“Pergilah, Althon,” ujar Agnes, salah satu sahabat baik Alicia. “Jangan menghancurkan pesta ini dengan kehadiranmu. Lihatlah dirimu. Kami datang dengan pakaian mewah, sedangkan kau datang dengan seragam kerjamu yang kotor dan bau.”
“Pergilah sebelum aku menghajarmu!” Kevin, salah satu sahabat Alvin, berteriak. Ia mendadak diam ketika Althon menatapnya tajam.
Althon menggertakkan gigi, berusaha mengendalikan napas yang memburu. Ia memang sering mendapatkan perlakukan tidak adil dan dipermalukan di depan umum, tetapi ia tidak menerima hal ini.
Althon mendekati Alicia dan Alvin.
“A-apa yang akan kau lakukan, brengsek? Pergi dari tempat ini sekarang!” Alvin mundur selangkah. Ia takut saat melihat tatapan dingin Althon. Ia berhenti merundung Althon setelah pria itu menghajar para pengawal dan teman-temannya ketika masa sekolah dulu. Ia hanya berani merundungnya melalui hinaan.
“Alicia, apakah kau mempermainkanku selama ini?” tanya Althon.
Alicia memutar bola mata. “Jika aku memang mempermainkanmu, apa yang akan kau lakukan padaku, Althon? Apa kau akan menghajarku? Kau seharusnya bersyukur karena aku mau mendekatimu meski aku hanya berpura-pura.”
Alvin melemparkan botol minuman pada Althon, tetapi Althon memukul botol itu hingga hancur berkeping-keping.
Semua orang terkejut, menahan napas mereka.
“Pergilah dari tempat ini sekarang juga!” Alvin mendengkus kesal, menatap pecahan botol di lantai. “Dasar pembuat onar, sialan!”
Althon tahu ia bisa menghajar Alvin dan teman-temannya hingga babak belur, tetapi ia tidak mungkin menang melawan mereka karena mereka memiliki uang dan keluarga yang mendukung mereka.
Althon rela berhenti dari tempat kerjanya hanya untuk menyelamatkan Alicia. Akan tetapi, ia justru mendapatkan penghinaan dari wanita itu. Semua pengorbanannya selama ini hanyalah sia-sia. Harga dirinya sangat terluka.
Teman-teman Alvin mulai mencibir Althon dan memintanya untuk pergi.
Althon masih berdiri di tempatnya. “Sebelum aku pergi, aku ingin bertanya padamu, Alvin. Apa kau yang menyuruh Alicia untuk mendekatiku dan mempermainkanku?”
Alvin tertawa. “Ayolah, Althon. Kau seharusnya berterima kasih padaku karena kau bisa dekat dengan kekasihku. Kau tidak pernah merasakan dekat dengan seorang wanita dan diperlakukan dengan baik sepanjang hidupmu, bukan?”
“Kau tahu, Alicia selalu saja kesal setiap kali dia bercerita padaku mengenai kedekatannya denganmu. Dia mengatakan kau sangat menjijikkan dan menyedihkan.”
Alvin dan teman-temannya tertawa.
Althon mengepalkan tangan erat-erat, berjalan mendekat. “Aku pasti akan membalas semua perbuatan kalian!”
“Apa yang bisa kau lakukan untuk membalas perbuatan kami?” Alvin tertawa. “Kau hanya pria miskin yang tidak memiliki siapa pun dan apa pun. Kau pikir aku akan melelepaskanmu jika kau menyakitku dan teman-temanku? Tentu saja tidak! Aku pastikan kau akan membusuk di penjara.”
Althon berjalan mendekati Alvin, tiba-tiba berlari.
“Penjaga!” teriak Alvin seraya mundur hingga nyaris terjatuh. Wajahnya pucat pasi karena ketakutan. “Usir sampah ini dari tempat ini sekarang juga!”
Dua penjaga segera berlari dan mendekati Althon. “Jangan membuat kekacauan di tempat ini, sialan!”
Althon menumbangkan kedua penjaga itu dengan mudah hingga mereka terbaring di lantai. Alvin, Alicia, dan teman-teman mereka sontak terkejut, menjauh dari Althon.
Althon memukul Alvin hingga pria itu terpental, menabrak dinding, dan ambruk di lantai. “Aku seharusnya menghajarmu sejak dulu, Alvin. Merengeklah seperti bayi.”
Althon merasa cukup lega setelah menghajar Alvin.
Alvin meringis kesakitan, menyentuh hidung dan mulutnya yang berdarah. “Dasar brengsek! Aku pasti akan menghancurkanmu, Althon!”
“Althon, apa yang kau lakukan? Kau benar-benar sudah gila!” teriak Alicia seraya membantu Alvin berdiri. “Penjaga! Usir sampah ini sekarang juga! Dia sudah membuat kekacauan dan menyakiti kekasihku!”
Enam pengawal memasuki ruangan, berlari menghampiri Althon.
Althon menatap tajam Alicia dan Alvin. “Kalian tidak perlu mengusirku. Aku akan keluar sekarang.”
“Tangkap sampah itu sekarang juga! Dia harus mendekam di penjara!” Alvin berteriak seraya menunjuk Althon.
Alvin segera menghubungi polisi, meringis kesakitan. “Dasar brengsek! Sampah itu memukulku sangat keras.”
“Kau harus membalas perbuatan sampah itu, Alvin,” ujar Kevin.
Althon meninggalkan ruangan dengan terburu-buru setelah menumbangkan para penjaga. Ia mengabaikan tatapan orang-orang. Ia ingin berteriak sekencang mungkin untuk mengeluarkan semua kekesalannya, tetapi ia sadar hal itu tidak mengubah apa pun.
Althon menatap cincinnya, melihat darahnya menetes ke cincin. Ia tidak menyadari jika cincin itu berkedip-kedip.
Althon menaiki sepeda listriknya, meninggalkan club sebelum para penjaga mengejarnya. Ia berhenti di taman kota, duduk di sebuah kursi yang dekat dengan danau. Hujan tiba-tiba menguyur sangat deras hingga pengunjung taman berlarian.
Althon masih duduk di kursi, membiarkan hujan membasahinya.
“Aku pasti akan mendapatkan masalah besar karena sudah memukul Alvin. Dia tidak akan melepaskanku begitu saja.” Althon mengepalkan tangan erat-erat. “Aku sudah tidak memiliki pekerjaan sekarang. Aku harus memulai hidupku dari awal.”
Althon mengembus napas panjang, bersandar di kursi, menatap langit. “Kenapa hidupku selalu menderita? Apa aku tidak pantas bahagia?”
Althon memejamkan mata erat-erat, membuka mata ketika teringat dengan kejadian di club tadi. Ia sangat benci ketika melihat Alicia dan Alvin berciuman.
Althon mendekati danau, mengambil sebuah batu, lalu melempar batu itu ke sisi lain. “Tidak ada gunanya mengeluh. Aku harus kembali melanjutkan hidupku. Penjara bukan akhir dari segalanya. Pada akhirnya, orang yang paling bisa aku percaya adalah diriku sendiri.”
Althon mengecek ponselnya yang bergetar. “Alicia … maksudku wanita gila itu mengirimiku pesan.”
[Althon, bersiaplah untuk menjalani hidupmu di penjara]
[Kau tidak akan bisa lari]
[Alvin sudah melaporkanmu pada polisi]
Althon berdecak ketika wajah Alicia muncul di permukaan air yang beriak. Ia melemparkan batu hingga wajah wanita itu menghilang. “Aku terlalu bodoh sampai terpedaya oleh wajah polos dan kata-kata manismu, Alicia. Kau memang pantas bersama pria brengsek seperti Alvin.”
“Aku sebaiknya pergi sebelum para polisi menangkapku.” Althon menaiki sepeda listriknya, bersiap pergi.
Sepuluh mobil mewah memasuki gerbang taman, lalu menepi tidak jauh dari Althon.
Althon terkejut. “Siapa mereka? Apa mereka adalah suruhan Alvin?”
Para pria berpakaian hitam tiba-tiba keluar dari mobil dalam waktu nyaris bersamaan. Tak lama setelahnya, sebuah mobil muncul dan menepi di dekat Althon.
Althon melajukan sepeda listriknya, tetapi benda itu tiba-tiba mogok. “Kenapa sepeda ini selalu mogok di waktu yang tidak tepat?”
Althon turun bersamaan dengan seorang pria berpakaian mewah keluar dari mobil yang baru menepi. Ia mundur beberapa langkah, mengepalkan tangan erat-erat.
“Siapa kalian? Apa kalian adalah orang-orang suruhan Alvin?”
Pria berpakaian mewah dan seluruh bawahannya tiba-tiba membungkuk hormat pada Althon. Hujan semakian deras mengguyur.
Althon terkejut, menundur beberapa langkah, menoleh ke sekeliling. “Apa yang terjadi? Kenapa orang-orang itu tiba-tiba membungkuk? Apa mereka membungkuk padaku?”
Pria berpakaian mewah mulai berdiri tegak, mendekati Althon. “Tuan Muda, kami akhirnya menemukan Anda. Ikutlah bersama kami sekarang.”
“Siapa yang kau panggil Tuan Muda?” Althon menetap pria-pria asing di depannya.
“Tuan Muda Althon, ikutlah bersama kami. Kami akan mengantar Anda untuk bertemu dengan kakek Anda di Paradise Mansion.”
“Tuan Muda Althon? Kakekku? Paradise Mansion?” Althon menunjuk dirinya, kebingungan. “Siapa kalian sebenarnya? Jangan mempermainkanku!”
“Kami datang untuk menjemput Anda. Kami bisa mengetahui posisi Anda dari cincin yang Anda kenakan.”
“Cincinku?” Althon mundur beberapa langkah, menyembunyikan cincinnya. “Cincin ini adalah peninggalkan orang tuaku. Pergilah dari hadapanku sekarang.”
“Kami tidak akan pergi sebelum Anda ikut bersama kami, Tuan Muda.”
Althon menarik napas panjang, mengembuskan perlahan. “Berhentilah bersandiwara. Aku tahu kalian adalah suruhan Alvin untuk menangkapku. Jika kalian memang ingin menangkapku, kalian tidak perlu berakting dan memanggilku dengan panggilan Tuan Muda. Aku … aku hanyalah pria yatim piatu yang besar dan tumbuh di panti asuhan. Aku tidak mengenal orang tuaku, apalagi kakekku.”
“Kami adalah bawahan dari kakek Anda, Master Anthony. Dia memerintahkan kami untuk mencari cucunya yang hilang.”
Althon mengembus napas panjang untuk kesekian kalinya. “Dengarkan aku baik-baik, Tuan. Aku sudah menjalani hari ini dengan sangat buruk, dan aku berharap kau tidak membuat hariku menjadi lebih buruk lagi dengan sandiwaramu. Hentikan sandiwaramu dan segera tangkap aku.”“Tuan Muda, kami datang bukan untuk menangkap Anda. Kami datang untuk mengantar Anda bertemu dengan kakek Anda. Kami bukanlah suruhan pria bernama Alvin seperti yang Anda duga,” ujar pria berusia tiga puluh tahunan.Althon memijat kepalanya yang pening. “Kau benar-benar keras kepala.”“Tuan Muda, sentuh cincin Anda selama tiga detik hingga cincin itu bekedip beberapa kali. Anda akan mendapatkan informasi mengenai Anda.”“Berjanjilah untuk berhenti bersandiwara setelah aku melakukan permintaan konyolmu.” Althon menyentuh cincin selama tiga detik. Ia terkejut ketika sebuah layar hologram tiba-tiba muncul di hadapannya. “Apa ini?”Althon menyentuh layar hologram, tetapi tangannya justru menembus layar. Ia membaca informasi
Anthony tiba-tiba berlari dan memeluk Althon sangat erat. Pria tua itu menangis sesegukan. Ia seperti mendapatkan kekuatan setelah mendengar Alan menemukan cucunya yang sudah lama menghilang.Anthony memangis ketika melihat Althon untuk pertama kalinya. Ia sudah mencari cucunya selama bertahun-tahun. Harapannya semakin menipis bersamaan dengan kondisinya yang semakin menurun. Akan tetapi, doanya untuk bertemu dengan Althon akhirnya terkabul.“Althon, aku sangat bahagia kau kembali. Harapanku akhirnya menjadi kenyataan.”“Kakek?” Althon memanggil dengan suara kecil. Ia masih bingung, tetapi ia membalas pelukan Anthony. “Kakek.”Anthony melepas pelukan, menatap Althon lekat-lekat, mengelus pipi cucunya berkali-kali. “Kau sangat mirip dengan ayahmu, Althon.”“A-apa benar aku adalah cucumu?” Althon menoleh pada Alan dan para pengawal yang masih membungkuk. “A-aku … aku ….”“Kau memang cucuku. Kau mewaris fisik ayahmu, tapi kau memiliki mata ibumu.” Anthony menggenggam tangan Althon. “Aku
“Awalnya, aku berencana untuk menjadikan Arthur sebagai pewaris utama keluarga, tetapi rencana itu gagal karena aku terpengaruh oleh hasutan ketiga putraku. Ketika aku mengetahui jika Arthur sama sekali tidak bersalah, aku justru mendapatkan kabar jika Arthur, Adele, dan kau mengalami kecelakaan yang menewaskan kalian bertiga. Namun, aku percaya jika kalian masih hidup, dan itu terbukti dengan kau yang ada di dekatku, Althon.”“Aku … aku sangat terpukul hingga jatuh sakit. Aku mengerahkan semua yang aku bisa untuk mencari keberadaan kalian, tapi aku tidak mendapatkan hasil apa pun. Aku akhirnya tahu jika ketiga putraku yang sudah menghalangi pencarianku. Mereka jugalah dalang di balik kecelakaan yang akan menewaskanmu dan orang tuamu. Aku sangat murka pada mereka, tetapi mereka mengelak jika mereka memfitnah Arthur, mencelaikainya dan keluarganya.”“Mereka memanfaatkan kondisiku yang terus melemeh dan sakit-sakitan untuk mengambil alih seluruh harta kekayaaan keluarga, termasuk kekaya
Anthony kembali ke kamar untuk beristirahat. Sementara itu, Althon mengelilingi rumah bersama Alan dan beberapa pengawal.“Aku pasti akan tersesat jika aku tidak pergi bersamamu, Alan.” Althon berjalan di lorong, menatap lukisan-lukisan, patung, dan guci di sisi kiri dan kanan. Ia masih belum terbiasa dengan kemewahan dan kemegahan mansion ini.“Anda bisa menggunakan bantuan Ansen jika Anda tersesat, Tuan Muda,” ujar Alan.“Aku lupa soal Ansen. Aku belum terbiasa dengan kehidupan baruku.”Althon mengunjungi banyak ruangan, dan ia masih saja terkejut dan terkagum-kagum. “Aku kesulitan mengingat saking banyaknya ruangan di mansion ini.”Althon mengujungi halaman belakang, berjalan di taman belakang, menyentuh air mancur. “Alan, seluas apa mansion ini?”“Mansion Anda seluas Pulau Esa, Tuan Muda.”“Apa?” Althon terkejut. “Maksudmu, Pulau Esa adalah rumahku?”“Pulau Esa adalah pulau ekslusif milik Master Arthur, ayah Anda. Selain itu, Pulau Adu, Pulau Gati, Pulau Pato, dan Pulau Mali juga
Noah terkejut ketika Althon mengetahui identitasnya. “Bagaimana mungkin pengemis sepertimu mengenalku? Apa kau mengikutiku hingga ke tempat ini?”Noah mengamati Althon lekat-lekat. “Tunggu, aku mengenalmu. Kau adalah si brengsek Althon. Kau sudah menghancurkan pesta adikku dan menghajarnya di hadapan semua orang. Kau bahkan akan melecehkan pacarnya.”“Apa?” Althon mengepalkan tangan erat-erat. Ia adalah korban dari kejahatan Alvin dan Alicia, tetapi mereka justru memfitnahnya. “Alvin dan Alicia sudah mempermainkanku dan mempemalukanku di hadapan semua orang. Alvin memang pantas mendapat hukuman.”“Dasar brengsek!” teriak Noah sangat keras hingga para pengunjung menoleh ke arahnya dan Althon. “Bagaimana kau bisa berada di Pulau Adu sekarang? Kau adalah buronan di Asthonia. Kau seharusnya berada di dalam penjara sekarang. Alvin mengalami kecelakaan hingga berada di rumah sakit karena ulahmu.”“Alvin mengalami kecelakaan?” Althon terkejut, tersenyum ketika mengingat ucapan Alan semalam.
Semua orang seketika terkejut ketika melihat Sean Ruild dan pasukannya membungkuk hormat pada Althon, seorang pria berpakaian lusuh yang mereka anggap sebagai pengemis. Suasana begitu hening bahkan beberapa mobil ikut berhenti.Noah sontak mundur beberapa langkah. Mata dan mulutnya terbuka sangat lebar. Pria itu membeku, sedangkan jantungnya justru berdetak sangat cepat seperti akan meledak.Noah menggelengkan kepala dan mengerjapkan matanya berkali-kali. Mulutnya seperti akan jatuh ke trotoar saking terkejut melihat kejadian ini. “Ba-bagaimana mungkin Tuan Sean Ruild membungkuk pada pria sialan itu dan memanggilnya Tuan Muda? Apa sedang berada di alam mimpi sekarang?”Noah menatap Althon lekat-lekat. “Pria brengsek itu hanya seorang pegawai restoran kecil. Dia … hanyalah pria tidak berguna. Dia bahkan tidak pantas menginjakkan kakinya di Pulau Adu sekalipun.”Noah menampar pipinya dengan sangat keras, menyentuh pipinya yang terasa panas. Ia menatap trotoar selama beberapa waktu. “Das
Vin dan staff Paradise Store sontak terkejut, menjatuhkan tas belanjaan dari tangan mereka. Mereka menatap Althon tak percaya, saling bertatapan. Meski begitu, mereka tidak berani mengatakan apa pun.“Tuan Muda.” Vin berkata dengan suara kecil. Ia tahu bahwa dirinya dan staffnya sudah melakukan kesalahan fatal dan hanya menunggu untuk mendapatkan hukuman.“Sean, aku ingin pergi dari tempat ini secepatnya. Kau harus memastikan belanjaanku sampai dengan selamat di rumahku.” Althon berjalan menuju mobil Sean, menoleh pada Noah yang masih mematung.“Aku mengerti, Tuan Muda.” Sean membungkuk, memberi tanda pada para pengawalnya, berjalan mengikuti Althon.Para pengawal Sean memasukkan tas-tas belanjaan Althon ke mobil. Noah dan semua orang melihat peristiwa itu dalam diam.Althon mendekat pada Noah, merapikan jas pria itu. Ia menahan tawa saat melihat wajah pucat pasi Noah. “Senang bertemu denganmu, Noah. Aku tidak sabar untuk bertemu lagi denganmu dalam waktu dekat. Aku harap malammu meny
“Althon, bagaimana keadaanmu?” tanya Anthony sembari berlari. Ia mendekat bersama beberapa pengawal dan seorang dokter.“Aku baik-baik saja, Kakek. Kau tidak perlu mengkhawatirkanku.”Anthony memeriksa keadaan Althon, menoleh pada seorang pria berjas putih. “Segera periksa keadaan cucuku sekarang. Aku tidak ingin dia terluka.”“Kakek.” Althon terkejut ketika seorang dokter mendekat ke arahnya. “Aku hanya mengalami masalah kecil dengan beberapa orang.”“Tidak boleh ada siapa pun yang menghina dan menyakitmu, Althon. Kau adalah cucuku yang sangat berharga. Aku tidak akan memaafkan diriku jika kau terluka.” Anthony menyeka tangis, tampak khawatir.“Kakek.” Althon menatap Anthony lekat-lekat. Ia melihat kakeknya sangat mengkhawatirkannya. “Aku menganggap masalah di Paradise Store bukanlah hal besar karena aku sering mendapatkan perundungan dan perlakukan buruk dari orang lain. Akan tetapi, Kakek tidak bisa menerima perlakukan orang-orang itu setelah semua hal yang dia alami selama ini,” g
Althon tengah mengamati penampilannya di cermin. Ia mengembus napas panjang, mengamati keadaan kamar. “Aku merasa waktu berlalu sangat cepat, padahal aku sudah berada di rumah selama empat hari.”Althon mengepalkan tangan erat-erat. “Aku tidak boleh berleha-leha saat ketiga pria brengsek itu dan keluarga mereka sibuk dengan kehidupan mereka. Aku harus menyelesaikan tugas ini dengan baik.”Althon keluar dari kamar. Ali dan para pengawal membungkuk hormat padanya. “Master Anthony sudah menunggu Anda, Tuan Muda,” ujar Ali. Althon dan Anthony bertemu di meja makan.“Bagaimana dengan persiapanmu, Althon?” tanya Anthony. “Aku sudah menyusun beberapa rencana, Kakek. Aku harap aku bisa menyelesaikan misi dengan baik dan secepat mungkin.”“Jangan terlalu terburu-buru, Althon. Kau sedang menilai manusia, bukan sebuah benda. Manusia adalah makhluk yang tidak bisa diterka. Mereka bisa berubah dalam waktu sangat singkat.”“Althon.” Anthony menyentuh tangan Althon. “Kau harus sangat berhati-hati
Pasukan bertopeng terus menembakkan jaring dan peluru ke arah para berandal. Para berandal bergerak melewati teman-teman mereka yang masih bergelimpangan di tanah. Draco mengamati keadaan dari atap mobil, mendengkus kesal. “Mereka sudah tahu lebih dahulu penyerangan ini.”Pasukan bertopeng menembakkan peluru dari balkon, rooftop, halaman, dan atas pohon. Para berandal yang bergerak mulai tumbang di tanah, terinjak-injak berandal lain.Pasukan bertopeng melemparkan bom asap ke berbagai arah. Para berandal seketika ambruk setelah mengisap asap. Draco terkejut saat melihat para berandal bergelimpangan di tanah. “Dasar bajingan! Mereka menggunakan bom asap sehingga sampah-sampah itu tidak sadarkan diri! Kenapa Red Sting memiliki bom asap? Apakah mereka memiliki sekutu yang membantu mereka?”Draco mengepalkan tangan erat-erat. “Kemampuan menembak mereka juga sangat sempurna. Mereka bukan anggota Red Sting. Mereka adalah orang-orang terlatih.”Ryan, Ronny, dan anggota Red Sting mengamati
“Bos Reno akan pergi ke Pulau Eso bersama Bos Raka.” Ryan mengamati pesan saksama, memasukkan ponsel ke saku celana, mengembus napas panjang. Ryan mengamati anggota-anggota Red Sting yang terus berdatangan. “Bos Reno tidak mengatakan apa pun soal pekerjaannya dengan Bos Raka padaku. Dia hanya mengatakan jika dia harus membantu pekerjaan Bos Raka. Mereka juga terlibat dengan kelompok orang-orang bertopeng itu.”Ryan mengepalkan tangan erat-erat. “Aku senang karena anggota pasukanku kembali berkumpul. Akan tetapi, kedatangan mereka dalam jumlah banyak akan membuat musuh curiga. Orang-orang itu kemungkinan akan menyerang kembali, dan aku akan kesulitan untuk menjaga dan melindungi mereka sekaligus.”Ryan mencengkeram pagar, melirik seorang pria bertopeng di belakangnya. “Orang-orang sialan itu menepati semua perkataan mereka hingga saat ini. Mereka tidak hanya memberi tempat aman, tetapi juga menyediakan kebutuhan pasukanku, termasuk senjata. Apa sebenarnya hubungan mereka dengan Bos R
Pria bertopeng harimau itu seketika berbalik, menatap Raka lekat-lekat. Ia mendekat seraya mengambil pistol dari saku celana. Tanpa mengatakan apa pun, ia tiba-tiba menembakkan peluru pada Raka. Raka bergegas menghindar ke samping, bergerak cepat menuju pria bertopeng itu. Ia mengambil pisau dari sabuk celana, menghunuskan pisau. Raka dan pria bertopeng harimau itu memutar tubuh, melayangkan tendangan hingga pisau dan pistol terlempar ke lantai. Kedua pria itu saling menyerang, bertarung imbang selama beberapa waktu. Reno mengamati pertarungan dari celah lubang pintu. “Bos Raka bertarung dengan pria bertopeng itu. Pria bertopeng itu ingin menguji kemampuan Bos Raka.”Raka dan pria bertopeng bertarung di tengah ruangan, saling menendang, memukul, menyikut, dan menarik satu sama lain. Raka dan pria bertopeng itu sama-sama terdorong mundur beberapa langkah, menatap satu sama lain tanpa berkedip. Embusan napas mereka terdengar bersahutan. Raka dan pria bertopeng itu melesat maju, mem
“Star Company adalah perusahaan yang sedang berkembang pesat. CEO sebelumnya terlibat masalah korupsi sehingga harus mendekam di penjara.” Althon tersenyum, mengepalkan tangan erat-erat. “Ini tugas yang sangat sulit,” gumamnya. “Tugas ini sangat penting untukmu, Althon. Saat kau menjadi ahli waris keluarga Leander, kau membutuhkan banyak orang yang bisa kau percaya untuk mengelola perusahaan-perusahaanmu maupun orang-orang yang bisa menjagamu dan keluargamu. Tugas ini akan membuatmu mengenal lebih banyak orang dari berbagai sisi.”“Aku mengerti, Kakek,” ujar Althon. “Kepercayaan adalah sesuatu yang sangat mahal. Ali dan para pengawal akan tetap menjagamu, tetapi mereka tidak akan membantumu dalam tugas ini. Kaulah yang harus memilih sendiri orang yang berhak mendapatkan kepercayaanmu.”Anthony memberi anggukan pada Alan. Alan segera menghubungi seseorang. Tak lama setelahnya, seorang pria memasuki ruangan makan, membungkuk pada Anthony dan Althon. “Dia adalah Paul, salah satu orang
Arnold, Aaron, dan Andy sangat sibuk dengan pembangunan kawasan super megah yang mereka rencanakan. Keluarga mereka terlibat dalam proyek tersebut. Mereka tidak ingin kalah, dan sangat berharap menjadi pemenang. Emerald Place adalah kawasan yang terus mendatangkan keuntungan besar setiap tahunnya, dan mereka menginginkan kawasan tersebut menjadi milik mereka.Hubungan Arnold, Aaron, dan Andy menjadi renggang setelah Anthony memberikan tugas pada mereka. Mereka saling mencurigai satu sama lain. Persaingan juga terjadi di antara Alex, Andrew, dan Alfie sebagai putra pertama.Di tengah ketegangan yang terjadi, Alexa semakin sebal mengenai kedekatan Alex dan Agnes. Ia tidak ingin keduanya memiliki hubungan spesial. Alexa berjalan memasuki ruangan Agnes, mengabaikan beberapa pegawai yang membungkuk padanya. Ia ingin memberi peringatan pada Agnes.Alexa mengintip Agnes di celah pintu. Ia melihat wanita itu tengah sibuk bersama beberapa pengawalnya. “Agnes adalah wanita yang cantik, cerdas,
Althon tersenyum. “Aku memberimu kepercayaan, dan kau harus memberikan kesetiaanmu padaku, Brody.”Brody tiba-tiba berlutut. “Aku memberikan hidup dan kesetiaanku padamu.”Althon mengepalkan tangan erat-erat, mengamati Brody dan para pengawal di ruangan ini. “Brody adalah orang pertama yang aku rekrut. Dia menyerahkan hidup dan kesetiaannya padaku. Akan tetapi, Ali, Alan, dan para pengawal lain melindungi dan menjagaku karena aku adalah putra dari ayahku.”“Brandon,” panggil Althon. Seorang pria tinggi memasuki ruangan, membungkuk pada Althon, melirik Brody yang masih berlutut. “Aku datang atas panggilanmu, Tuan Muda.”“Berdirilah, Brody. Aku akan mengenalkanmu pada seseorang,” kata Althon.Brody bergegas berdiri, menatap Brandon sesaat. “Pria ini adalah Brandon, salah satu sahabat ayahmu. Dia yang akan melatihmu dan membimbingmu selama kau berlatih.” “Aku mohon bantuan dan bimbinganmu, Tuan.” Brody menggangguk singkat. Ia merasa sangat lega karena sudah tahu siapa pembunuh ayahnya
Brody sontak tercengang, menatap sosok tampan di samping Anthony. Meski penampilan Althon sangat berbeda sekarang, tetapi ia mengenal suara pria itu. Brody meneguk ludah berkali-kali, teringat dengan tindakannya selama ini pada Althon. Ia melihat Ali dan para pengawal di belakang Althon saat ini. “Aku memang mencurigai Althon menyembunyikan sesuatu dariku, begitu pun dengan orang-orang yang mengawasinya. Akan tetapi, aku tidak menduga jika dia adalah cucu dari bos.”Brody masih belum mempercayai semua ini. Ia hanya diam di tempatnya, tidak berkedip selama beberapa waktu. Ia melihat semua pengawal di sekelilingnya membungkuk saat Althon, Anthony, dan para pengawal menuruni tangga. Brody bergegas membungkuk, meneguk ludah berkali-kali. “Apa yang akan dia lakukan padaku sekarang? Apakah pasukan ini akan mengeksekusiku? Sial, aku masih ingin hidup sekarang,” gumamnya. “Kau tampak sangat tegang, Brody,” ucap Althon, tersenyum. Para pengawal kembali berdiri tegak, begitu pun dengan Brod
Althon terbangun karena suara alarm. Saat menoleh ke samping, ia tidak melihat Brody. Ia membasuh wajah di wastafel, mengintip keadaan luar melalui jendela. “Brody sedang berolahraga. Dia sangat bersungguh-sungguh untuk bergabung menjadi pasukanku. Bagaimana reaksinya saat tahu aku adalah bosnya kelak?”Althon merenggangkan badan. “Aku sebaiknya tidak mengganggu Brody.”Althon meninggalkan restoran setelah sarapan. Beberapa pengawal akan mengelola restoran mulai hari ini. Ia tidak sabar untuk mengejutkan Anthony sekaligus penasaran misi apa yang akan ia lakukan setelah ini. Brody tampak sangat antusias. Ia nyaris selalu tersenyum, mengamati jalanan. “Ke mana kita akan pergi? Kau belum memberitahuku.”“Aku tidak bisa memberitahumu sekarang, Brody. Kau akan tahu saat kau tiba di rumah bosku. Kau bisa tertidur selama dalam perjalanan.”Brody mendengkus kesal. “Kau pasti tidak akan membangunkanku. Aku tidak ingin kehilangan kesempatan baik ini.”Rombongan mobil tiba di bandara. “Kita ak