Share

Bab 6. Tak diduga

Kaki jenjang Bianna memasuki sebuah kamar di lantai dua rumah mewah itu. Ada Damian menyusul di belakangnya, tanpa bicara dan hanya memperhatikan gerak gerik Bianna yang sedang menyusuri isi kamar miliknya. 

Bianna cukup terperangah melihat isi kamar paling luas yang ada di rumah ini. Kamar utama dengan ranjang besar berada di sebelah kanan pintu menjadi pemandangan pertama yang ditangkap mata almond wanita itu. 

Di sebelah kirinya terdapat satu ruangan dengan sliding door kaca buram yang Bianna tebak adalah ruang ganti Damian yang juga  terhubung dengan kamar mandi kamar ini. 

Bianna melanjutkan langkahnya menuju dinding yang ditutupi dengan gorden transparan. Bianna yakin dibalik gorden itu pasti pemandangan luar rumah ini. Namun, sebelum membukanya, wanita berambut panjang itu menengok pada Damian yang ternyata sudah duduk di tepi ranjang dan sedang melonggarkan dasinya. 

“Maaf, Damian. Aku sudah terlalu lancang menyentuh isi kamar ini,” ujar Bianna yang merasa tak enak karena sedari tadi berkeliaran di dalam kamar pria itu. 

“Ini kamarmu juga,” jawabnya singkat pun tanpa melihat ke arah Bianna. 

“Apa itu artinya kita akan tidur bersama di sini?” Hati-hati Bianna bertanya, kedua tangannya sudah bertaut di depan tubuhnya. Jujur, bicara dengan Damian membutuhkan mental yang cukup agar siap dengan segala reaksinya yang sulit ditebak. 

Damian melepas dasi lalu jasnya dan meletakkannya ke sisi ranjang yang kosong. Sambil membuka kancing lengan kemejanya, pria bercambang tipis itu berkata, “Opa ada di sini, aku tidak bisa membiarkanmu tidur terpisah dariku.” Damian bangkit dari duduknya. Melihat raut wajah terkejut Bianna, seringai senyum tersungging di bibirnya. 

“Cukup mainkan peranmu sebagai istriku di depan Opa dan yang lainnya, bukan di hadapanku. Aku rasa kamu mengerti apa maksudku, Bia.”

Jelas. Bianna tentu sangat mengerti apa yang diinginkan Damian. Mana mungkin pria tampan penuh kharisma itu akan tertarik pada dirinya yang sudahlah janda, miskin lagi. 

“Baiklah. Aku mengerti,” jawab Bianna.

Baru saja Bianna akan bertanya lagi, tiba-tiba saja pintu kamar ada yang mengetuk. Damian segera menyahut dan pintu besar itu terbuka dari luar. Ada Marta datang bersama dua orang pelayan di sampingnya. 

“Maaf, kalau saya mengganggu waktu istirahat Tuan dan Nyonya,” ucap Marta dengan sedikit tertunduk. 

“Ada apa?” sahut Damian datar saja. 

“Gaun malam untuk Nyonya sudah tiba, Tuan. Juga pakaian harian yang Anda minta sudah ada di sini.” Marta menunjukkan tiga paper bag dan satu kantong pakaian berisi gaun malam yang dia maksud tadi. 

“Masuklah dan letakkan di dalam walk in closet,” titah Damian tanpa basa-basi. 

“Baik, Tuan. Apa Nyonya mau mencobanya dulu? Kita masih ada waktu kalau gaun ini tidak sesuai dengan keinginan Anda.” Bianna tersenyum, tetapi tidak langsung menyahut. Dia justru melihat pada suaminya. 

“Apa aku boleh mencobanya?” tanya Bianna terus terang. 

“Itu terserah kamu.” Tepat setelah bicara seperti itu, ponsel miliknya berdering. Damian segera menggeser ikon telepon dan bicara pada si penelepon. Sementara Bianna sudah mendekati kepala pelayan kediaman Lysander yang akan menuju ruang ganti kamarnya. 

Di dalam sana Bianna benar-benar mencoba gaun malam yang khusus dibeli untuknya yang akan dipakai di acara makan malam perayaan pernikahannya tadi siang. Gaun off shoulder warna merah marun yang sangat mewah itu terlihat semakin memukau saat melekat di tubuh tinggi dan ramping wanita itu. 

“Anda cantik sekali Nyonya Bia,” puji Marta setulus hati. 

“Benarkah? Ini tidak terlalu terbuka, bukan? Atau ini terlalu seksi, Marta?” Bianna merasa kurang nyaman dengan kedua bahunya yang terbuka. 

“Jangan khawatir, Nyonya. Ini ada scarf-nya. Kalau anda kurang nyaman pakai ini untuk menutupinya.” Selvi memberikan scarf warna senada gaun hanya beda bahannya saja. 

“Kamu benar. Terima kasih Selvi.”

“Tidak usah sungkan, Nyonya. Tapi dipakai begini saja lebih elegan, lho, Nyonya.” Selvi kembali menyarankan. 

“Jangan dipaksakan, Nyonya. Senyamannya Nyonya saja,” ujar Marta menimpali. Wanita paruh baya ini terlihat sangat ramah dan baik hati. 

“Terima kasih, Marta,” ucap Bianna sambil menggenggam tangan wanita itu. 

Setelah beberapa saat Marta, Selvi, dan Inara keluar dari ruangan itu meninggalkan Bianna yang sedang membereskan baju-baju harian yang baru saja dibeli ke dalam lemari. 

Mungkin karena belum terbiasa dengan lingkungan barunya, Bianna tersentak kaget saat sliding door ruang ganti kamarnya terbuka. sontak Bianna menoleh pada orang yang baru saja masuk.

“Damian?” pekik wanita itu.

“Aku pikir sudah tidak ada orang di sini, Bia,” ucap pria yang menggulung lengan  kemejanya hingga siku itu dengan santainya seperti tidak terkejut sama sekali.

Bianna berdecak pelan, dalam hati dia harus membiasakan jika hal seperti ini akan sering terjadi nantinya. 

“Tidak masalah. Silakan kalau kamu mau memakai tempat ini, aku akan keluar dulu.” Bianna hentikan kegiatannya lalu segera beranjak dari sana. Namun, belum lagi dia mencapai pintu keluar, Damian kembali memanggilnya. 

“Apa ada yang bisa aku bantu?” 

Damian tersenyum penuh arti, lalu menunjukkan sesuatu yang membuat mata almond Bianna terbelalak dengan lebarnya. Refleks kedua tangan Bianna menyilang ke depan dadanya. Dia lupa tidak mengenakan bra saat berganti kaos longgar setelah mencoba gaun malamnya tadi.

“Jangan coba-coba memancingku dengan trik murahan seperti ini, Bia.” Seketika mulut Bianna ternganga atas tuduhan Damian yang tidak berdasar itu. Dengan menahan kesal sekaligus malu, Bianna melangkah mendekati pria yang menatapnya penuh intimidasi itu. 

“Belajarlah untuk tidak menuduh sembarangan pada orang lain, Tuan Damian!” Bianna menyambar pakaian dalamnya yang dipegang oleh Damian dengan kasar. Dalam hati Bianna mengumpat pada diri sendiri karena sesaat melupakan kalau tempat ini bukanlah kamarnya yang dulu melainkan kamar pria dingin yang pelit bicara itu. 

Bersambung …

Comments (19)
goodnovel comment avatar
ida Sari
haha ko bisa sih sampai ga nyadar,bia ga bra,,trs Damian seenaknya aja nuduh gitu,,siapa juga yg menggoda km,, bukannya km yg tergoda ya ......
goodnovel comment avatar
Ika Dewi Fatma J
emang kamu tergoda damian? hahaha biar sekarang jd janda miskin tapi punya pendukung yg kuat
goodnovel comment avatar
Viiie
aduhaiii Damian..Bia gak mancing loh, cuma kayak nya kamu tuh yg kepengen..udah mau keluar masih balik lagi buat ngegodain Bianna..dasar Damian.. tapi kayak ny bakalan seru nih liat perdebatan manis mereka hehehe..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status