Beranda / Fiksi Sejarah / Keris Darah Candramaya / 18. Padepokan Gagak Hitam

Share

18. Padepokan Gagak Hitam

Danadyaksa mengangguk pelan, suara Adi Wijaya berhasil membuatnya bergidig ngeri.

Tentu saja, pria tua itu semakin tua semakin mengerikan. Bukannya bertobat, dia justru semakin keji dan bengis!

Tidak heran jika Adi Wijaya tega mengasingkan istri pertamanya dan putri kandungnya sendiri. Apalagi seseorang yang tidak ada hubungan dengannya.

Danadyaksa mengambil beberapa tangkai bunga mawar berwarna hitam dan meletakannya di depan sang Raja yang sedang duduk bersila.

"Kamu sedang menguji kesabaranku!" Tanya Adi Wijaya, raut wajahnya berubah datar dengan tatapan elang yang menusuk dan mengintimidasi.

Danadyaksa menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Menundukan kepala dengan tangan menyatu memohon ampun, "Hamba tidak berani, Gusti Prabu."

"Lalu apa ini, Patih!" Adi Wijaya mengeram kesal sambil meremas Mawar Hitam itu.

Danadyaksa menghirup nafas dalam-dalam, menetralkan rasa takut yang menguasai jiwanya lalu berkata, "Itu racun, Gusti."

Adi Wijaya buru-buru melempar bunga yang d
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status