Home / Romansa / Kembalinya sang Putri Pewaris / Bab 1. Sebuah Kenyataan

Share

Kembalinya sang Putri Pewaris
Kembalinya sang Putri Pewaris
Author: Ziya_Khan21

Bab 1. Sebuah Kenyataan

“Ah… Sayang, bagaimana kalau istrimu datang?”

Deg!

Jantung Bianna Arzenia Harland seolah mencelos mendengar suara itu dari dalam kamar. Tangannya yang gemetar menutup mulut agar tidak menimbulkan suara.

Telinganya seperti berdenging saat desahan demi desahan dari hasil pergulatan di dalam sana terdengar hingga keluar kamar.

“Jangan pedulikan wanita bodoh itu, Sayangku…”

Apa katanya?! Wanita bodoh?!

Dada Bianna langsung bergemuruh disesaki amarah. Teganya Kevin melakukan ini di belakangnya?!

Padahal, sesaat yang lalu, Bianna merasa ada sedikit keraguan dalam hatinya. Bagaimana mungkin, seorang Kevin Jeremy, suaminya yang selama ini begitu mencintainya, mengkhianatinya? Kabar burung itu pasti salah!

Namun, setelah melihat dengan mata kepalanya sendiri…. hatinya hancur berkeping-keping.

Bianna tak bisa lagi menahan rasa sesak dalam dadanya. Dia tak mungkin berpaling dan berpura-pura tidak melihat apapun.

Karena itu, dia menyentak pintu lebih kuat hingga terbuka.

Dua manusia yang bergumul tanpa sehelai benang pun di dalam sana tampak terkejut dan buru-buru meraih selimut untuk menutupi tubuh keduanya.

“Bianna?! Bagaimana bisa kamu—”

“Teganya kamu melakukan ini padaku, Kevin!” sentak Bianna dengan bibir gemetar, menyela ucapan suaminya.

Sekeras apapun mencoba tegar, Bianna tak bisa menahan air mata yang jatuh menetes di balik kacamatanya.

Sementara sang suami, yang tadinya kelihatan panik, kini tampak tenang seolah tak terjadi apapun. Dengan santainya, Kevin beringsut dan memakai kimono tidur yang tersampir di kursi meja rias.

“Tadinya aku tidak ingin percaya berita yang kudapatkan selama ini. Tadinya aku berharap kalau kamu tetaplah laki-laki dan suami yang bisa aku percaya, tapi apa ini, Kevin! Tega, kamu mengkhianati aku sama—”

Bianna mengalihkan pandangannya pada wanita yang tengah duduk bersandar headboard ranjangnya dengan selimut menutupi tubuh polosnya.

“Leony? Kamu ….” Bianna melangkah mendekat ke ranjang. Amarah di dadanya membuat Bianna ingin menjambak rambut wanita itu!

Namun, Kevin dengan cepat menahan langkah Bianna yang akan menyerang Leony.

“Jangan salahkan dia, Bia! Kalau ada orang yang harus disalahkan dalam hal ini adalah kamu! Paham!?”

Bianna terbelalak mendengar tuduhan Kevin.

“Aku? Kenapa jadi aku yang salah padahal jelas-jelas kamu yang sudah selingkuh dengan sekretarismu itu! Jadi, ini alasan kamu memecat Eluza dan menjadikan dia sekretarismu? Iya, Vin? Jawab!”

“Tidak usah teriak!” sentak Kevin kesal, membuat Bianna langsung terdiam. Selama ini, Kevin tidak pernah membentaknya sedikit pun …

“Aku sudah bosan padamu yang selalu tampil sederhana dan tidak pandai berdandan. Leony lebih segala-galanya darimu, Bia. Itu kenapa aku sudah menikahinya,” ucap Kevin tanpa beban, seolah apa yang ia ucapkan bukan hal besar.

“Apa kamu bilang!?”

Rasanya seolah ada ribuan pisau yang menusuk hati Bianna. Bagaimana bisa pria biasa yang dia angkat derajatnya menjadi seorang CEO di perusahaan ayahnya, ternyata tidak menghargainya sebagai seorang istri.

“Tidak usah menangis. Karena kamu sudah ada di sini, maka sudah waktunya juga kamu tahu hal ini.” Kevin menjeda ucapannya hanya untuk mengambil map yang ada di atas meja rias lalu menyerahkannya pada Bianna.

“Kamu punya dua pilihan, Bia. Rela dimadu dan tetap hidup mewah bersamaku, atau bercerai tapi semua harta kekayaanmu jadi milikku. Silakan pilih.”

Mata Bianna membelalak tak percaya dengan semua ucapan Kevin. Namun, bukannya melihat isi dari map itu, wanita itu justru merobek dan melemparkannya tepat ke wajah Kevin.

“Dasar laki-laki tak tahu diri! Aku sudah menjadikanmu pengusaha hebat tapi apa balasanmu padaku? Dan dengan mudahnya kamu mau menguasai harta warisan ayahku? Jangan mimpi kamu Kevin! Justru aku yang akan menendangmu dari kehidupanku sekarang juga!” Bianna berkata dengan mata yang basah, tetapi bara amarah jelas terlihat di sana.

Sementara itu, Kevin bukannya takut, dia justru tertawa terbahak-bahak mendengar ancaman dari istri tuanya itu. Dia segera mengambil satu map lagi yang ada di dalam laci meja rias lalu kembali memberikannya pada Bianna.

“Aku sudah menduga kamu akan menolak permintaanku, itu sebabnya aku sudah lebih dulu mempersiapkan surat-surat yang seharusnya kamu tandatangani dan lihatlah map itu,” ujar Kevin dengan tenang.

“Di sana kamu sudah menandatangani surat perceraian kita sekaligus surat peralihan kekayaan dari almarhum ayahmu padaku. Itu artinya mulai sekarang semua harta ini sudah jatuh ke tanganku, kamu dengar, Bia?” jelas Kevin dengan seringai senyum kembali tercetak di bibirnya.

Tangan Bianna gemetar melihat dokumen itu. Kapan ia menandatangani surat itu?!

“I-ini tidak mungkin terjadi…” Wanita berkacamata itu membolak-balik lembaran kertas di tangannya dengan panik. Dia terkejut kala melihat sudah ada dua kertas yang terdapat tanda tangannya.

“Kamu benar-benar berengsek, Kevin! Kamu gunakan kesempatan di saat aku lengah!” salak Bianna dengan berurai air mata.

“Sekarang kamu sudah tahu ‘kan? Kalau kamu bukan lagi pemilik dari Harland Group dan juga bukan istriku lagi. Jadi, saat ini juga aku minta kamu keluar dari tempat ini!” Kevin menunjuk pintu dengan tangan kirinya. Tatapannya tajam dan tanpa belas kasihan sama sekali.

“Tidak! Kamu tidak bisa melakukan ini padaku, Kevin!” protes Bianna sambil mencengkeram kimono pria itu. “Ini semua milik orang tuaku, kamu tidak berhak atas semuanya!”

Namun, dengan kasar, Kevin tepis tangannya hingga wanita itu jatuh terduduk di lantai.

Kevin segera menghubungi keamanan villa tempatnya tinggal melalui ponselnya. Tidak berapa lama, dua orang satpam datang di depan pintu kamarnya.

“Seret wanita ini keluar dan jangan biarkan dia masuk villa ini tanpa seizinku!” titahnya dengan suara tegas.

“Baik, Tuan!” sahut kedua satpam itu sambil memapah berdiri Bianna.

“Lepaskan aku!” Bianna menarik tangannya dari kedua orang itu lalu dia menatap pada Kevin. “Baik, Kevin. Aku terima semua ini. Tapi ingat, aku tidak akan membiarkan kamu hidup dengan tenang, lihat saja!"

Setelah berkata seperti itu, Bianna pun meninggalkan kamar itu dengan hati yang tidak lagi utuh juga air mata yang kembali menetes. Dia benar-benar terluka dan kehilangan arah saat ini.

Bagaimana mungkin pria yang dia nikahi karena cinta justru mengkhianatinya setega ini? Ternyata selama ini dia hanya dijadikan alat untuk mendapatkan kekuasaan saja. Pantas saja sejak kematian sang ayah, perilaku Kevin berubah 180 derajat, dan selalu saja mengabaikan dirinya sebagai istri.

Dengan perasaan terluka dan tidak tahu harus ke mana, Bianna melajukan mobilnya membelah jalanan malam dengan sangat kencang. Matanya dia biarkan basah karena air mata.

Dalam hati dia berjanji akan membalas pengkhianatan, penipuan dan penghinaan yang dia dapatkan dari pria itu.

Tanpa sadar Bianna menekan pedal gas terlalu dalam, entah apa yang ada di dalam pikirannya, yang pasti saat ini dia hanya ingin pergi meninggalkan semuanya. Hingga saat berada di pertigaan, Bianna yang tidak memperhatikan jalan pun tidak menyadari sebuah truk yang lewat berlawanan arah.

Bianna kaget saat truk itu sudah dekat dan dia tidak bisa menghindar begitu saja. Alhasil dia banting stir ke kanan. Namun, naas dia menabrak mobil yang ada di depannya hingga mobilnya sendiri terguling dua kali dan berakhir dengan posisi terbalik dan berhenti tepat di bibir jurang.

“Tidak! Aku tidak boleh mati lebih dulu, aku harus menuntut balas pada mereka….”

Comments (23)
goodnovel comment avatar
Username💋
Jangan mati dlu yah Bia
goodnovel comment avatar
Cyya Yaya
semoga ada yang menyelamatkan bia... bia harus selamat dan harus membalas pengkhianatan suaminya enak aja main rebut rebut mana selingkuh lagi
goodnovel comment avatar
Viiie
Bianaaa hiks hiks ...... di bohongin habis habisan ...... udah di selingkuhin harta pun di rampas semua.. Kevin brengsek bgtt ......... hidup kamu gk akan tenang dengan ambil hak orang lain ......
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status