“Pergilah, Althon,” ujar Agnes, salah satu sahabat baik Alicia. “Jangan menghancurkan pesta ini dengan kehadiranmu. Lihatlah dirimu. Kami datang dengan pakaian mewah, sedangkan kau datang dengan seragam kerjamu yang kotor dan bau.”
“Pergilah sebelum aku menghajarmu!” Kevin, salah satu sahabat Alvin, berteriak. Ia mendadak diam ketika Althon menatapnya tajam.
Althon menggertakkan gigi, berusaha mengendalikan napas yang memburu. Ia memang sering mendapatkan perlakukan tidak adil dan dipermalukan di depan umum, tetapi ia tidak menerima hal ini.
Althon mendekati Alicia dan Alvin.
“A-apa yang akan kau lakukan, brengsek? Pergi dari tempat ini sekarang!” Alvin mundur selangkah. Ia takut saat melihat tatapan dingin Althon. Ia berhenti merundung Althon setelah pria itu menghajar para pengawal dan teman-temannya ketika masa sekolah dulu. Ia hanya berani merundungnya melalui hinaan.
“Alicia, apakah kau mempermainkanku selama ini?” tanya Althon.
Alicia memutar bola mata. “Jika aku memang mempermainkanmu, apa yang akan kau lakukan padaku, Althon? Apa kau akan menghajarku? Kau seharusnya bersyukur karena aku mau mendekatimu meski aku hanya berpura-pura.”
Alvin melemparkan botol minuman pada Althon, tetapi Althon memukul botol itu hingga hancur berkeping-keping.
Semua orang terkejut, menahan napas mereka.
“Pergilah dari tempat ini sekarang juga!” Alvin mendengkus kesal, menatap pecahan botol di lantai. “Dasar pembuat onar, sialan!”
Althon tahu ia bisa menghajar Alvin dan teman-temannya hingga babak belur, tetapi ia tidak mungkin menang melawan mereka karena mereka memiliki uang dan keluarga yang mendukung mereka.
Althon rela berhenti dari tempat kerjanya hanya untuk menyelamatkan Alicia. Akan tetapi, ia justru mendapatkan penghinaan dari wanita itu. Semua pengorbanannya selama ini hanyalah sia-sia. Harga dirinya sangat terluka.
Teman-teman Alvin mulai mencibir Althon dan memintanya untuk pergi.
Althon masih berdiri di tempatnya. “Sebelum aku pergi, aku ingin bertanya padamu, Alvin. Apa kau yang menyuruh Alicia untuk mendekatiku dan mempermainkanku?”
Alvin tertawa. “Ayolah, Althon. Kau seharusnya berterima kasih padaku karena kau bisa dekat dengan kekasihku. Kau tidak pernah merasakan dekat dengan seorang wanita dan diperlakukan dengan baik sepanjang hidupmu, bukan?”
“Kau tahu, Alicia selalu saja kesal setiap kali dia bercerita padaku mengenai kedekatannya denganmu. Dia mengatakan kau sangat menjijikkan dan menyedihkan.”
Alvin dan teman-temannya tertawa.
Althon mengepalkan tangan erat-erat, berjalan mendekat. “Aku pasti akan membalas semua perbuatan kalian!”
“Apa yang bisa kau lakukan untuk membalas perbuatan kami?” Alvin tertawa. “Kau hanya pria miskin yang tidak memiliki siapa pun dan apa pun. Kau pikir aku akan melelepaskanmu jika kau menyakitku dan teman-temanku? Tentu saja tidak! Aku pastikan kau akan membusuk di penjara.”
Althon berjalan mendekati Alvin, tiba-tiba berlari.
“Penjaga!” teriak Alvin seraya mundur hingga nyaris terjatuh. Wajahnya pucat pasi karena ketakutan. “Usir sampah ini dari tempat ini sekarang juga!”
Dua penjaga segera berlari dan mendekati Althon. “Jangan membuat kekacauan di tempat ini, sialan!”
Althon menumbangkan kedua penjaga itu dengan mudah hingga mereka terbaring di lantai. Alvin, Alicia, dan teman-teman mereka sontak terkejut, menjauh dari Althon.
Althon memukul Alvin hingga pria itu terpental, menabrak dinding, dan ambruk di lantai. “Aku seharusnya menghajarmu sejak dulu, Alvin. Merengeklah seperti bayi.”
Althon merasa cukup lega setelah menghajar Alvin.
Alvin meringis kesakitan, menyentuh hidung dan mulutnya yang berdarah. “Dasar brengsek! Aku pasti akan menghancurkanmu, Althon!”
“Althon, apa yang kau lakukan? Kau benar-benar sudah gila!” teriak Alicia seraya membantu Alvin berdiri. “Penjaga! Usir sampah ini sekarang juga! Dia sudah membuat kekacauan dan menyakiti kekasihku!”
Enam pengawal memasuki ruangan, berlari menghampiri Althon.
Althon menatap tajam Alicia dan Alvin. “Kalian tidak perlu mengusirku. Aku akan keluar sekarang.”
“Tangkap sampah itu sekarang juga! Dia harus mendekam di penjara!” Alvin berteriak seraya menunjuk Althon.
Alvin segera menghubungi polisi, meringis kesakitan. “Dasar brengsek! Sampah itu memukulku sangat keras.”
“Kau harus membalas perbuatan sampah itu, Alvin,” ujar Kevin.
Althon meninggalkan ruangan dengan terburu-buru setelah menumbangkan para penjaga. Ia mengabaikan tatapan orang-orang. Ia ingin berteriak sekencang mungkin untuk mengeluarkan semua kekesalannya, tetapi ia sadar hal itu tidak mengubah apa pun.
Althon menatap cincinnya, melihat darahnya menetes ke cincin. Ia tidak menyadari jika cincin itu berkedip-kedip.
Althon menaiki sepeda listriknya, meninggalkan club sebelum para penjaga mengejarnya. Ia berhenti di taman kota, duduk di sebuah kursi yang dekat dengan danau. Hujan tiba-tiba menguyur sangat deras hingga pengunjung taman berlarian.
Althon masih duduk di kursi, membiarkan hujan membasahinya.
“Aku pasti akan mendapatkan masalah besar karena sudah memukul Alvin. Dia tidak akan melepaskanku begitu saja.” Althon mengepalkan tangan erat-erat. “Aku sudah tidak memiliki pekerjaan sekarang. Aku harus memulai hidupku dari awal.”
Althon mengembus napas panjang, bersandar di kursi, menatap langit. “Kenapa hidupku selalu menderita? Apa aku tidak pantas bahagia?”
Althon memejamkan mata erat-erat, membuka mata ketika teringat dengan kejadian di club tadi. Ia sangat benci ketika melihat Alicia dan Alvin berciuman.
Althon mendekati danau, mengambil sebuah batu, lalu melempar batu itu ke sisi lain. “Tidak ada gunanya mengeluh. Aku harus kembali melanjutkan hidupku. Penjara bukan akhir dari segalanya. Pada akhirnya, orang yang paling bisa aku percaya adalah diriku sendiri.”
Althon mengecek ponselnya yang bergetar. “Alicia … maksudku wanita gila itu mengirimiku pesan.”
[Althon, bersiaplah untuk menjalani hidupmu di penjara]
[Kau tidak akan bisa lari]
[Alvin sudah melaporkanmu pada polisi]
Althon berdecak ketika wajah Alicia muncul di permukaan air yang beriak. Ia melemparkan batu hingga wajah wanita itu menghilang. “Aku terlalu bodoh sampai terpedaya oleh wajah polos dan kata-kata manismu, Alicia. Kau memang pantas bersama pria brengsek seperti Alvin.”
“Aku sebaiknya pergi sebelum para polisi menangkapku.” Althon menaiki sepeda listriknya, bersiap pergi.
Sepuluh mobil mewah memasuki gerbang taman, lalu menepi tidak jauh dari Althon.
Althon terkejut. “Siapa mereka? Apa mereka adalah suruhan Alvin?”
Para pria berpakaian hitam tiba-tiba keluar dari mobil dalam waktu nyaris bersamaan. Tak lama setelahnya, sebuah mobil muncul dan menepi di dekat Althon.
Althon melajukan sepeda listriknya, tetapi benda itu tiba-tiba mogok. “Kenapa sepeda ini selalu mogok di waktu yang tidak tepat?”
Althon turun bersamaan dengan seorang pria berpakaian mewah keluar dari mobil yang baru menepi. Ia mundur beberapa langkah, mengepalkan tangan erat-erat.
“Siapa kalian? Apa kalian adalah orang-orang suruhan Alvin?”
Pria berpakaian mewah dan seluruh bawahannya tiba-tiba membungkuk hormat pada Althon. Hujan semakian deras mengguyur.
Althon terkejut, menundur beberapa langkah, menoleh ke sekeliling. “Apa yang terjadi? Kenapa orang-orang itu tiba-tiba membungkuk? Apa mereka membungkuk padaku?”
Pria berpakaian mewah mulai berdiri tegak, mendekati Althon. “Tuan Muda, kami akhirnya menemukan Anda. Ikutlah bersama kami sekarang.”
“Siapa yang kau panggil Tuan Muda?” Althon menetap pria-pria asing di depannya.
“Tuan Muda Althon, ikutlah bersama kami. Kami akan mengantar Anda untuk bertemu dengan kakek Anda di Paradise Mansion.”
“Tuan Muda Althon? Kakekku? Paradise Mansion?” Althon menunjuk dirinya, kebingungan. “Siapa kalian sebenarnya? Jangan mempermainkanku!”
“Kami datang untuk menjemput Anda. Kami bisa mengetahui posisi Anda dari cincin yang Anda kenakan.”
“Cincinku?” Althon mundur beberapa langkah, menyembunyikan cincinnya. “Cincin ini adalah peninggalkan orang tuaku. Pergilah dari hadapanku sekarang.”
“Kami tidak akan pergi sebelum Anda ikut bersama kami, Tuan Muda.”
Althon menarik napas panjang, mengembuskan perlahan. “Berhentilah bersandiwara. Aku tahu kalian adalah suruhan Alvin untuk menangkapku. Jika kalian memang ingin menangkapku, kalian tidak perlu berakting dan memanggilku dengan panggilan Tuan Muda. Aku … aku hanyalah pria yatim piatu yang besar dan tumbuh di panti asuhan. Aku tidak mengenal orang tuaku, apalagi kakekku.”
“Kami adalah bawahan dari kakek Anda, Master Anthony. Dia memerintahkan kami untuk mencari cucunya yang hilang.”
Althon mengembus napas panjang untuk kesekian kalinya. “Dengarkan aku baik-baik, Tuan. Aku sudah menjalani hari ini dengan sangat buruk, dan aku berharap kau tidak membuat hariku menjadi lebih buruk lagi dengan sandiwaramu. Hentikan sandiwaramu dan segera tangkap aku.”“Tuan Muda, kami datang bukan untuk menangkap Anda. Kami datang untuk mengantar Anda bertemu dengan kakek Anda. Kami bukanlah suruhan pria bernama Alvin seperti yang Anda duga,” ujar pria berusia tiga puluh tahunan.Althon memijat kepalanya yang pening. “Kau benar-benar keras kepala.”“Tuan Muda, sentuh cincin Anda selama tiga detik hingga cincin itu bekedip beberapa kali. Anda akan mendapatkan informasi mengenai Anda.”“Berjanjilah untuk berhenti bersandiwara setelah aku melakukan permintaan konyolmu.” Althon menyentuh cincin selama tiga detik. Ia terkejut ketika sebuah layar hologram tiba-tiba muncul di hadapannya. “Apa ini?”Althon menyentuh layar hologram, tetapi tangannya justru menembus layar. Ia membaca informasi
Anthony tiba-tiba berlari dan memeluk Althon sangat erat. Pria tua itu menangis sesegukan. Ia seperti mendapatkan kekuatan setelah mendengar Alan menemukan cucunya yang sudah lama menghilang.Anthony memangis ketika melihat Althon untuk pertama kalinya. Ia sudah mencari cucunya selama bertahun-tahun. Harapannya semakin menipis bersamaan dengan kondisinya yang semakin menurun. Akan tetapi, doanya untuk bertemu dengan Althon akhirnya terkabul.“Althon, aku sangat bahagia kau kembali. Harapanku akhirnya menjadi kenyataan.”“Kakek?” Althon memanggil dengan suara kecil. Ia masih bingung, tetapi ia membalas pelukan Anthony. “Kakek.”Anthony melepas pelukan, menatap Althon lekat-lekat, mengelus pipi cucunya berkali-kali. “Kau sangat mirip dengan ayahmu, Althon.”“A-apa benar aku adalah cucumu?” Althon menoleh pada Alan dan para pengawal yang masih membungkuk. “A-aku … aku ….”“Kau memang cucuku. Kau mewaris fisik ayahmu, tapi kau memiliki mata ibumu.” Anthony menggenggam tangan Althon. “Aku
“Awalnya, aku berencana untuk menjadikan Arthur sebagai pewaris utama keluarga, tetapi rencana itu gagal karena aku terpengaruh oleh hasutan ketiga putraku. Ketika aku mengetahui jika Arthur sama sekali tidak bersalah, aku justru mendapatkan kabar jika Arthur, Adele, dan kau mengalami kecelakaan yang menewaskan kalian bertiga. Namun, aku percaya jika kalian masih hidup, dan itu terbukti dengan kau yang ada di dekatku, Althon.”“Aku … aku sangat terpukul hingga jatuh sakit. Aku mengerahkan semua yang aku bisa untuk mencari keberadaan kalian, tapi aku tidak mendapatkan hasil apa pun. Aku akhirnya tahu jika ketiga putraku yang sudah menghalangi pencarianku. Mereka jugalah dalang di balik kecelakaan yang akan menewaskanmu dan orang tuamu. Aku sangat murka pada mereka, tetapi mereka mengelak jika mereka memfitnah Arthur, mencelaikainya dan keluarganya.”“Mereka memanfaatkan kondisiku yang terus melemeh dan sakit-sakitan untuk mengambil alih seluruh harta kekayaaan keluarga, termasuk kekaya
Anthony kembali ke kamar untuk beristirahat. Sementara itu, Althon mengelilingi rumah bersama Alan dan beberapa pengawal.“Aku pasti akan tersesat jika aku tidak pergi bersamamu, Alan.” Althon berjalan di lorong, menatap lukisan-lukisan, patung, dan guci di sisi kiri dan kanan. Ia masih belum terbiasa dengan kemewahan dan kemegahan mansion ini.“Anda bisa menggunakan bantuan Ansen jika Anda tersesat, Tuan Muda,” ujar Alan.“Aku lupa soal Ansen. Aku belum terbiasa dengan kehidupan baruku.”Althon mengunjungi banyak ruangan, dan ia masih saja terkejut dan terkagum-kagum. “Aku kesulitan mengingat saking banyaknya ruangan di mansion ini.”Althon mengujungi halaman belakang, berjalan di taman belakang, menyentuh air mancur. “Alan, seluas apa mansion ini?”“Mansion Anda seluas Pulau Esa, Tuan Muda.”“Apa?” Althon terkejut. “Maksudmu, Pulau Esa adalah rumahku?”“Pulau Esa adalah pulau ekslusif milik Master Arthur, ayah Anda. Selain itu, Pulau Adu, Pulau Gati, Pulau Pato, dan Pulau Mali juga
Noah terkejut ketika Althon mengetahui identitasnya. “Bagaimana mungkin pengemis sepertimu mengenalku? Apa kau mengikutiku hingga ke tempat ini?”Noah mengamati Althon lekat-lekat. “Tunggu, aku mengenalmu. Kau adalah si brengsek Althon. Kau sudah menghancurkan pesta adikku dan menghajarnya di hadapan semua orang. Kau bahkan akan melecehkan pacarnya.”“Apa?” Althon mengepalkan tangan erat-erat. Ia adalah korban dari kejahatan Alvin dan Alicia, tetapi mereka justru memfitnahnya. “Alvin dan Alicia sudah mempermainkanku dan mempemalukanku di hadapan semua orang. Alvin memang pantas mendapat hukuman.”“Dasar brengsek!” teriak Noah sangat keras hingga para pengunjung menoleh ke arahnya dan Althon. “Bagaimana kau bisa berada di Pulau Adu sekarang? Kau adalah buronan di Asthonia. Kau seharusnya berada di dalam penjara sekarang. Alvin mengalami kecelakaan hingga berada di rumah sakit karena ulahmu.”“Alvin mengalami kecelakaan?” Althon terkejut, tersenyum ketika mengingat ucapan Alan semalam.
Semua orang seketika terkejut ketika melihat Sean Ruild dan pasukannya membungkuk hormat pada Althon, seorang pria berpakaian lusuh yang mereka anggap sebagai pengemis. Suasana begitu hening bahkan beberapa mobil ikut berhenti.Noah sontak mundur beberapa langkah. Mata dan mulutnya terbuka sangat lebar. Pria itu membeku, sedangkan jantungnya justru berdetak sangat cepat seperti akan meledak.Noah menggelengkan kepala dan mengerjapkan matanya berkali-kali. Mulutnya seperti akan jatuh ke trotoar saking terkejut melihat kejadian ini. “Ba-bagaimana mungkin Tuan Sean Ruild membungkuk pada pria sialan itu dan memanggilnya Tuan Muda? Apa sedang berada di alam mimpi sekarang?”Noah menatap Althon lekat-lekat. “Pria brengsek itu hanya seorang pegawai restoran kecil. Dia … hanyalah pria tidak berguna. Dia bahkan tidak pantas menginjakkan kakinya di Pulau Adu sekalipun.”Noah menampar pipinya dengan sangat keras, menyentuh pipinya yang terasa panas. Ia menatap trotoar selama beberapa waktu. “Das
Vin dan staff Paradise Store sontak terkejut, menjatuhkan tas belanjaan dari tangan mereka. Mereka menatap Althon tak percaya, saling bertatapan. Meski begitu, mereka tidak berani mengatakan apa pun.“Tuan Muda.” Vin berkata dengan suara kecil. Ia tahu bahwa dirinya dan staffnya sudah melakukan kesalahan fatal dan hanya menunggu untuk mendapatkan hukuman.“Sean, aku ingin pergi dari tempat ini secepatnya. Kau harus memastikan belanjaanku sampai dengan selamat di rumahku.” Althon berjalan menuju mobil Sean, menoleh pada Noah yang masih mematung.“Aku mengerti, Tuan Muda.” Sean membungkuk, memberi tanda pada para pengawalnya, berjalan mengikuti Althon.Para pengawal Sean memasukkan tas-tas belanjaan Althon ke mobil. Noah dan semua orang melihat peristiwa itu dalam diam.Althon mendekat pada Noah, merapikan jas pria itu. Ia menahan tawa saat melihat wajah pucat pasi Noah. “Senang bertemu denganmu, Noah. Aku tidak sabar untuk bertemu lagi denganmu dalam waktu dekat. Aku harap malammu meny
“Althon, bagaimana keadaanmu?” tanya Anthony sembari berlari. Ia mendekat bersama beberapa pengawal dan seorang dokter.“Aku baik-baik saja, Kakek. Kau tidak perlu mengkhawatirkanku.”Anthony memeriksa keadaan Althon, menoleh pada seorang pria berjas putih. “Segera periksa keadaan cucuku sekarang. Aku tidak ingin dia terluka.”“Kakek.” Althon terkejut ketika seorang dokter mendekat ke arahnya. “Aku hanya mengalami masalah kecil dengan beberapa orang.”“Tidak boleh ada siapa pun yang menghina dan menyakitmu, Althon. Kau adalah cucuku yang sangat berharga. Aku tidak akan memaafkan diriku jika kau terluka.” Anthony menyeka tangis, tampak khawatir.“Kakek.” Althon menatap Anthony lekat-lekat. Ia melihat kakeknya sangat mengkhawatirkannya. “Aku menganggap masalah di Paradise Store bukanlah hal besar karena aku sering mendapatkan perundungan dan perlakukan buruk dari orang lain. Akan tetapi, Kakek tidak bisa menerima perlakukan orang-orang itu setelah semua hal yang dia alami selama ini,” g
“Ini adalah pertarungan adu panco, bukan pertarungan bebas! Tidak ada perkelahian saat pertandingan adu panco! Siapa yang memukul akan langsung didiskualifikasi!” teriak Althon. Brody dan Ray seketika berhenti, mundur selangkah, saling menatap tajam. Ray tersenyum bengis, “Aku berhasil memancing emosi sampah itu! Aku tahu cara ini akan berhasil. Akulah yang akan memenangkan pertandingan dan mendapatkan uang itu,” gumamnya penuh keyakinan.“Sial!” Brody menggigit bibir untuk menenangkan diri. “Si brengsek itu tahu kelemahanku. Aku tidak akan membiarkan seseorang menghina mendiang ayahku.” Para penonton tampak kecewa karena perkelahian batal. Mereka mencibir Althon dan seketika terdiam saat Ali dan para pengawal dalam baju petugas keamanan mendekati mereka.Althon mengamati Brody sesaat. “Baiklah, kita akan masuk ke babak kedua! Siapakah yang akan memenangkan pertandingan ini?”Brody dan Ray duduk di kursi masing-masing, saling menatap tajam. Mereka bersiap-siap untuk pertandingan ke
“Baiklah, aku akan menjelaskan peraturan pertandingan kali ini. Pertarungan akan berlangsung selama tiga babak. Peserta yang berhasil memenangkan dua pertandingan dari tiga pertandingan dinyatakan sebagai pemenang,” jelas Althon di atas panggung. Althon menoleh pada Brody dan si penantang. “Setiap peserta tidak boleh melakukan kecurangan. Peserta akan langsung didiskualifikasi jika terbukti curang.”“Apa kalian siap untuk melihat pertandingan adu panco? Apakah Brody berhasil mempertahankan gelarnya sebagai si raja tidak terkalahkan? Apakah si penantang yang akan menjadi pemenang dan menyabet gelar tersebut?”Para penonton bersorak heboh. Mereka meneriakkan nama Brody dan si penantang. Para pelayan tampak sangat sibuk melayani pembeli. Rudy dan Tessa semakin kesal karena mereka mendapatkan amukan dari beberapa pembeli. Di saat yang sama, Ton, Res, dan para pemilik restoran menjauh dari restoran, berkumpul di sebuah ruangan untuk membahas rencana.Brody dan si penantang sudah bersiap-
“Kau ... Brody?”Semua orang sontak terkejut, terutama Rudy, Tessa, dan para suruhan Ton dan para pemilik restoran. Brody mendadak muncul di tengah kerumunan penonton di saat semua orang menunggu kehadirannya dan menuduhnya melarikan diri.Althon tersenyum saat suasana menjadi sangat hening. Ia melihat keterkejutan di wajah semua orang. “Aku akan memberikan waktu bagi mereka untuk menyelesaikan keterkejutan mereka,” gumamnya.Brody tersenyum, menghadap semua pelanggan. “Siapa yang kalian panggil pengecut, brengsek? Siapa yang melarikan diri dari pertandingan?”Brody berdecak kesal, menatap tajam si penantang. “Dasar brengsek! Telingaku sangat panas setiap kali mendengar ocehan dan hinaan kalian padaku! Aku berusaha mati-matian agar penyamaranku tidak terbongkar.” Brody merenggangkan badan, melompat-lompat kecil. “Aku sudah siap untuk bertarung dan mempertahankan gelarku.”Para penonton tiba-tiba bersorak sangat heboh sembari bertepuk tangan. Rudy dan Tessa nyaris tidak berkedip saat
“Apa kalian tidak menyadari jika dua berandal itu menyewa beberapa penjaga?” tanya Ton seraya mengamati kerumunan di depan restoran. Ia terkejut saat beberapa orang yang mengawasinya sejak tadi menghilang. “Siapa yang kau maksud, Ton?” Res kembali bertanya, penasaran. Para pemilik restoran yang lain saling bertatapan, mengamati kerumunan. “Para berandal itu tahu jika kita bekerja sama untuk menghancurkan restoran. Mereka tentu tidak tinggal diam. Setiap kali kita berada di tempat ini untuk mengamati restoran, aku merasa beberapa orang mengawasiku. Aku menduga jika dua berandal itu menyewa beberapa orang untuk menjaga restoran,” jelas Ton.“Tapi, bukankah semalam para berandal kota ini berhasil merampok barang-barang di restoran itu dan nyaris membakar restoran? Bukankah Tessa yang menyuruh mereka?”“Entahlah, aku merasa jika pencurian itu hanya kebohongan semata. Berandal bernama Althon itu tidak mungkin sebodoh itu sehingga meninggalkan restoran sendirian tanpa penjagaan. Aku curi
“Aku tidak pernah mencuri apa pun, Bos! Tolong percaya padaku!” Marry menangis tersedu-sedu, mengamati para karyawan lain yang mencibir seraya menatap sinis. “Kau sebaiknya segera pergi dari restoran ini, Marry. Kau akan membuat citra restoran ini menjadi buruk. Para pelanggan tentu tidak ingin mendapatkan pelayanan dari seorang pencuri,” ujar Tessa sinis.Rudy menyahut, “Bukti CCTV sudah menunjukkan kalau kau memasukkan barang-barang restoran ke tasmu. Kita semua juga melihat barang-barang itu berada dalam tasmu. Kau tidak bisa mengelak lagi, Marry.”Pegawai lain berkata, “Bos sudah memberimu kesempatan untuk bekerja di restoran ini, tetapi kau justru menyia-nyiakan kesempatan itu dengan mencuri beberapa barang.”Althon mengembus napas panjang. “Keluar dari restoran ini sekarang juga, Marry! Aku tidak ingin melihatmu lagi!”“Tolong percaya padaku, Bos,” ucap Mary seraya menyeka air mata.Althon mengabaikan Marry. Mary mengambil tas di lantai. Ia mengembus napas panjang, menatap Tes
Randy seketika mengerem mobil, mendengkus kesal. “Apa yang Alicia lakukan?”“Dasar wanita gila!” ketus Ronald seraya membuka kaca mobil. “Alicia, menjauhlah sekarang sebelum kami menabrakmu!”“Aku yakin Alicia ingin pergi bersama kita untuk menemui Alvin. Dia frustrasi karena kita tidak memberitahunya lokasi Alvin,” ujar Max. “Alicia tidak belajar dari kesalahannya!” Randy menekan klakson berkali-kali. Alicia merentangkan tangan lebar-lebar, menatap tajam. “Aku tidak akan menyingkir sampai kalian memberitahu alamat Alvin! Aku akan menabrakkan diriku ke mobil jika kalian melarikan diri!”“Apa yang harus kita lakukan?” tanya Max, “Alicia adalah wanita yang sangat keras kepala. Dia akan bertindak nekat jika kita tidak mengabulkan keinginannya.”Randy mendengkus kesal. “Bagaimana wanita sialan itu bisa memasuki rumahku? Aku sudah mewanti-wanti para penjaga agar tidak membiarkan Alicia masuk.”Randy mendapatkan panggilan dari kepala keamanan. “Dasar brengsek! Kenapa Alicia bisa memasuki
Suasana rumah sakit tampak sangat hening malam ini. Para berandal bergegas memasuki gedung, menyamar sebagai pengunjung. Mereka bergerak sesuai petunjuk Rudy. Rudy berada di depan kamar Brody, menyamar sebagai pengunjung. Ia tersenyum, bergegas bersembunyi di belakang dinding. Rudy menghubungi pemimpin berandal. “Berandal itu sedang tidur sekarang. Tidak ada seorang pun yang menjaganya. Lakukan tugas kalian dengan baik.”Rudy mengakhiri panggilan, mengawasi sekeliling, berpura-pura menghubungi seseorang. “Althon membawa Brody ke rumah sakit kecil ini. Dia bergegas pergi setelah dokter memeriksa keadaan Brody. Dia tampaknya khawatir seseorang mencuri dan menghancurkan restorannya.”“Para berandal itu harus berhati-hati jika ingin menculik dan menyakiti Brody.” Rudy berdecak, menoleh ke arah tangga. “Di mana para berandal sialan itu? Kenapa mereka sangat lelet? Jika mereka tidak datang dalam waktu tiga menit, aku akan … mereka datang.”Lima berandal terlihat dari arah tangga, berjalan
“Aku sungguh menyesali perbutanku. Aku akan menerima konsekuensi dari kelalaianku.” Pegawai wanita itu membungkuk. Para pegawai berpamitan beberapa menit kemudian. Seorang dokter memeriksa Brody. “Kau bisa pulang sekarang, Rudy,” ujar Althon. “Aku mengkhawatirkan kondisi Brody, Bos. Dia tampak kesakitan, apalagi dia harus bertarung di pertandingan final besok.” Rudy berakting cemas. “Brody akan baik-baik saja. Dia bukan pria manja yang akan mati hanya karena dorongan kecil dari sebuah troli,” kata Althon. “Aku bisa menggantikan Brody jika kau mengizinkanku.” Rudy tersenyum. Althon terdiam. “Kau tidak perlu melakukannya, Rudy. Para penantang hanya ingin melihat Brody. Para pelanggan akan marah jika kau tiba-tiba menggantikannya. Citra restoran ini bisa berubah di mata para pelanggan.”“Kau benar, Bos.” Rudy meninggalkan restoran, tersenyum bengis. “Aku sudah menduga berandal itu tidak akan memberiku izin menggantikan Brody.”Rudy berhenti berjalan saat melihat sebuah ambulans me
Seminggu berlalu sangat cepat. Tarung Restoran masuk ke dalam jajaran sepuluh restoran favorit versi warga Paulcity. Para pelanggan terus berdatangan untuk mencicipi makanan maupun mengikuti kejuaraan adu panco. Althon bekerja sangat keras untuk memajukan restorannya. Ia menggunakan semua ilmu dan pengalamannya. Ia memiliki tanggung jawab besar untuk mendapatkan kembali haknya dan hak ayahnya untuk menjadi penerus keluarga Leander.Althon sering kali melihat kesuksesan sepupu-sepupunya yang lain. Ia tidak memungkiri bahwa dirinya marah dan benci karena mereka menjalani kehidupan yang jauh lebih baik dibandingkan dirinya selama ini. Akan tetapi, Althon menyadari jika semua hal memiliki waktu dan alasan terbaik. Restoran ini adalah langkah pertamanya untuk menjadi seorang ahli waris keluarga Leander. Ia tidak akan kalah dari para sepupunya. Restoran sangat ramai di akhir pekan. Para pegawai tampak sibuk menyiapkan makanan dan melayani pembeli. Para pelanggan mengerumuni arena pertaru