Share

Bab 2. Bertemu Damian

Bianna tersenyum getir ketika dengan mata kepalanya sendiri melihat mobil yang tadi dia tumpangi akhirnya jatuh dan meledak di bawah jurang. Langit malam pun berubah terang karena api yang menyala dari badan mobil itu. 

Dia beruntung karena sempat menyelamatkan diri meski blouse yang dia pakai robek di bagian lengan karena tersayat kaca jendela yang pecah. Wanita yang mengikat rambut hitam panjangnya itu pun memilih pergi dan menyingkir dari tempat itu sebelum warga sekitar mendekati lokasi kecelakaannya.

Belum lagi terlalu jauh dari tempat kecelakaan, Bianna merasa perutnya sakit sekali. Tidak ingin peduli, tetapi semakin dia berjalan, sakit itu semakin menjadi. Bianna sempatkan berhenti untuk mengatur napas.

“Tidak! Aku tidak boleh kalah. Aku masih harus kembali untuk merebut semua yang seharusnya menjadi milikku,” gumam Bianna sembari melanjutkan langkahnya, hingga entah sudah berapa lama dia berjalan tubuhnya semakin melemah dan matanya pun berkunang-kunang.

Saat Bianna mengira di seberang jalan ada sebuah kios untuk dirinya berteduh, dengan langkah sempoyongan dan juga sambil meremas perutnya yang sakit, wanita itu pun menyeberang.

Bianna terkejut ketika mendengar klakson sebuah mobil yang mendekatinya. Wanita itu menjerit sambil menutup mata yang sudah tidak pakai kacamata. Tepat saat mobil mengerem, Bianna pun jatuh tergeletak di atas aspal jalan. 

Dia tidak sadarkan diri…. 

***

Bias cahaya matahari yang menyusup melalui celah gorden ruang rawat itu menerpa wajah seorang wanita yang terbaring tidak sadarkan diri sejak satu minggu yang lalu.  

Kelopak matanya bergerak-gerak dan perlahan terbuka. Bianna mengerjap berulang kali untuk menyesuaikan pencahayaan yang masuk ke retinanya. Perlahan tetapi pasti dia bisa melihat sesuatu meski sedikit buram karena tanpa kacamata.

“Minum….” gumamnya lirih yang ternyata didengar oleh seorang pria yang sedari tadi duduk di sofa tidak jauh dari ranjangnya. 

Pria itu segera meletakkan iPad yang dia pegang ke sisi sofa lalu beranjak berdiri menghampiri ranjang.

“Akhirnya kamu sadar juga. Sebentar saya panggilkan dokter.” 

Tanpa menunggu jawaban Bianna, pria itu beralih mendekati dan menekan tombol interkom yang terhubung dengan ruang petugas kesehatan. Setelah itu dia mengambil gelas air minum yang ada di atas nakas.

“Minumlah,” ujar pria asing itu sambil memberikan ujung sedotan ke depan mulut Bianna. 

Bianna membiarkan air mineral membasahi tenggorokannya dan merasakan sejuknya yang melegakan.

“Anda… siapa?” tanya gadis itu dengan suara serak. “Dan… di mana aku?”

Pria itu terdiam beberapa detik sebelum menjawab. “Saya Damian. Kamu ada di rumah sakit. Apa kamu tidak ingat apa yang terjadi pada dirimu?”

Bianna mengerjapkan kelopak matanya sekali lagi mencoba mengingat apa yang sudah terjadi pada dirinya sendiri. Sekelebat bayang kejadian saat dia menangis di dalam sebuah mobil lalu kecelakaan dan berakhir dirinya hampir tertabrak mobil terlintas di otaknya.

Sedetik kemudian, Bianna menangis saat ingatannya kembali pada waktu dia memergoki sang suami sedang bergumul bersama dengan sekretarisnya.

Melihatnya, Damian hanya diam dan membiarkan Bianna menumpahkan perasaannya lewat tangisan yang memilukan.

“Su-sudah berapa lama aku berada di sini?” tanya Bianna setelah tangisnya mereda.

Ekspresi Damian tidak terbaca. Dengan tenang dia menjawab, “Kamu tidak sadarkan diri sejak seminggu yang lalu.”

“A-apa?! Seminggu?” Bianna berusaha bangkit dari baringnya dan itu mengejutkan Damian.

“Hati-hati! Kamu baru saja sadar, jangan banyak bergerak dulu,” ujar pria itu sambil membantu Bianna yang memaksa untuk duduk.

“Tidak! Aku tidak boleh terus berbaring di sini. Aku harus menemui laki-laki itu dan mengambil kembali semua milikku!”

Damian mengernyitkan dahinya tidak mengerti apa yang dikatakan oleh wanita itu. “Tenanglah, tunggu dokter memeriksamu.”

Bianna tak bisa memberontak saat pria itu membantunya kembali berbaring karena tenaganya sama sekali tak ada. 

Tepat saat itu, dokter memasuki ruang rawatnya bersama seorang suster. Tanpa basa-basi, Damian mempersilakan sang dokter untuk memeriksa keadaan Bianna.

“Syukurlah semua sudah kembali normal. Selamat Nyonya, kami sudah sempat khawatir kalau anda akan tidur cukup lama,” ucap dokter sambil tersenyum.

“Terima kasih, Dokter,” sahut Bianna lemah.

“Jangan terima kasih pada saya, berterima kasihlah pada Tuan yang ada di samping Anda. Jika bukan dia, mungkin nyawa Anda sudah sejak awal tidak tertolong.” 

Mendengar pernyataan dokter, Bianna langsung menoleh pada Damian.

Meski matanya sedikit kabur karena tidak memakai kacamata, Bianna bisa menilai pria di sampingnya itu sepertinya bukan pria yang jahat.

“Bisakah saya mendapatkan kacamata saya lagi? Tanpa itu saya tidak bisa melihat dengan jelas,” ungkap Bianna jujur.

“Baik Nona, kami akan menyediakan kacamata untuk Anda. Kalau begitu kami permisi dulu, selamat pagi.” Dokter dan suster yang bersamanya pun segera meninggalkan ruangan itu.

“Terima kasih, Tuan. Saya berutang budi pada Anda. Tidak… saya sudah berutang nyawa pada Anda,” ucap Bianna tulus meskipun perasaannya gundah.

Damian menatapnya lekat. “Tidak perlu berterima kasih, saya menolongmu atas dasar kemanusiaan.”

Mendengar suara tenang tapi penuh intimidasi itu membuat Bianna menelan ludah. Namun, ia memaksakan diri agar kembali bersuara. 

“Apa pun itu, saya janji setelah saya kembali normal, saya akan balas semua kebaikan Anda.”

“Tidak usah terburu-buru,” sahut Damian seolah itu bukan perkara besar. “Apa ada keluarga yang bisa kamu hubungi?” 

Bianna tersenyum getir mendengarnya. Dia anak yatim piatu, dan kini dia pun seorang janda. 

“Keluarga? Sayangnya mereka sudah musnah terbakar bersama mobil yang jatuh di jurang itu,” jawab Bianna dengan sarkas.

“Apa maksudmu, Bia?”

Sontak Bianna terbelalak. Ia menatap pria yang baru saja memanggil nama panggilan akrabnya dengan tatapan tak percaya. 

“Anda mengenal saya?”

Komen (21)
goodnovel comment avatar
Cyya Yaya
syukurlah ada yang menyelamatkan biar tapi siapa ya Damian kok bisa tau namanya bia
goodnovel comment avatar
Viiie
ternyata udah seminggu aja Biana dirawat.,pasti dia lelah dan syok dengan perselingkuhan suami nya sampe pingsan segitu lamanya ... kira" Damian itu siapa ya?? karna blm pake kacamata sampe gak ngenalin siapa pria depan ny semoga Damian bisa bantu permasalahan Biana ......
goodnovel comment avatar
yesi rahmawati
Damian kenal bian ya? Apa dia masa lalu bian jadi dia tahu nama akrab bian ya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status