Vin dan staff Paradise Store sontak terkejut, menjatuhkan tas belanjaan dari tangan mereka. Mereka menatap Althon tak percaya, saling bertatapan. Meski begitu, mereka tidak berani mengatakan apa pun.“Tuan Muda.” Vin berkata dengan suara kecil. Ia tahu bahwa dirinya dan staffnya sudah melakukan kesalahan fatal dan hanya menunggu untuk mendapatkan hukuman.“Sean, aku ingin pergi dari tempat ini secepatnya. Kau harus memastikan belanjaanku sampai dengan selamat di rumahku.” Althon berjalan menuju mobil Sean, menoleh pada Noah yang masih mematung.“Aku mengerti, Tuan Muda.” Sean membungkuk, memberi tanda pada para pengawalnya, berjalan mengikuti Althon.Para pengawal Sean memasukkan tas-tas belanjaan Althon ke mobil. Noah dan semua orang melihat peristiwa itu dalam diam.Althon mendekat pada Noah, merapikan jas pria itu. Ia menahan tawa saat melihat wajah pucat pasi Noah. “Senang bertemu denganmu, Noah. Aku tidak sabar untuk bertemu lagi denganmu dalam waktu dekat. Aku harap malammu meny
“Althon, bagaimana keadaanmu?” tanya Anthony sembari berlari. Ia mendekat bersama beberapa pengawal dan seorang dokter.“Aku baik-baik saja, Kakek. Kau tidak perlu mengkhawatirkanku.”Anthony memeriksa keadaan Althon, menoleh pada seorang pria berjas putih. “Segera periksa keadaan cucuku sekarang. Aku tidak ingin dia terluka.”“Kakek.” Althon terkejut ketika seorang dokter mendekat ke arahnya. “Aku hanya mengalami masalah kecil dengan beberapa orang.”“Tidak boleh ada siapa pun yang menghina dan menyakitmu, Althon. Kau adalah cucuku yang sangat berharga. Aku tidak akan memaafkan diriku jika kau terluka.” Anthony menyeka tangis, tampak khawatir.“Kakek.” Althon menatap Anthony lekat-lekat. Ia melihat kakeknya sangat mengkhawatirkannya. “Aku menganggap masalah di Paradise Store bukanlah hal besar karena aku sering mendapatkan perundungan dan perlakukan buruk dari orang lain. Akan tetapi, Kakek tidak bisa menerima perlakukan orang-orang itu setelah semua hal yang dia alami selama ini,” g
“Kau bisa keluar sekarang, Noah,” ujar seorang polisi seraya membuka pintu.Noah bergegas berdiri, menepis tangan para tahanan yang akan menariknya. “Aku memang tidak bersalah. Aku seharusnya tidak berada di tempat ini. Aku akan menuntut rugi.”Noah mengikuti para polisi, mengabaikan para tahanan yang meneriakinya. Ia menepis tangan seorang tahanan yang menarik bajunya hingga ia nyaris terjungkal. Ketika menoleh ke cermin, ia melihat penampilannya yang sangat kacau.Noah tidak bisa tidur nyaris semalaman. Perutnya sangat lapar karena ia tidak menyentuh makanannya. Ia seketika muntah ketika melihat makanannya. “Aku mengalami malam yang paling mengerikan sepanjang hidupku. Aku bersyukur karena neraka ini berakhir dengan cepat. Aku pasti gila jika aku berada di tempat ini lebih lama.”Noah menangis tersedu-sedu ketika melihat halaman. Polisi tidak mengizinkannya menghubungi keluarganya. “Dasar brengsek! Aku tidak menerima penghinaan ini.”Dua pengawal Sean mendekati Noah.“Kami sudah mem
“Althon.” Alvin mengucek mata berkali-kali untuk memastikan jika pria itu adalah Althon, sosok yang sedang dicarinya selama berhari-hari. Ia tidak menerima penghinaan yang pria itu lakukan padanya saat di club.Alicia menoleh. “Ya, pria itu adalah Althon. Aku melihatnya di tempat ini saat aku pergi ke rumah sakit. Kita harus menangkapnya, Alvin. Jangan sampai Althon kembali melarikan diri. Dia harus bertanggung jawab atas masalah yang dia timbulkan.”Alvin menendang kursi sopir. “Putar arah sekarang dan tangkap pria sialan itu!”Mobil berbalik arah, melaju sangat kencang, menyalip beberapa kendaraan.Alvin menghubungi bawahannya. “Apa yang sebenarnya kalian lakukan, brengsek? Aku sudah membayar mahal kalian untuk menemukan Althon, tapi kalian justru berleha-leha. Aku menemukan Althon di pusat kota. Tangkap dia sekarang!”Alvin mendengkus kesal, menyentuh pipinya. “Aku tidak akan melepaskanmu, Althon. Kau harus membusuk di penjara selamanya.”Alvin mendapatkan pesan dari James. Mata da
Althon melompat turun, menyeka keringat, mengelus kudanya. “Ini sangat menyenangkan. Aku tidak sabar untuk memulai latihan besok.”“Anda masih memiliki banyak waktu untuk menikmati liburan Anda hari ini, Tuan Muda.” Alan memberikan sebotol minuman dingin pada Althon. “Apa yang ingin Anda lakukan setelah ini?”“Aku ingin bertemu dengan Sean. Aku ingin mengenalnya lebih dekat.”“Aku akan menghubungi Sean untuk menemui Anda.”“Tidak, aku akan menemui Sean di kantornya. Aku belum menjelajahi semua bagian Pulau Adu karena kejadian di Paradise Store kemarin.”“Aku mengerti. Aku akan segera mempersiapkan semua kebutuhan Anda.”Althon membersihkan diri, berganti pakaian. Ia menatap pantulan dirinya di cermin. “Aku menyukai gaya berpakaian ayahku. Ini cocok untukku.”Althon dan para pengawal pergi ke Pulau Adu. Rombongan mobil melaju kencang di jalan raya, menyalip beberapa kendaraan, melewati deretan toko dan gedung-gedung mewah.Althon menoleh ke jalan, tersenyum. “Paradise Store sudah ditutu
Althon seketika menoleh. Ia melihat Agnes berdiri dengan tatapan penuh selidik dan kebencian. Sean memberitahunya jika Agnes datang untuk membicarakan soal hukuman Paradise Store.“Aku hanya sedang bersantai. Apa yang kau inginkan dariku, Agnes?”Althon menatap Agnes sekilas. Agnes adalah wanita cantik, populer, dan berprestasi di sekolah. Wanita itu bahkan lebih cantik dibandingkan Alicia. Sayangnya, Agnes sering kali merundungnya dengan kata-kata menyakitkan saat sekolah dahulu.Di saat yang sama, Agnes membenci Althon karena pria itu selalu berada di atasnya dalam pelajaran. Ayahnya menuntutnya untuk menjadi sempurna dalam semua bidang pelajaran, dan Althon adalah musuh yang menghalanginya. Pria itu bahkan tetap berada di puncak hingga masa sekolah berakhir.Agnes memutar bola mata. “Althon, kau harus bertanggung jawab atas tindakanmu memukul Alvin di club. Kau tiba-tiba melarikan diri dari club seperti seorang pengecut.”“Alvin sudah merundungku selama masa sekolah. Dia bahkan mem
Agnes menyeka keringat di dahi, berlari menuju tempat parkir ketika melihat pria itu. Hidupnya akan berada dalam bahaya jika ia tidak segera meminta maaf pada pria itu.Agnes tiba-tiba membungkuk. “Aku sungguh menyesal karena sudah menabrakmu, Tuan. Aku mohon maafkan aku.”Pria itu menutup pintu mobil, tampak kebingungan. “Kau sudah meminta maaf padaku. Aku tidak mempermasalahkan hal itu.”“Aku sungguh minta maaf. Aku berjanji tidak akan mengulangi kesalahanku.”Pria itu memasuki mobil, meninggalkan gedung.Agnes mengecek ponselnya. Ia tersenyum ketika mendapatkan pesan dari Sean, tetapi wajahnya mendadak tegang ketika membaca pesan. “Pria itu bukanlah pria yang sudah aku singgung. Lalu, siapa yang sudah aku singgung?”Agnes menenangkan diri, memejamkan mata, mengingat-ingat semua kejadian di tempat ini. “Aku sangat kesal pada Althon sehingga tanpa aku sadari aku mungkin menatap sinis seseorang dan membuatnya tersinggung. Aku hanya memiliki waktu sepuluh menit lagi.”Agnes meminta maa
“Apa yang terjadi?”Agnes menatap Althon tanpa berkedip. Dadanya masih berdebar sangat kencang meski pembicaraan berakhir beberapa detik lalu. Ia sangat yakin jika suara itu adalah suara Sean.“Tuan Muda.” Agnes menatap rerumputan, mengepalkan tangan erat-erat. Tubuhnya bergetar dari kepala hingga ujung kaki. Ia mencubit lengannya dan meringis ketika merasakan sakit. “Ini bukan mimpi.”Agnes menggeleng beberapa kali, mencubit lengannya hingga kembali meringis kesakitan. “Althon meminta Tuan Sean untuk menemuinya di tempat ini, dan Tuan Sean memanggil Althon ‘Tuan Muda’. Aku tidak salah mendengar.”Althon berusaha tidak tertawa ketika melihat ekspresi Agnes. “Kau pasti sangat terkejut Agnes. Ekspresimu mengingatkanku pada ekspresi Noah kemarin,” gumamnya.Agnes memejamkan mata erat-erat, membuka mata perlahan. Wanita itu ingin memastikan jika semua ini bukanlah mimpi. Ia sontak membulatkan mata lebar-lebar ketika ia masih berada di halaman di mana Althon tengah berdiri di dekatnya.“Sa
Arnold, Aaron, dan Andy saling menatap tajam, bergegas meninggalkan halaman. Suasana yang tegang berubah menjadi sangat hening. Tak lama setelahnya, hujan mengguyur sangat deras, disusul angin yang berembus kencang. Arnold, Aaron, dan Andy memasuki rumah. Mereka melihat Adam tengah memunggungi mereka, menghalangi jalan. “Kapan terakhir kali kalian berziarah ke makam Arthur?” Adam berbalik, bersikap senormal mungkin meski ia memendam amarah. “Sekitar satu bulan yang lalu.” Arnold menjawab. “Aku tahu kau sangat dekat dengan Arthur, Adam. Jika cuaca sedang cerah, aku akan mengantarmu menuju makan Arthur dengan senang hati. Kau bisa mengunjungi kamar Arthur jika kau mendapatkan izin dari ayahku.”Aaron dan Andy menatap tajam Arnold. “Kau benar.” Adam memijat kepalanya yang pening. “Aku akan berbicara dengan Paman Anthony setelah keadaannya membaik.”“Kau tidak perlu melakukannya, Adam. Aku yang akan berbicara dengan ayahku. Kau sebaiknya beristirahat sekarang. Kau tampak kelelahan.”“
Para kandidat tiba di lokasi ketiga dalam waktu nyaris bersamaan. Setelah beristirahat selama beberapa waktu, mereka langsung memulai ujian ketiga. Mereka mendapatkan tugas seperti di ujian pertama dan ujian kedua.Eric berkata, “Kalian hanya memiliki waktu setengah jam untuk menyelesaikan ujian ketiga. Kalian harus memastikan jika kalian melakukan tugas kalian dengan baik. Semua tindakan kalian akan masuk dalam poin penilaian.” Para kandidat tahu jika tujuan ujian ini adalah untuk mengukur sejauh mana mereka bisa bertahan dari tekanan yang luar biasa sekaligus tetap fokus pada tugas mereka sebagai CEO Star Company nanti. Sebagai perusahaan besar, Star Company membutuhkan seorang pemimpin yang cerdas dan tangguh. Althon berjuang sekeras mungkin untuk menyelesaikan tugas. Beberapa pegawai anak perusahaan Star Company tidak tahu jika dirinya adalah pemilik Star Company. Ia ingin mengukur sejauh mana kemampuannya berkembang sehingga hal itu menguntungkannya. Hujan mengguyur sangat der
Anthony tercenung selama beberapa waktu, mengamati langit-langit ruangan. Ia mendadak menangis hingga tubuhnya berguncang hebat. Di saat yang sama, Abraham hanya diam, tetapi ikut merasakan kesedihan yang mendalam. “Anthony,” gumam Abraham seraya mengelus tangan kakaknya. Anthony menyeka air mata, mengembus napas panjang. Ia terdiam untuk memutuskan apakah ia harus memberi tahu Abraham atau tidak. Saat menoleh pada adiknya, ia bisa melihat ketulusan yang mendalam. “Althon ... memang sudah kembali. Alan dan para pengawalnya menemukannya beberapa bulan lalu di Asthonia. Dia menjalani hidup yang sangat berat sendirian selama ini.” Anthony terdiam saat air mata terus bercucuran. Anthony menjeda sejenak. “Althon sedang menjalankan tugas dariku sekarang. Aku tidak ingin ketiga putraku tahu mengenai keberadaannya sekarang. Aku takut mereka mencelakainya seperti mereka mencelakai Arthur.”“Apa maksudmu, Anthony? Mereka mencelakai Arthur?” Abraham terkejut. Anthony menangis tersedu-sedu,
Para kandidat tiba di lokasi nyaris bersamaan. Mereka segera mengerjakan ujian kedua sebaik mungkin. Mereka masih menebak-nebak apa yang akan terjadi selanjutnya mengingat mereka berada di pulau asing sebelumnya. Althon bekerja sebaik mungkin meski ia kembali mengkhawatirkan keadaan Anthony. Mimpi buruk itu terus menghantuinya. Ia tidak akan bisa memaafkan dirinya jika Anthony meninggal sebelum melihatnya menghancurkan ketiga pamannya. Althon mengembus napas panjang ketika ia tidak sengaja menjatuh gelas. Ia tercenung selama beberapa waktu, mengepalkan tangan erat-erat. “Kakek sudah berjanji untuk melihatku merebut hakku dan hak ayahku sebagai ahli waris. Dia tidak akan ingkar pada janjinya.”Hujan mengguyur sangat deras, disusul oleh petir yang menggelegar dan angin yang berembus sangat kencang. Arthur mengamati tetes hujan di jendela, menoleh saat Adele memasuki ruangan. Ia mendadak mengkhawatirkan Anthony. Kekhawatirannya semakin membesar saat Taka mengirimkan pesan padanya.“Ka
“Mereka sedang dalam perjalanan menuju tempat ini, Tuan,” jawab Alan. Adam seketika menahan diri untuk tidak berteriak. Mengingat perlakuan Arnold, Aaron, dan Andy pada Arthur dan keluarganya, juga pada Anthony, membuatnya sangat murka. “Ketiga monster itu harus mendapatkan hukuman segera. Aku sungguh muak meski hanya mendengar nama mereka saja,” gumamnya. “Kakek!” teriak Austin dan Alice saat melihat Abraham mendadak oleng. Mereka segera menahan tubuh kakek mereka dengan sigap. “Aku sepertinya harus beristirahat sebentar.” Abraham tertawa, mendadak tidak sadarkan diri setelahnya.Adam segera membaringkan Abraham di ranjang. Beberapa dokter segera memasuki ruangan, memeriksa keadaan pria itu. Adam, Austin, dan Alice tampak khawatir. “Ayah terlalu memaksakan diri. Dia terlalu mengkhawatirkan keadaan Paman Anthony sampai dia tidak memedulikan kondisinya,” ujar Adam.Adam, Austin, dan Alice meninggalkan ruangan, berkumpul di ruang utama. Mereka terdiam cukup lama, tampak khawatir. “
Semua kandidat sudah berkumpul di ruangan utama lima menit kemudian. Meski harus menahan kantuk, tetapi mereka senang karena ujian dimulai dengan segara. Mereka sudah mulai bosan berada di tempat ini. Eric dan para pengawalnya sudah berada di ruangan utama, mengamati semua kandidat. “Aku tahu kalian adalah orang-orang yang sangat pantas untuk berada di babak delapan besar. Aku akan memberikan sedikit gambaran pada kalian. Meski banyak dari kalian yang nantinya gagal menjadi CEO Star Company, tetapi kalian memiliki kesempatan besar untuk bekerja sama dengan keluarga Leander di masa depan nantinya. Aku harap perkataanku barusan tidak membuat kalian merasa rendah diri dan menyerah.”Para kandidat mengangguk.“Aku akan memberi tahu kalian soal ujian kelima.” Eric memberi tanda seorang bawahannya. Seorang pria memegang sebuah mangkuk kaca dengan banyak bola di dalamnya.“Kalian harus mengambil satu bola di dalam mangkuk kaca. Setelah kalian membuka bola itu, maka ujian kalian akan segera
Arnold tengah sibuk memeriksa dokumen. Ia sesekali melirik jendela, memastikan kejadian penembakan tidak terulang. Ia menjadi panik dan ketakutan setiap kali mendengar suara apa pun dari jendela. Arnold menerima panggilan dari bawahannya, tetap fokus pada layar laptop. “Apa yang kau inginkan dariku?”“Aku ingin menyampaikan informasi penting, Tuan. Pasukanku berhasil menangkap beberapa orang yang merupakan bawahan dari salah satu orang kepercayaan mendiang Tuan Arthur. Mereka mengatakan jika beberapa hari lalu sekelompok orang mendatangi gedung untuk mencari bos mereka. Kelompok itu kemungkinan besar adalah pasukan Master Anthony yang ingin mencari orang-orang kepercayaan mendiang Tuan Arthur.”Arnold seketika memelotot, bergegas berdiri. Ia mendengkus kesal saat kakinya tiba-tiba melangkah menuju jendela. “Apa pasukanmu berhasil menangkap orang-orang kepercayaan Arthur?”“Pasukanku masih mengejar mereka, Tuan.”“Dasar bajingan! Jangan membuatku kesal dengan kinerjamu yang bodoh! Aku
Taka tidak mengatakan apa pun saat berjalan menuju rumah. Ia sesekali melirik Adam dan Aram, bersikap tenang. Adam mengamati keadaan rumah. Bangunan itu tidak terlalu luas maupun terlalu kecil, tidak terlalu mewah dan tidak terlalu biasa.Adam tercenung di depan pintu, mengembus napas panjang. Ia memasuki rumah setelah Taka membuka pintu. Suasana rumah tampak hening, terdengar detak jarum jam di tengah kesunyian. Adam mengamati keadaan ruangan. “Aku tidak melihat foto apa pun di sana. Apakah rumah ini adalah rumah Taka? Aku menduga dia ingin memberikan petunjuk mengenai keberadaan Arthur.”Adam mengepalkan tangan erat-erat. “Aku mengirim pasukan untuk memata-matai Arnold, Aaron, dan Andy. Mereka mengutuskan pasukan untuk mencari orang-orang kepercayaan Arthur. Aku mengerti kenapa Taka bertindak sangat hati-hati. Dia tidak ingin membuat konflik antara aku dengan Arnold, Aaron, dan Andy. Akan tetapi, aku tetap saja kesal pada Taka.”“Ikuti aku, Tuan. Sayangnya, bawahanmu tidak mengiku
“Aku tidak mengerti maksudmu, Tuan. Aku tidak merahasiakan apa pun. Aku yakin kau tahu jika aku hanya mengikuti perintah Tuan Paul,” jelas Eric. Ali mengepalkan tangan erat-erat. “Aku tidak akan mengampuni pengkhianat.”“Dan aku tidak berkhianat pada siapa pun. Aku setia pada Master Anthony maupun pada Tuan Paul. Jika kau menuduhku berkhianat, kau harus menunjukkan bukti.”Ali mengamati Eric saksama. “Aku tahu Tuan Paul bersikap aneh. Dia menyembunyikan sesuatu dan hal itu tidak sepantasnya dia lakukan, apalagi jika hal itu merugikan Tuan Muda dan Master Anthony.”“Aku tidak berkhianat. Aku hanya menjalankan tugasku. Kau tentu tahu apa yang akau lakukan selama berada di tempat ini.”Ali menekan tombol di jam tangannya. Layar hologram seketika terbuka, menunjukkan wajah Paul. “Jangan menguji kesabaranku, Tuan.”“Eric tidak memiliki hubungan apa pun dengan masalah kita, Ali. Jangan mengganggu pekerjaannya. Setelah seleksi selesai, kita akan berbicara. Bersabarlah.”“Itu terlalu lama. A