berkata Lain

last update Last Updated: 2024-08-07 12:57:39

Candramaya terlihat linglung, sepertinya gadis itu sedang memikirkan sesuatu. Bukankah saat akan berangkat terjadi bencana? Seolah-olah dia tidak harus pergi. Dan sekarang roda kereta itu rusak.

Apa ini firasat?

Sedangkan langit terlihat cerah walaupun hampir senja dan semua terlihat tenang.

Candramaya menghilangkan keraguannya, dia tidak boleh mundur sekarang.

"Bukankah setelah kita melewati hutan belantara ini, kita akan memasuki sebuah perkampungan? Di situ kita bisa beristirahat dan melanjutkan perjalanan esuk harinya," gadis itu menatap langit yang cerah dengan tatapan dinginnya.

Dia hafal perjalanan ini, karena ini bukan pertama kalinya.

Pendiriannya kokoh bagaikan karang. Sekuat apapun ombak menerjang, dia tidak akan goyah.

Setelah melewati perjalanan yang melelahkan, hampir setengah hari, mana mungkin Candramaya mau kembali dengan tangan kosong.

Pelayan itu mengangguk, dia bernama Darsih. Wanita itu yang selalu melayani Candramaya saat masih kecil hingga sekarang.

Semua peng
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Keris Darah Candramaya   29. Candramaya Terdesak

    Semua perampok bersorak kegirangan. Candramaya hanya bisa menangis dan menggigil ketakutan. Dia mencoba membrontak. Gadis itu di seret ke semak-semak dengan paksa dan di dorong ke tanah. Candramaya jatuh tersungkur dengan menyedihkan. "Ibu ..!" Ujar Candramaya lirih. Candramaya membayar sifat keras kepalanya dengan sangat mahal. Jika dia menurut dan mau menunggu pasti kejadiannya tidak akan seburuk ini. Dia tidak berani memanggil nama penunggu keris dan bahkan menggunakannya dalam keadaan mendesak seperti ini. Dia ingat dengan peringatan Pamannya. Sejujurnya dia takut tidak bisa mengendalikan kerisnya. Mata pria bernama Barja di selimuti kabut hasrat, dia menunduk dan merobek sebagian kain yang di kenakan Candramaya hingga terlihat pahanya yang mulus. Tubuh pria tua itu terasa terbakar, jangkunnya naik turun dan air liurnya menetes. Tubuh Candramaya menggigil ketakutan, dia merangkak dengan sisa tenaga. Barja semakin bersemangat, dia menarik kaki Candramaya, "Mau kemana

    Last Updated : 2024-08-08
  • Keris Darah Candramaya   30. Terbawa Arus Sungai

    Candramaya jatuh kedalam sungai, dia masih menggenggam cunduk manik itu dan berusaha naik ke permukaan.Namun arus sungai sangat deras, dia berulang kali akan tenggelam. Sekarang yang dia takutkan bukan hanya perampok. Tapi ujung dari sungai ini.Para perampok itu menganga, gadis itu sungguh nekat dan berani. Mereka menatap nanar gadis itu yang hanyut ke dalam sungai.Hati mereka terasa sakit, seolah-olah sekarung emas hanyut begitu saja. Tangkapan mereka terlepas sia-sia. Dan mereka merasa di rugikan.Barja berteriak kesal, "Kita kehilangan gadis itu!""Ayo kita kejar dia ketua," ujar salah satu perampok. Mencoba memberi usul.Mata Barja berkedut, "Kamu bisa berenang?""Tidak," pria itu menyengir lebar."Jadi tutup mulutmu!" Barja sangat kesal dan meninju perut anak buahnya.Bug!Pria konyol itu meringis kesakitan. Semua perampok terdiam melihat ketua mereka berjalan pergi dengan jalannya yang tertatih. Kepala Candramaya berhasil naik kepermukaaan air, dia buru-buru menghirup oksige

    Last Updated : 2024-08-10
  • Keris Darah Candramaya   31. Ketahuan

    Indrayana menelan salivanya, dia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Pemuda konyol itu menunjuk paha Candramaya yang terbuka. Wajahnya merah, dia tersipu malu, "Itu," ujarnya.Mata Candramaya terbelaklak, dia pun akhirnya buru-buru menutup pahanya dengan canggung. Kepala gadis itu tertunduk malu."Indrayana ... " panggil Darma dari kejauhan.Indrayana kelabakan saat mendengar Pamannya terus memanggil, apalagi suara itu semakin mendekat. "Bagaimana ini?" Dia sontak berdiri dan meloncat-loncat seperti anak kecil, wajahnya terlihat sangat panik. Pemuda itu seperti kebakaran jenggot.Candramaya keheranan melihat tingkah pemuda itu. Jadi dia bertanya, "Kenapa?"Indrayana berjongkok di depan Candramaya. Dia berbisik, "Aku harus menyembunyikanmu. Paman-pamanku dan Romoku tidak boleh melihatmu atau aku akan kena masalah," ujarnya. Mulut pemuda itu menganga dan kedua tangannya menangkup wajahnya. Dia terlihat bodoh dan konyol. Pemuda itu hanya menggunakan kain yang di lilit dengan sebuah

    Last Updated : 2024-08-12
  • Keris Darah Candramaya   32. Bermimpi Buruk

    Kaki Indrayana bergetar, dia tahu benar dengan sifat Romonya. Peraturan tetap peraturan. Indrayana dan Arya Balaaditya sudah berpindah-pindah tempat beberapa kali. Mereka bahkan pernah tinggal di negara seberang. "Bagaimana ini, Paman?" Tanya Indrayana dengan cemas. Pemuda manja itu bergelayut pada tangan Ki Sentot. Sedangkan Ki Sentot, dia hanya menghela nafas panjang, "Bagaimana lagi? Sembunyikan gadis itu di kamarmu. Setelah Ketua dan lainnya pergi, gadis itu harus pergi. "Cepat!" Darma mengangguk dan berkata, "Sembunyikan gadis itu dan kami akan menyambut ketua dan yang lainnya. Setelah semua beres, cepat bergabung dengan kami. Tenanglah kami akan selalu mendukungmu," ujar Darma. Walaupun kesannya Darma sangat galak kepada Indrayana. Tetapi dia adalah orang yang sangat peduli padanya. Di mata Ki Sentot dan Darma, Indrayana seperti anak kecil berusia 9 tahun. Seperti saat mereka pertama kali bertemu dulu. Untuk sekian kalinya, Indrayana terharu. Dia tahu apapun yang terjadi,

    Last Updated : 2024-08-14
  • Keris Darah Candramaya   33. Ikatan Lama

    Tatapan Candramaya yang biasa begitu dingin, kini terlihat menghangat. Gadis itu terlelap dalam pelukan Indrayana. Pemuda yang baru satu hari dia kenal. Namun dia menemukan kedamaian dalam dirinya. Dia seperti menemukan rumah. Rumah yang sederhana namun begitu hangat. Candramaya bahkan tetap bergeming dengan perlakuan Pangeran Adhinata. Walaupun pemuda itu menawarkan seluruh isi dunia. Namun dengan Indrayana, dia merasa tersentuh. Selain pemuda itu yang menyelamatkan nyawanya. Dia merasa begitu dekat dengannya. Dia merasa punya ikatan yang terjalin sangat lama. Keesokan harinya. Indrayana terbangun, saat sinar matahari masuk melalui celah jendela. Dia menatap wajah gadis yang ada di dalam pelukannya. Ternyata dia tidak bermimpi. senyumnya merekah lalu berbisik, "Candramaya ...bangun." Tubuh Candramaya merasa segar, walaupun kakinya masih sangat sakit. Wajah Candramaya memerah saat Indrayana menatapnya dengan tersenyum. Mereka seperti sepasang suami istri yang sangat manis. T

    Last Updated : 2024-08-17
  • Keris Darah Candramaya   34. Ramalan Ranu Baya

    Mata Candramaya melebar dengan mulut terbuka, kedua tangannya meremas seprei. Gadis itu bertanya, " Sejak kapan kamu melihatnya?" Indrayana menutup mulutnya dengan rapat dan tersenyum penuh arti, dia memilih keluar kamar tanpa menjelaskan sesuatu. "Indrayana jawab? Indrayana!" Candramaya berteriak. Dia memukul ranjang dengan kedua tangannya yang terkepal saat pemuda itu mengabaikannya. "Pemuda itu tidak sebodoh yang aku kira!" Candramaya mengeram kesal. Gadis itu memegang kakinya yang berdenyut nyeri. Tidak seharusnya dia memaksakan dirinya untuk berjalan. Sekarang dia merasakan rasa sakit yang luar biasa. Indrayana berjalan keluar rumah setelah membuat Candramaya kesal. Dia juga sangat kesal dan sedih. Jadi mencari udara segar itu adalah solusinya. Pemuda itu berdiam diri menyaksikan para Pamannya sedang sibuk di halaman untuk mengatur upacara pernikahannya yang dadakan. Ranu Baya sedang duduk dengan salah satu rekannya bernama Baladewa. Pria yang dulunya adalah ketua peramp

    Last Updated : 2024-08-19
  • Keris Darah Candramaya   35.Kabar Buruk Untuk Waringin

    "Tidak! Aku tidak butuh bantuanmu, kali ini aku akan menahannya." Candramaya memiliki firasat buruk, jadi dia menolaknya dengan tegas."Baiklah ..ini yang terakhir." Indrayana memberikan cawan itu dan mengedipkan sebelah matanya.Candramaya memutar bola matanya dengan jengah. Ternyata ada yang jauh lebih genit dari kakaknya. Bedanya hanya Danumaya pria dewasa yang mesum dan pemarah. Sedangkan Indrayana, pria manja yang suka merajuk."Gluk!" Candramaya menutup hidungnya dan menengguknya dengan susah payah. Kening gadis itu mengerut dan menaikan hidungnya. Karena rasa pahit yang memenuhi mulut dan tenggorokannya."Gadis pintar .." ujar Indrayana, pemuda itu menepuk-nepuk kepala Candramaya dengan gemas.Pipi pucat Candramaya merona, gadis itu tersipu malu."Lihat ..wajahmu langsung berseri, semua ramuan Romo memang manjur," ujar Indrayana. Pemuda itu kini duduk di sisi ranjang lalu menyentuh kaki kiri Candramaya. Dia mengurutnya dengan lembut.Candramaya meringis kesakitan dan mengeluark

    Last Updated : 2024-08-21
  • Keris Darah Candramaya   36. Tanah Para Dewa

    Danumaya kembali menyusuri hutan terlarang, dia berjalan mengikuti jejak kaki yang begitu banyak. Sayup-sayup terdengar suara gemericik air. Hingga dia mendekati sumber suara itu berada.Di sebuah tebing, kini Danumaya berdiri, angin berhembus menerpa wajahnya yang tampan. Kedua tangannya terkepal kuat dan bibirnya bergetar. Bulir bening mulai jatuh dari sudut matanya yang tajam, menatap lurus kebawah. Danumaya bermonolog, "Mungkinkah Candramaya tercebur ke dalam sungai? Tapi dia di lindungi Putri Tanjung Kidul."Di bawah sana ada sebuah sungai yang besar. Arusnya terlihat tenang artinya sungai itu sangat dalam. Permukaan air terlihat bercahaya layaknya berlian yang bertabur di atas permadani saat terkena cahaya matahari.Danumaya bergegas pergi dengan membawa sobekan kain milik Candramaya. Pemuda itu menuju kudanya dan pergi mencari jalan lain menuju ujung sungai.Saat Danumaya menuruni jalan yang semakin masuk ke dalam hutan terlarang. Yang dia temui hanya padang sabana yang luas da

    Last Updated : 2024-08-23

Latest chapter

  • Keris Darah Candramaya   166. Arti Dari Kehidupan

    Adhinatha mengerjabkan matanya. Sejak terakhir pemuda itu melukai saudara sepupunya. Tidak pernah Adhinatha menunjukan batang hidungnya ataupun menyapa pada Indrayana. Itu semua karena dia merasa malu. "Lepaskan! Aku juga ingin melakukan penebusan dosa." "Dengan bunuh diri maksudmu!" Ujar Indrayana tanpa melepas cekalannya, sebelah alisnya terangkat. "Ibuku tidak bunuh diri! Begitu pun aku!" ujar Adhinatha dingin. Indrayana melepas cekalannya, sudut bibirnya terangkat, "Nyawa memang harus di bayar dengan nyawa. Hukuman mati memang pantas untuk Ibumu. Tapi kamu tidak!" "Berhenti membuatku malu, Indrayana. Aku telah melukai dirimu dan berniat melenyapkanmu!" ujar Adhinatha dengan nada putus asa. Indrayana menatap lamat ke arah adik sepupunya lalu kembali berkata, "Kalau begitu aku yang berhak menghukummu. Maka hukumanmu adalah dengan menuruti permintaanku!" Pemuda itu melirik ke arah istrinya dengan senyum jahil. Candramaya yang sangat hafal dengan sifat Indrayana hanya bisa menden

  • Keris Darah Candramaya   165. Pati Obong

    Damayanti Citra merenung sepanjang malam, dia meringkuk di atas ranjang dengan perasaan bersalah. Semakin dia mengelak semakin merasa malu. "Aku akan melakukan penebusan dosa!" Gumamnya dengan penuh tekad. Wanita itu melakukan puasa mutih untuk membersihkan diri dan jiwanya dari segala dosa dan kepahitan. Hal sama juga di lakukan oleh Candramaya. Setelah satu pekan masa berkabung, Arya Balaaditya naik tahta menjadi raja pengganti Adi Wijaya. Karena stempel kerajaan ada di tangannya sekarang. Dan Asri Kemuning adalah pewaris yang sah. Namun karena negeri Harsa Loka harus di pimpin oleh laki-laki, maka suaminya-lah yang akan naik tahta. Upacara penobatannya di lakukan dengan hidmat di alun-alun di depan rakyat. Tugas pertama yang harus dilakukan oleh Arya Balaaditya adalah menghukum pelaku teror dan pembunuh Damarjati dan ketiga rekannya. Awalnya semua orang cukup terkejut dengan pakaian yang dikenakan oleh Damayanti Citra, pasalnya dia memakai pakaian yang membuat orang bertanya-t

  • Keris Darah Candramaya   164. Hati seluas Samudra

    Deg!Ucapan putranya telah menghancurkan keyakinan Damayanti Citra. Wanita itu mengerjabkan matanya yang mulai terasa panas. Genangan air mata itu telah tumpah. Kenyataan itu membuatnya sakit. "Narendra ... " gumamnya.Adhinatha mengerjabkan matanya yang mulai memanas, dia merasa sedih dan tidak tega. Pemuda itu berjalan mendekat ke arah sel. Kedua tangannya terangkat dan hendak memasukannya ke dalam celah besi.Damayanti Citra tetap bergeming saat Adhinatha memanggilnya, "Ibu ... kemarilah."Perubahan emosi Damayanti Citra sangat mudah berubah. Tadi dia menangis tersedu-sedu dan sekarang tertawa sinis, "Kenapa hanya aku yang terbakar? Kamu dan wanita sialan itu tidak. Kenapa?" tanyanya dengan nada putus asa."Karena aku telah membuang segala kepahitan dalam hatiku," jawab Adhinatha dengan lirih."Jadi kamu mau bilang kalau hati Ibumu ini penuh dengan kepahitan?" ucapan Damayanti Citra terhenti, wanita itu mengangkat sudut bibirnya lalu kembali tertawa sinis, "Heh! Mereka telah menyu

  • Keris Darah Candramaya   163. Wanita Picik

    Damayanti Citra mendengkus kesal, kedua alisnya semakin menukik tajam. Asri Kemuning memegang jeruji besi dengan kuat, wajahnya yang lembut berubah dingin. Wanita itu mendekatkan wajahnya dan berkata dengan sedikit berteriak, "Aku berpenyakitan! Bahkan setiap detik aku takut mati. Aku takut tidak bisa melihat tumbuh kembang putraku. Sedangkan kamu? Kamu sehat Citra! Kamu sehat dan kamu bisa berada di sisinya setiap waktu. Jika masalah kasih sayang dan dukungan orang tua, kita sama Citra. Kamu tidak mendapatkan kasih sayang Ibumu dan aku Romoku. Hanya bedanya adalah Ibumu telah wafat saat melahirkanmu dan Romoku masih hidup dan terus mengabaikanku."Damayanti Citra juga ikut berteriak karena merasa tertohok. Namun tidak mau mengakuinya, "Tapi suamimu setia! Sedangkan aku tidak!"Asri Kemuning terperangah mendengar jawaban Iparnya lalu menggelengkan kepala. "Kenapa kamu membandingkan hidupmu dengan hidup orang lain? Setia atau tidaknya seseorang itu pilihan. Bukan takdir atau nasib, Ci

  • Keris Darah Candramaya   162. Mantra Suci

    "Hah!" Candramaya tersadar. Candramaya membuka matanya. Mata merah menyala itu kembali ke semula. "Indrayana ... " panggilnya dengan linglung.Indrayana tertawa lirih, "Kamu kembali!""Apa yang terjadi? Kenapa tanganku menyerangmu?" Candramaya memang tersadar tapi tubuhnya masih dikendalikan oleh sosok hitam Putri Tanjung Kidul. Gadis itu mendongak dan menatap sekitar dengan bingung. Candramaya mencoba mengangkat tangannya ke atas namun yang terjadi justru tangan itu semakin kuat menekan ke bawah. "Gunakan mustika itu, cepattt!!" pekiknya."Tapi aku akan melukaimu!" ujar Indrayana dengan perasaan gamang."Tidak akan!" Karena kedua tangan Indrayana sedang menahan serangan Candramaya. Pemuda itu akhirnya memukul punggung Candramaya dengan menggunakan lututnya dengan cukup keras.Bug!Akkhhh!Tubuh Candramaya oleng, keris itu terlempar cukup jauh. Indrayana mengambil kesempatan itu untuk memegangi kedua tangan Candramaya. Dan membalikkan keadaan dengan menduduki tubuh gadis itu yang ja

  • Keris Darah Candramaya   161. Pertarungan Batin Candramaya

    Arya Balaaditya menahan tubuh Istrinya yang hendak menghampiri putranya. Sedangkan Kumala, gadis itu meringsut di dalam pelukan kakeknya.Di bawah derasnya air hujan dan angin yang bertiup kencang. Indrayana bangun dan terduduk di tanah. Pemuda itu meringis saat melihat ekspresi dingin Candramaya.Candramaya berjalan mendekat sambil menggerak-gerakan kuku-kukunya yang panjang. Wajah datar dan menyeramkan itu menyeringai. Indrayana tidak berniat untuk kabur atau semacamnya. Dia hanya mengatur nafas dan menunggu Candramaya menghampirinya dengan pasrah. "Dewata ... " gumamnya.Tatapan Indrayana tertuju pada Mustika yang dia genggam. "Cik! Lemah," eram Candramaya. Tatapannya begitu liar dan beringas. Mendengar cibiran Candramaya, Indrayana tersenyum getir lalu bergumam, "Aku memang lemah!"Baladewa yang tidak tahan akhirnya hendak menyerang Candramaya namun Indrayana berteriak, "Jangan, Paman! Jangan ikut campur!"Indrayana langsung mengangkat tangannya dan membuat jarak dengan membuat

  • Keris Darah Candramaya   160. Hanya Indrayana Yang Bisa

    Ketiga orang itu akhirnya menajamkan telinganya, Kebo Ireng berkomentar, "Sepertinya ada yang sedang bertarung?""Benar Kakang! Ayo kita periksa!" imbuh Seno Aji.Wismaya memberi saran, "Tunggu! Sebaiknya kiita harus fokus. Kalian cari Pangeran Narendra dan Dewi Puspita Sari saja, sebelum orang itu pergi lebih jauh. Aku dan Aji Suteja yang akan memeriksa siapa yang sedang bertarung itu."Setelah menimbang-nimbang saran Wismaya yang masuk akal, mereka bertiga akhirnya mengangguk dan setuju.Kebo Ireng dan Seno Aji pergi menuju tempat kediaman Puspita Sari dan Narendra. Sedangkan Wismaya dan Aji Suteja pergi ke tempat pertarungan itu.Saat Wismaya dan Aji Suteja ke sumber suara, mereka berdua terperangah saat melihat Candramaya dan Indrayana sedang bahu hantam."Apa yang terjadi?" tanya Aji Suteja dengan wajah yang menegang.Wismaya merasakan kejanggalan pada sosok keponakannya. Tentu sosok berwujud Candramaya itu tidak dia kenal. Jantung Wismaya seketika bergemuruh, wajahnya pucat lalu

  • Keris Darah Candramaya   159. Menunaikan Janji

    Alih-alih patuh, Candramaya justru semakin gila menyerang Danadyaksa yang terlihat kewalahan. Tubuh Danadyaksa penuh dengan sabetan keris.Tanpa pikir panjang, Indrayana masuk dalam pertarungan dan mencoba melerai. Dia bahkan tidak segan memukul pundak Candramaya guna menghentikan aksinya, "Hentikan kataku!"Bug!"Akhhh!!" Candramaya memekik kesakitan."Maaf!" ujar Indrayana. Pemuda itu memeluk tubuh Candramaya dari belakang. Perasaan bersalah muncul di hatinya setelah memukul istrinya. Candramaya menoleh, seringainya tampak mengerikan. Indrayana reflek langsung melerai pelukannya karena terkejut.Danadyaksa yang licik menggunakan kesempatan saat melihat pasangan itu lengah. Namun langkah pria itu terhenti saat Candramaya membuat gerakan yang membuat keris itu melesat dan menebas leher Danadyaksa dengan cepat. Secepat kedipan mata.Swwisss!Zrak!Bug!!Kepala Danadyaksa jatuh ke tanah lalu tubuh gempal itu tersungkur. Tubuh yang terpenggal itu mengejang dan menyemburkan banyak darah.

  • Keris Darah Candramaya   158. Adi Wijaya Wafat

    Prang!!Botol itu jatuh ke lantai dan pecah, namun ternyata hanya botol kosong. Arah mata semua orang kini tertuju pada pecahan botol itu. Narendra merasa terkejut sedangkan Asri Kemuning dan Arya Balaaditya merasa keheranan.Puspita Sari merasa malu sekarang, kedua tangannya saling meremas. Dia menyadari reaksinya menunjukan bahwa dia adalah wanita yang egois. "Kangmas mempermainkanku?!" eram Puspita Sari. Wanita itu mendelik karena merasa dipermainkan."Haha ... Ohok! Ohok!" Adi Wijaya tertawa di sela batuk berdarahnya. Nafasnya terengah dan dadanya mulai sesak. Keringat dingin kini bermunculan di kening pria itu seiring wajahnya yang memucat dan bibirnya yang mulai membiru. Dia menatap istri mudanya dengan tatapan nanar sambil menekan dadanya. Sekarang dia sadar, tidak ada yang benar-benar mencintainya. Tiba-tiba Asri Kemuning menangis, dia berhambur memeluk lengan ayahnya.Sedangkan Narendra dan Puspita Sari yang sudah tahu akhir dari pertarungan ini memilih untuk kabur meningga

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status