Kembalinya Duchess Muda

Kembalinya Duchess Muda

last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-03
Oleh:  LovvellytyTamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
2 Peringkat. 2 Ulasan-ulasan
66Bab
2.6KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Iris lavender itu menatap penuh kecewa. Hati yang sakit seolah diiris belati. Air mata berjatuhan sebagai upaya terakhir penolakan. Meski begitu, pemandangan di depan mata tak berubah sedikitpun. “Kenapa?” kata terakhir sebelum kelopak mata tertutup. Pengkhianatan. Tindakan tercela yang membuat orang-orang jatuh ke lembah penuh dendam. Sebagai orang yang pernah mengalaminya, Kalista tak meragukan kebencian yang diakibatkan oleh sebuah pengkhianatan. Kematian yang datang menjadi akhir. Pertanda dendam di hati tak dapat di balaskan. Namun tidak disangka, kesempatan kedua datang begitu saja. Membuat gejolak di dada terasa gelisah. “Pengkhianat?” “Mari kita lihat, siapa yang kali ini akan menang."

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1a

(Prang!!)

Suara benda pecah yang nyaring, serpihan beling yang bertebaran dan cangkir indah yang kehilangan kilaunya. Merah yang menetes, tak ubahnya bagai darah yang mendiami setiap jengkal tubuh manusia.

Dua manusia saling menatap. Iris biru sedalam lautan, bertabrakan dengan lavender yang lembut. Satu berdiri sombong, dan yang lain terbaring di lantai yang dingin.

Air mata berjatuhan menjadi saksi sebuah kekecewaan yang mendalam. Hati yang terluka menyimpan beribu emosi. Kemarahan, kebencian dan rasa tak percaya akibat pengkhianatan.

"Kenapa?" itu adalah kata terakhir yang terucap sebelum kelopak mata kehilangan kekuatannya.

***

Salju putih terlihat mendiami setiap panorama yang tampak oleh mata. Butiran dingin yang bertanggung jawab seolah tak menunjukan tanda-tanda untuk berhenti. Sebaliknya, benda itu semakin menunjukan eksistensinya, seiring berjalanya waktu.

Di sebuah mansion besar, tampak selubung sihir yang menghalangi kepingan salju untuk turun di atasnya. Mengakibatkan keindahan yang dimiliki sama sekali tak ternoda oleh salju yang dingin.

Pemandangan itu tentu bertolak belakang dengan rumah-rumah lain yang hampir sepenuhnya tertutup salju. Meski begitu, tak ada yang berani melakukan aksi protes.

Di era ini, biaya untuk menyewa penyihir sangatlah mahal. Berbeda dengan para penguasa, orang-orang biasa seperti mereka tidak memiliki uang yang segitu banyak hanya untuk menyewa satu orang penyihir. Akan lebih baik jika uang itu disimpan untuk mengirim anak-anak mereka ke akademi.

Siapa tahu seorang anak yang mereka kirim ternyata memiliki bakat hebat dan bisa menjadi penyihir ataupun ksatria dengan bayaran mahal.

Kembali pada pemandangan di dalam mansion. Keindahan yang menyita banyak perhatian nampaknya dijadikan sebagai tontonan oleh orang banyak. Terutama anak-anak yang masih polos dan lugu.

"Hei, sepertinya pohon apel di sana ada yang berbuah." suara seorang anak laki-laki terdengar.

"Jangan berbohong. Ibuku berkata jika buah-buahan hanya akan muncul pada musim panas." balas gadis berkucir yang manis.

"Kalau kau tidak percaya lihat saja sendiri. Aku dapat melihatnya dengan jelas dari sini." anak lelaki yang disebut pembohong berucap tak terima.

"Coba tunjukkan padaku." balas si gadis berkucir yang tak dapat menahan rasa ingin tahu nya.

Sesuatu yang tak dimiliki, tentu mempunyai daya tarik tersendiri bagi sebagian besar orang. Meski saat ini mereka hanya bisa melihat, siapa tahu kedepannya mereka dapat memiliki satu yang serupa.

Orang-orang selalu memiliki mimpi. Tidak ada yang salah dengan menambahkan satu atau dua lagi sebagai tujuan.

Namun, berbeda dengan keceriaan di luar mansion. Suasana di dalam mansion terlihat suram.

Tampak beberapa tabib yang terus bergantian memeriksa seorang pasien. Diawasi oleh tatapan tajam, mereka berusaha melakukan yang terbaik dalam memastikan kondisi si pasien.

"Bagaimana?" untuk kesekian kalinya, seorang pemuda berperawakan tinggi menanyakan hal yang sama.

"No.."

"Nona muda mengalami demam Tuan. Mungkin karena tubuh kecil nona muda sensitif terhadap dingin. Itu sebabnya suhu tubuhnya naik begitu musim dingin tiba."

"Cukup beri nona muda obat yang telah diresepkan dan biarkan beliau beristirahat." tabib yang terlihat sudah tua memberikan penjelasan.

"Lalu?" suara dingin yang mengerikan kembali terdengar.

"Itu saja, Tuan. Setelah beberapa hari, saya yakin demam nona muda akan.."

(Brak!!)

Tabib tua yang memberi penjelasan bahkan belum selesai mengatakan jawabannya saat meja di depannya terbelah menjadi dua. Sontak, tabib yang sudah tua segera meneguk ludah gugup.

"Apa kau tahu sudah berapa kali aku mendengar kalimat seperti itu?" si pemuda tinggi menatap dingin.

"Ampuni saya, Tuan."

"Saya bersalah." merasakan aura membunuh yang kuat, sang tabib segera merendahkan diri.

Meski dia tidak bersalah pun, dia harus tetap melakukannya. Karena jika dirinya tanpa sengaja menyinggung perasaan tuan besar di hadapannya, nyawanya sudah dipastikan akan melayang.

"Lupakan saja."

"Jika besok keponakanku tidak terbangun, lehermu akan menjadi taruhannya." setelah memberi kata-kata ancaman, sang tuan besar mengusir si tabib tua.

Malam menjelang. Suhu yang semakin dingin membuat semua rumah menyalakan perapian nya masing-masing.

Di salah satu kamar dalam mansion besar yang legendaris.

"Hah.."

"Hah.." bibir yang sebelumnya sepenuhnya tertutup kini seolah ingin mencari udara segar sebanyak-banyaknya.

"Ahhh!!" suara jeritan terdengar. Bersamaan dengan itu, mata yang tadinya tertutup memperlihatkan keindahanya.

"Hah.."

"Hah.."

Keringat dingin terbentuk di dahi. Jantung yang berdebar kencang membuat perut terasa mual. Dan sakit di lidah mengindikasikan jika benda tak bertulang itu menjadi korban akibat ketidakstabilan emosi.

(Brak!!)

Pintu yang dibuka secara paksa menimbulkan bunyi yang cukup memekakkan telinga.

"Kalista.."

"Apa yang salah?" suara serak seorang lelaki terdengar.

Janggut tebal, tubuh berotot dan kulit tembaga yang khas. Kedatangan lelaki itu membuat pikiran kusut terbagi dua.

Mata lavender yang indah menatap. Mengamati setiap detail yang dimiliki oleh sosok yang baru saja memanggil namanya.

"Paman Dev?" nada bertanya agak ragu.

"Kau bermimpi buruk?" orang yang dipanggil paman balik bertanya. Merasa janggal dengan nada bicara gadis di hadapannya.

"Paman.." sebelum kalimat lengkap terucap, butiran air mata berjatuhan.

"Aku.."

"Ini semua salahku. Hiks.."

"Paman, maafkan aku.."

"Jika bukan karenaku, paman pasti masih hidup. Hiks.." setiap kata yang terucap, mengandung penyesalan yang mendalam.

Bukan itu saja. Setiap isak tangis yang terdengar, membawa sakit yang teramat sangat di dada.

"Kalista.."

"Berhentilah menangis." suara yang canggung terdengar.

Di hadapkan dengan respon yang kaku, gadis yang dipanggil Kalista itu merasa hatinya menghangat.

Paman nya memang orang yang canggung. Meski begitu, dia adalah seorang laki-laki yang jujur. Walau pada kenyataanya, paman nya kurang bisa mengekspresikan diri dan juga sedikit bodoh. Itu benar bodoh. Jika tidak begitu, mana mungkin lelaki itu terus berada di sisinya setelah apa yang telah Ia lakukan.

Tapi dibandingkan itu semua, ketulusan di hati bukanlah sebuah kebohongan. Itu adalah citra yang dimiliki oleh paman nya, ksatria nya dan juga pelindungnya.

Lihat saja. Bahkan dalam mimpi terakhirnyapun, paman yang sering disalahpahami karena penampilanya itu tetap mengkhawatirkan dirinya.

"Tunggu."

"Mimpi buruk?"

Tanpa sadar, gadis yang dipanggil Kalista itu melihat kedua tangan miliknya. Bukan telapak kasar yang terlihat, melainkan tangan halus yang lembut.

Setelah mendapat kembali indra yang sempat melebur dalam kebingungan, Kalista baru menyadari rasa sakit di lidah.

"Apakah ini bukan mimpi sebelum maut menjemput?"

Ada sebuah dugaan. Namun juga dibarengi ketidakpercayaan. Untuk memastikan teori yang terbentuk, gadis berperawakan mungil itu segera beranjak dari tempat tidur. Langkah kakinya tergesa. Menunjukan ketidaksabaran yang nyata.

Cermin.

Benda yang biasanya digunakan untuk mematut diri kini menjadi tujuan.

"Tidak mungkin.." batin Kalista menatap takjub.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Suan
ceritanya bagus tapi kok endingnya ngegantung gitu yaa, Thor?
2025-04-11 09:59:00
0
user avatar
Lovvellyty
Silahkan follow author terlebih dahulu sebelum membaca.
2024-01-09 05:43:02
3
66 Bab
Bab 1a
(Prang!!) Suara benda pecah yang nyaring, serpihan beling yang bertebaran dan cangkir indah yang kehilangan kilaunya. Merah yang menetes, tak ubahnya bagai darah yang mendiami setiap jengkal tubuh manusia.Dua manusia saling menatap. Iris biru sedalam lautan, bertabrakan dengan lavender yang lembut. Satu berdiri sombong, dan yang lain terbaring di lantai yang dingin.Air mata berjatuhan menjadi saksi sebuah kekecewaan yang mendalam. Hati yang terluka menyimpan beribu emosi. Kemarahan, kebencian dan rasa tak percaya akibat pengkhianatan."Kenapa?" itu adalah kata terakhir yang terucap sebelum kelopak mata kehilangan kekuatannya.***Salju putih terlihat mendiami setiap panorama yang tampak oleh mata. Butiran dingin yang bertanggung jawab seolah tak menunjukan tanda-tanda untuk berhenti. Sebaliknya, benda itu semakin menunjukan eksistensinya, seiring berjalanya waktu.Di sebuah mansion besar, tampak selubung sihir yang menghalangi kepingan salju untuk turun di atasnya. Mengakibatkan ke
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-06
Baca selengkapnya
Bab 1b
“Tidak mungkin..” batin Kalista menatap takjub.Rambut hitam panjang yang halus, kulit seputih porselin, dan bibir merah alami. Dan yang paling menakjubkan dari itu semua adalah iris lavender yang indah namun penuh misteri. Di hadapanya, bayangan seorang gadis yang dibesarkan dengan baik balik menatapnya.“Mataku..” Kalista memegang kedua kelopak matanya tak percaya.Mata kirinya sebelumnya rusak karena menggunakan sihir terlarang. Untuk menghindari kecurigaan, Ia selalu menggunakan penutup mata.Meski kehilangan salah satu bagian terpenting dalam hidup, dia sama sekali tak menyesal. Karena goresan tersebut menunjukan rasa cintanya kepada orang itu. Ia sama sekali tidak menganggap kehilangan mata kirinya sebagai kecacatan. Justru sebaliknya, dia menghargai itu semua sebagai sebuah penghargaan.“Sungguh bodoh.” Kalista mencibir dirinya sendiri.Dia tak percaya ada seseorang yang sebodoh dirinya. Hanya karena sebuah kebaikan kecil, Ia rela mencurahkan semua cinta, kasih dan kebaikan ya
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-07
Baca selengkapnya
Bab 2a
"Dimana Kalista?" suara dingin yang bertanya memiliki nada datar tanpa intonasi apapun. Hal tersebut membuat orang-orang tak bisa menebak apa yang sebenarnya dipikirkan oleh si penanya. Meski begitu, bukan berarti pelayan yang berstatus rendah berani membuat tebakanya sendiri. Mereka yang ditanya tentu harus menjawab dengan hormat tanpa mendiskreditkan pihak yang bertanya ataupun subyek yang ditanyakan. Seperti yang dilakukan oleh pelayan senior yang tengah ditanyai, "Nona muda sedang berada di perpustakaan, Tuan besar." Nada hormat dengan sikap yang rendah hati. Itulah yang harus dilakukan seorang pelayan yang bekerja untuk tuanya. Berbeda halnya jika mereka tengah berhadapan dengan seorang tamu. Boleh bersikap hormat, namun jangan merendahkan diri sendiri. Karena di hadapan orang luar, sikap para pelayan mewakili bagaimana status tuan yang mereka layani. "Aku mengerti." balas pemuda yang dipanggil tuan besar. Setelahnya, pemuda itu segera beranjak untuk pergi. Tak memberikan p
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-08
Baca selengkapnya
Bab 2b
Devondion menatap sejenak keponakan kecilnya sebelum berbalik. Tap..Tap..Tap..Kalista memastikan suara langkah kaki milik pamanya menjauh sebelum beranjak dari kursi miliknya. Lelaki itu masih bersikap seperti dulu. Mengawasi dan memastikan keselamatanya setiap saat. Setelah dirasa tak ada ancaman, barulah Ia pergi guna memberi waktu bagi dirinya untuk menyendiri.Perhatian dan pengertian yang dimiliki sungguh mengharukan. Pamanya selalu memiliki pertimbangan khusus untuk dirinya. Terlebih jika ada ular berbisa yang muncul di sekitarnya.Sayangnya, di masa lalu dia sangatlah bodoh. Perilaku sang paman justru dianggap sebagai ancaman. Mereka yang dekat memberitahu, jika pamanya memiliki keinginan kuat untuk merebut gelar dan kekayaan yang seharusnya menjadi warisanya.Perhatian dianggap pengawasan. Perlindungan dicap sandiwara. Segala sesuatu yang diberi harus dimusnahkan. Ada saat ketika Ia memerintahkan adik laki-laki ibunya itu untuk menjalankan sebuah misi. Tak ada bantahan, ta
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-23
Baca selengkapnya
Bab 3a
"Kau yakin dengan ini semua, Kalista?" seorang lelaki bertubuh besar bertanya kepada anak perempuan cantik yang berdiri di hadapannya. Perabot rapi tanpa debu. Dokumen yang disusun secara teratur. Bahkan warna gelap yang seolah menjadi keharusan. Ruang kerja yang memiliki kesan kaku membuat atmosfer yang terasa lebih mengintimidasi. Meski begitu, gadis kecil dengan kulit putih berdiri tenang tanpa mengeluarkan getaran ketakutan sedikitpun. Seolah menjadi jenderal kecil dalam sebuah peperangan. Teguh dan berpendirian kuat. “Aku sangat yakin, Paman Dev." gadis yang dipanggil Kalista itu menjawab tanpa ragu."Lalu Kalista, bisakah kau beritahu kepada Paman darimana kau mendapat informasi ini?" pertanyaan kembali diajukan."Untuk saat ini, itu masih rahasia, Paman Dev." jawab si nona kecil."Jika begitu, maka paman tidak bisa memenuhi permintaanmu, Kalista." balas Devondion."Tapi Paman, Aku sama sekali tidak berbohong. Kurang dari sebulan lagi, benar-benar akan terjadi longsor salju d
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-23
Baca selengkapnya
Bab 3b
Gerakan canggung dengan tubuh besar sebenarnya tak terlalu nyaman. Namun untuk beberapa alasan, hati yang sebelumnya terasa seperti hancur berkeping-keping, kini telah disembuhkan secara ajaib."Jangan menangis, Kalista." "Itu semua salah paman. Seharusnya paman mendengarkan ceritamu terlebih dahulu sebelum membuat keputusan." suara akrab yang ditangkap gendang telinga terasa mengikis hati nurani. "Apa longsor salju ini juga sesuatu yang kau lihat dalam mimpimu?" pertanyaan bernada lembut diajukan. Meski dalam kenyataannya, hanya ada ekspresi tajam yang lebih intens yang terlihat. Beruntung si nona kecil telah aman dalam pelukan sang paman. Jika tidak, gadis cantik itu pasti kesulitan menjaga ekspresi tenangnya saat melihat wajah mengerikan wali resminya. Bagaimanapun juga, meski hanya cerita yang dikarang oleh orang lain, Devondion merasa ingin mencabik seseorang yang mungkin merencanakan pembunuhan kakak dan iparnya. Dua orang yang Ia sayangi dan hormati seharusnya hidup dalam k
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-23
Baca selengkapnya
Bab 4a
(Tap..) (Tap..) (Tap..) Langkah kaki tenang terdengar memiliki ketukan yang teratur. Punggung lurus dengan kedua tangan yang disilangkan. Dan kecantikan alami dengan kulit putih yang memukau. "Selamat siang Nona Kalista." "Selamat siang Nona Kalista." Sapaan hormat terdengar setiap kali Kalista, putri tunggal mantan Duke dan Duchess terdahulu melangkah. Bukti jika sopan santun masih dijalankan dengan baik. Meski begitu, tak ada yang mengetahui apa yang tersimpan di hati. Gadis kecil itu hanya membalas salam para pelayan dengan senyum anggun. Sesekali ada balasan dengan suara manis yang khas. Itu adalah sesuatu yang sering dilakukan oleh bangsawan netral. Dia tak ingin dianggap arogan karena mengabaikan para pelayan, namun juga tidak mau dianggap mudah karena bersikap terlalu baik. Bagaimanapun juga, pembicaraan antar pelayan bisa terdengar sampai ke luar. Meski saat ini mereka menunjukkan sikap hormat ketika berhadapan dengan dirinya, tetapi dia tahu ada beberapa pelayan yan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-05
Baca selengkapnya
Bab 4b
"Sudah waktunya bagimu untuk dievakuasi." ucap Devondion. "Kenapa?" Kalista mempertanyakan keputusan pamanya. Seluruh persiapan telah selesai dilakukan. Meski ada longsor salju, dampaknya akan sangat berkurang. Tak ada alasan bagi dirinya untuk meninggalkan tempat ini. Lagipula, Ia ingin melihat bencana itu secara langsung. Di kehidupan lalu yang dia jalani, timbulnya longsor salju yang memakan banyak korban menjadi awal munculnya rumor buruk tentang dirinya. Pembawa malapetaka. Itulah sebutan yang mereka sematkan kepadanya. Bukan hanya kedua orangtuanya yang menjadi korban. Namun dia juga menyebabkan orang-orang yang tak berdosa mati hanya dengan kehadirannya. Awalnya itu semua memang hanya rumor. Namun dengan banyaknya mulut yang berbicara, rumor berubah menjadi fakta yang dipercaya. Hanya karena kebetulan dirinya berada di daerah yang terkena bencana alam, dia mendapat predikat sebagai pembawa malapetaka. Tak ada simpati, tak ada belas kasih dan tak ada tangan yang terulur unt
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-06
Baca selengkapnya
Bab 5a
"Hei..""Apa kalian dengar? Kabarnya alasan dilakukan pembatasan sementara adalah karena putri mantan Duke dan Duchess Ruliazer yang memintanya." lelaki berkumis tipis berbisik kepada teman satu mejanya."Benarkah?""Kenapa dia melakukan itu? Apakah gadis itu tidak tahu jika pedagang seperti kita mempunyai jadwal yang padat?" balas lelaki lain berkepala botak."Mana mungkin seorang gadis kecil mengerti kesulitan yang dialami orang dewasa seperti kita.""Kabarnya, putri itu memiliki temperamen yang manja dan sombong. Jika keinginanya tidak dipenuhi, dia akan marah dan melampiaskan kekesalanya kepada para pelayan. Aku mengenal seorang pelayan yang pernah mengalami perlakuan tidak menyenangkan dari sang putri." lelaki pertama kembali mempengaruhi."Itu mengerikan.""Jika dia nantinya menjadi Duchess Ruliazer, bukankah nasib kita akan sangat mengenaskan?" si lelaki botak membalas dengan ekspresi jijik.Keduanya terlihat saling berbisik. Namun pada nyatanya, suara mereka terdengar cukup ke
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-07
Baca selengkapnya
Bab 5b
"Saya rasa lebih baik bagi Tuan Triger mulai memikirkan pengganti Anda. Karena saya khawatir, usia Anda yang sudah tua menjadikan Tuan Triger menjadi seorang pelupa seperti sekarang. Ini baik-baik saja karena Anda melupakan etika di depan saya. Namun bagaimana jika Tuan Triger melupakan sopan santun di hadapan Yang Mulia Raja? Bukankah itu akan menjadi masalah besar nantinya?" Kalista memberi kritik keras. Tubuh kecil yang putih menembakan nada dingin guna memarahi orang lain. Untuk sesaat, semua orang lupa untuk bernafas. Bahkan Devondion yang berpenampilan keras di luar juga cukup tercengang di dalam hati. Pasalnya, ini pertama kalinya Ia melihat keponakan kecilnya mengeluarkan cakar tajamnya yang mungil. Bukannya merasa takut. Dia malah ingin tertawa terbahak-bahak. Dia memang tidak pernah menyukai rubah tua di hadapannya. Jika bukan karena statusnya sebagai pemimpin Kota Luxedon, Ia tak akan repot-repot mengizinkan lelaki tua itu dan putranya untuk menginjakan kaki di Villa Ruli
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-08
Baca selengkapnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status