"Lima tahun lagi kita menikah ya..."Ucap Zack sembari mengelus poni Ruby yang sedang duduk berhadapan dengannya.
Ruby membalasnya dengan seutas senyuman,pikirannya berlarian dalam angan di masa depan.Ada sedikit rasa ragu terbersit di hatinya.Lima tahun bukan waktu yang singkat.Akankah semua berjalan seperti yang mereka harapkan? "Sayang...kok melamun?"Seru Zack membuyarkan lamunan Ruby. "Kenapa pertanyaanku tidak kau jawab?"Tanya Zack keheranan. "Lima tahun ya...?"Lanjut Ruby. Zack mengangguk,"Kenapa sayang?" "Semoga perasaan kita tetap sama,dan harapan kita tercapai sesuai yang kita mau ya..."Jawab Ruby membuat Zack menyadari ketidak yakinan kekasihnya. "Kau meragukan ku?"Tanya Zack. Ruby menatap kekasihnya dengan seksama,membuat Zack merasa tak enak hati. "Aku hanya takut sekali semua yang kita lakukan sia-sia,dan 5 tahun bukanlah waktu yang sebentar Zack..."Ucap Ruby dengan ekspresi wajah ragu. Zack rupanya sedikit tersinggung dengan ucapan Ruby,ekspresinya berubah menjadi dingin. "Kalau kau ragu,kenapa kau sudah sejauh ini padaku?Ibumu sudah setuju kita tinggal bersama,kenapa kau malah bersikap seperti ini?"Zack berusaha mempertanyakan sikap Ruby yang plin plan. "Seandainya kita buru-buru menikah dengan kondisi keuangan kita yang seperti ini,aku takut kita tak bisa melewatinya.Kita pasti akan punya anak bukan?Bagaimana kita akan membesarkan mereka???"Lanjut Zack. Mendengar jawaban-jawaban Zack membuat Ruby keheranan,"Lalu dengan kita hidup bersama begini,apa bedanya dengan sesudah menikah?Sama-sama serumah?berbagi makan,tempat tidur,uang,apa bedanya Zack?" "Kenapa kau malah mempertanyakannya sekarang?Kemarin saat ku tanya apa kau siap tinggal bersama,kau jawab dengan yakin.Kenapa sekarang kau meragukan aku?!"Jawaban Zack membuat Ruby tercekat. "Aku hanya bimbang dengan semua hal yang sudah aku lakukan saat ini,sedikit bertentangan dengan hatiku."Sahut Ruby. Zack semakin emosi mendengar ucapan Ruby,ia bangun dari duduknya dengan nada tinggi ia berkata,"Kau sungguh plin plan,sebentar A sebentar B.Jangan-jangan kau meragukan dirimu sendiri,apa bisa setia atau tidak!"Teriak Zack sembari menunjuk-nunjuk wajah kekasihnya. Ruby tak berani menanggapi ucapan Zack yang sedang emosi,dia hanya menunduk saja selama Zack mengomel. "Kalau kau memang tidak bersedia,bawa semua barang-barangmu dari sini.Kembali lah lagi ke rumahmu!"Perintah Zack membuat Ruby cemas. Hatinya sangat kacau saat itu,sebab sebelum dia memutuskan untuk tinggal bersama Zack.Semua adalah pilihan yang sulit bagi Ruby,Zack sedikit manipulatif.Ia memberikan berbagai syarat pada hubungannya dengan Ruby. Sesungguhnya Ruby amat sangat menyesali tindakannya yang sangat merugikan seorang wanita.Kehormatannya ia serahkan kepada lelaki yang belum sah menjadi suaminya.Zack yang manipulatif,memberi syarat jika ingin hubungan mereka tetap aman,nyaman dan langgeng.Mereka harus tinggal bersama,karena jika suatu saat Ruby hamil.Zack yakin bayi itu adalah darah dagingnya. Ruby yang sangat mencintai Zack dan takut kehilangan pun akhirnya nekat menuruti permintaan Zack.Padahal dalam hatinya sendiri ia tak yakin dengan tinggal bersama hubungan tetap awet dan langgeng.Namun sekali lagi,cinta membutakan hati Ruby untuk melihat kebenaran. Sekali lagi dia harus merendahkan egonya demi tetap bersama Zack,Ruby bangkit dari duduknya.Ia pun beralih dari tempatnya ke tempat duduk Zack.Lalu merangkulnya dari belakang. "Maafkan aku ya sayang...aku tidak seharusnya meragukanmu..."Ucap Ruby dengan harap-harap cemas. Zack berusaha melepaskan rangkulan Ruby,namun dengan kencang Ruby berusaha mempertahankan tangannya. "Oke kita menikah 5 tahun lagi."Teriak Ruby sembari memejamkan mata. Mendengar jawaban Ruby,Zack menyeringai senang.Lalu ia membalikkan badan dan merangkul balik Ruby.Ia mengecup kepala kekasihnya dan sangat senang mendengar jawaban itu,namun tidak dengan Ruby yang nampak pasrah dengan semua yang terjadi. "Nah,kau tidak boleh meragukan kekasihmu sayang.Aku janji akan selalu setia padamu."Ucap Zack tak henti menciumi kepala Ruby sembari memeluknya erat. *** *** Ayo kita menikah...." Ucapan Bryan membuat Ruby menjatuhkan kue muffin di tangannya.Jantungnya tiba-tiba tak beraturan,matanya membelalak tajam. Tidak salahkah apa yang dia dengar?Mimpikah ini?Benarkah se "sial" itu hari ini???? Melihat ekspresi Ruby,Bryan menjadi sangat deg-degan.Ia pun tak menyangka tiba-tiba berkata seperti itu. "Oh maaf Ruby,aku...." Belum sempat Bryan melanjutkan ucapannya,tiba-tiba seorang wanita paruh baya masuk ke dalam toko dan membuat Ruby terkejut. "Ibu...."Seru Ruby dengan buru-buru berdiri dari duduknya. Mendengar seruan Ruby,Bryan pun turut berdiri dari duduknya dan menoleh ke arah pintu masuk. Ia melihat sosok Rose yang terlihat begitu tegas dengan kacamata hitam menghiasi wajahnya. Rose pun menghampiri Ruby yang sedang bersama Bryan,sosok yang belum pernah ia kenal. Rose menatap dingin Bryan di balik kaca mata hitamnya,Ruby nampak gugup saat ibunya memergoki keduanya. "I...ibu...."Seru Ruby gugup. Mendengar seruan Ruby yang nampak gugup,Bryan pun menyadari sosok di depannya itu seperti bukan sosok yang mudah untuk di dekati. Rose melepas kacamatanya,matanya begitu tajam menatap mata Ruby dan Bryan. "Siapa lagi dia Ruby?"Tanya Rose tanpa basa basi. Ruby pun kelabakan dan ragu untuk menjawabnya,"Dia Bryan bu,temanku!"Jawab Ruby singkat. Rose lalu mengalihkan pandangannya ke Bryan,menelisik dari ujung sepatu hingga ujung rambutnya.Dalam pandangannya Bryan lelaki yang cukup rapi,meskipun rambut sebahunya terurai.Sangat berbeda jauh dengan penampilan Zack 5 tahun lalu. "Teman atau teman?"Tanya Rose sengit. "Teman bu."Jawab Ruby singkat. Bryan pun memutuskan untuk memperkenalkan dirinya untuk memecah ketegangan. "Selamat malam nyonya,perkenalkan saya Bryan Olerie."Ucap Bryan sembari menyodorkan tangannya ke arah Rose. Rose menjabat tangan Bryan dengan sigap dan mantap. "Tuan Olerie,benarkah anda teman putriku?"Tanya Rose menyelidiki. "Benar sekali Nyonya...." "Rose Stanley."Sahut Rose dengan mantap. "Benar sekali Nyonya Stanley,saya adalah teman Ruby Jane."Lanjut Bryan. "Lalu ada perlu apa malam-malam begini di sini?"Tanya Rose heran. "Dia membawakan Muffine untukku bu."Sahut Ruby,membuat Rose menoleh ke arahnya. "Ah benar Nyonya."Timpal Bryan,membuat Rose kembali menoleh padanya. Rose mengangguk paham,lalu matanya tiba-tiba tertuju ke arah pipi Ruby.Ia lalu berjalan mendekati putrinya,memegang dagunya dan menyerongkannya.Membuat Ruby panik. "Siapa yang melakukan ini?"Tanya Rose dengan ekspresi kesal dan heran. "Zack bu."Jawab Ruby sembari tertunduk. "Bedebah sialan!!!Berani-beraninya dia memukulmu!"Teriak Rose memaki. "Bu,sudahlah...." "Besok aku akan menemuinya di kantor,lihat saja!Akan aku tagih janjinya untuk menikahimu!"Ucap Rose dengan penuh ambisi,membuat Ruby dan Bryan terkejut. "Bu....kami sudah putus,untuk apa menemuinya lagi.Aku sudah bilang,kami sudah putus bu."Sahut Ruby ngotot. "Persetan dengan semua itu,dia sudah membawa putriku selama 5 tahun.Seenaknya saja mencampakkanmu!" "Bu,aku sudah tidak mencintainya!Dia bukan lelaki yang baik bu!"Sahut Ruby lagi. Rose yang merasa di ajak berdebat pun tak kalah sengit membalas ucapan putrinya. "Kalau kau tahu dia bukan lelaki yang baik,kenapa dulu mati-matian membelanya?!"Teriak Rose. "Bu...dulu ku kira dia baik."Jawab Ruby pelan,air matanya tak terasa mulai menggenang. "Setelah 5 tahun Ruby...setelah 5 tahun...kau baru sadar."Rose tak henti-hentinya mendebat putrinya. "Sekarang aku telah sadar bu,tapi kenapa ibu terus memaksaku menikah setelah tau keburukannya?"Tanya Ruby heran mengapa begitu keukeuh memaksa anaknya menikah. Rose terdiam,pikirannya kembali ke masa 5 tahun silam. *** *** "Anda tahu putri anda sangat mencintaiku?"Ucap Zack dengan lantang. "Kau mau apa?Jangan macam-macam dengan putriku."Sahut Rose dengan sedikit mengancam. "Kalau kau tidak mau putrimu tahu rahasia ibunya,restui hubungan kami.Dan ijinkan dia tinggal bersamaku." "Kau gila!"Seru Rose dengan mata yang melotot tajam ke arah Zack. "Terserah,kau mau pilih yang mana...restui kami atau kau akan menyesal karena putrimu yang cantik itu tahu rahasia kelam ibunya.Ha ha ha...."Timpal Zack dengan seringai tajam dan tawa yang menjebak. Rose menatap tanah yang ia pijak dengan rasa gusar di hati.Ia sangat bingung harus memilih yang mana. "Pikirkan baik-baik...."Ucap Zack sebelum meninggalkan Rose sendirian. Pilihan yang sangat berat,namun ia dengan egois terpaksa merestui hubungan putrinya dengan lelaki sialan itu. "Baiklah....tapi berjanjilah,kau akan memperlakukannya dengan sangat baik."Seru Rose membuat langkah Zack terhenti. Zack terdiam,namun senyuman dan hatinya yang licik bersorak gembira. "Oke,kalau begitu mulai besok malam aku ingin dia bersama ku."Sahut Zack dan kemudian berlalu. Rose yang merasa sangat bersalahpun,hanya bisa jatuh bersimpuh dengan derai air mata penyesalan yang teramat dalam. *** *** Ruby merasa aneh dengan sikap ibunya yang tiba-tiba diam seolah sedang melamunkan sesuatu. "Bu,kau baik-baik saja?"Tanya Ruby khawatir. Pertanyaan Ruby membuyarkan lamunannya,Rose tersentak kaget.Lalu ia buru-buru ingin meninggalkan toko. "Aku harus pergi...."Ucap Rose buru-buru. "Tapi bu...." "Aku tidak akan melepaskan dia begitu saja..."Ucap Rose sebelum benar-benar meninggalkan toko putrinya. Mendengar ucapan ibunya,Ruby benar-benar lemas.Ia seperti tak di anggap anak oleh ibu kandungnya sendiri.Ia sangat heran mengapa ibunya begitu memaksakan dirinya untuk menikah dengan lelaki yang tidak baik. Rose benar-benar pergi tanpa memperdulikan keberadaan Bryan disana.Bryan menatap iba wanita yang di sukainya itu. Air mata Ruby menetes deras,lidahnya pun kelu tak dapat berkata-kata lagi.Bryan yang merasa kasihanpun berusaha mendekatinya. Pelan-pelan Bryan membawa Ruby dalam pelukannya,Ruby yang memang membutuhkan sandaranpun akhirnya pasrah ketika Bryan memeluknya. Rasa tenang dan nyaman ia rasakan saat berada di pelukan Bryan.Rasa tenang dan nyaman inilah yang tak pernah Ruby dapat dari sosok Zack,lelaki yang pernah sangat ia cintai 5 tahun ini. BersambungUsai kejadian-kejadian yang menimpa Ruby,mengakibatkan dia jatuh sakit.Sejak ia bangun pagi tadi,badannya serasa lemas tak bertenaga.Ia tempelkan bahu tangannya ke keningnya,ia rasakan suhu panas yang sangat menyengat. "Huftt....sepertinya aku demam."Gumam Ruby dengan rasa tak nyaman di sekujur tubuhnya. Saat hendak bangun dari tempat tidurnya,tiba-tiba kakinya tak kuat untuk berpijak.Gubrakkkkkkk ia pun terjatuh ke lantai,rasanya sangat lemas sekali. Dengan sedikit tenaga yang masih tersisa,ia mencoba membuka matanya lalu bergumam,"Bry...yan....". Namun matanya terasa sangat berat,saat ia melihat langit-langit kamarnya seperti menggelap dan tiba-tiba ia merasa seperti sedang tertidur lelap. Sementara itu,Bryan semalaman terjaga dari tidurnya sebab memikirkan kejadian Ruby dan ibunya di toko.Ia semakin khawatir akan keadaan Ruby,ia pun mengingat kejadian di pantai.Dimana Ruby menangis sesenggukan.Bryan pun yakin,Ruby kali ini merasakan perasaan yang sama seperti malam itu.
Derap langkah Ruby seolah mengisyaratkan ia sangat tergesa-gesa.Jantungnya berdegup kencang,nafasnya berderu.Dalam matanya setengah mengambang air mata yang sekuat tenaga ia tahan agar tidak terjatuh.Sebuah pintu yang berada tepat di depannya ia dobrak dengan sekuat tenaga.Brakkkkkkkkkkkkk!!!!Pintu terbuka dengan paksa,kedua sosok yang berada di dalam ruangan tersebut,berhambur karena rasa terkejutnya.Zack membelalak tajam saat tahu sosok yang mendobrak pintu itu adalah Ruby Jane,tangannya dengan sigap menutup kancing bajunya yang terbuka hampir mengekspos bagian perutnya yang bidang,sementara Rita pun tak kalah gugupnya dengan aksinya yang terpergok oleh kekasih Zack yaitu Ruby Jane.Tangan Rita pun berusaha merapikan kancing bajunya dan buru-buru memakai high heels yang tergeletak tak beraturan di lantai."Begini kelakuan kalian di belakangku!!!"Teriak Ruby hingga otot lehernya nampak jelas.Zack berlari ke arah Ruby,berusaha mengambil tangannya untuk ia genggam.Namun Ruby tampik.
Usai kejadian pahit itu,Ruby memilih lebih menyibukkan dirinya di toko Florist yang semakin hari semakin ramai pelanggan.Dengan semangat ia membuka pintu tokonya,namun pagi yang cerah itu membuatnya tiba-tiba mendung saat ia lihat sosok Zack berdiri di depan pintu."Ya Tuhan....mau apalagi kau!"Teriak Ruby merasa kesal karena kehadiran Zack."Sayang..."Seru Jack mengejar Ruby yang berlari masuk."Sayang...dengarkan aku dulu!"Pinta Zack sembari meraih bahu Ruby.Ruby menepis tangan Zack dari bahunya,"Jangan memanggilku sayang,aku jijik kata-kata itu keluar dari lelaki sepertimu!"Ucap Ruby geram."Kita sudah putus!Jangan memanggilku dengan sebutan itu lagi,aku jijik mendengarkannya!!"Ucap Ruby dengan ekspresi jijiknya.Zack meraih tubuh Ruby dan memelukkan dengan erat."Lepas...!"Teriak Ruby berontak."Ijinkan aku memelukmu sayang,aku rindu sekali."Ucap Zack tetap memeluk Ruby meskipun Ruby berontak."Lepaskan aku!!!!"Teriak Ruby sembari menendang "Adik Kecil" Zack dengan dengkulnya.Za
Suasana menjadi begitu sejuk mendekati dingin,ingatan Ruby kembali ke beberapa waktu silam.Saat ia bertemu dengan seseorang yang sangat manly,yang menawarkan payungnya untuk ia pinjam.Kini seolah dejavu yang nyata.Pria itu berada di hadapan Ruby untuk yang kedua kalinya.Tatapan hangatnya sama sekali tidak berubah,desiran aneh berkecamuk di hati Ruby.Begitupun sebaliknya,pria di hadapannya pun tiba-tiba jadi salah tingkah saat Ruby menatap balik ke arahnya." Seperti kita pernah bertemu sebelumnya."Ucapan Ruby terdengar terbata.Pria bernama Bryan (ya sesuai tulisan di kartu ucapan) itu tersenyum tipis,"Ya,kita pernah bertemu di pantai Sandiego."Jawabnya dengan sumringah,nampak raut senang karena Ruby masih mengingatnya."Wow..."Ruby merasa takjub." Nampaknya dunia begitu sempit ya..."Lanjut Ruby lagi.Bryan tertawa,entah mengapa ia terlihat begitu bahagia dengan tawa dan senyum yang merekah."Atau mungkin takdir..."Sahut Bryan membuat Ruby tertegun.Menyadari sikap Ruby,Bryan sontak
"Masuklah,akan ku buatkan kau secangkir kopi"Ucap Ruby menyuruh Bryan masuk ke dalam tokonya.Brian menggeleng,"Ikut aku sebentar..."Ucap Bryan mengajak Ruby keluar malam itu.Lagi-lagi Ruby menuruti permintaan Bryan.Ia bergegas mengganti bajunya dan pergi bersama Bryan mengendarai motornya.Hembusan angin malam menemani mereka berdua malam itu,hingga sampailah Bryan ke tepian pantai Sandiego.Ruby lalu turun,dan berusaha melepaskan helmnya.Di ikuti Bryan yang juga turun dari motornya.Ia membantu Ruby melepas pengait helmnya."Terima kasih "Ucap Ruby lirih.Bryan tersenyum membalasnya."Jadi kau mengajakku kemari?"Tanya Ruby heran.Bryan mengangguk,"Tempat pertama kali kita bertemu."Ruby merasakan desiran indah saat Bryan mengatakan hal itu.Ini menjadi seperti sebuah memori yang tak terlupakan tanpa mereka sadari.Keduanya berjalan beriringan,melihat Ruby hampir terjatuh.Dengan sigap Bryan menggenggam tangan Ruby,jantung Ruby serasa mau copot.Lalu mereka duduk beralaskan pasir panta
Ia rebahkan tubuh langsingnya ke atas kasur,tangannya tak lepas menggenggam jemari Mario yang dingin.Daniela seolah masa bodo dengan kejadian kemarin malam.Matanya sudah terhipnotis ketampanan Mario,perasaannya di penuhi cinta yang ganas dan membabi buta. Sementara itu Mario terdiam di sampingnya,menatap langit-langit kamar Daniela.Ada sedikit rasa sesal di benaknya,mengapa ia begitu tega mengkhianati sahabatnya sendiri. Melihat Mario melamun,Daniela sontak bangun dari pembaringannya.Ia lalu berbisik sesuatu kepada laki-laki selingkuhannya itu. "Kau kenapa sayang? "Bisik Daniela dengan dengusan nafas yang sengaja ia hembuskan di sekitar leher Mario yang seketika meremang. Mario mengalihkan pandangannya ke Daniela,"Aku kepikiran soal Bryan,menurutmu apa kita sangat keterlaluan?"Tanya Mario di sertai raut wajah gusar. "Lupakan urusan dia,yang penting adalah kita berdua sekarang."Jawab Daniela acuh. "Dia sahabatku. " Hardik Mario. "Kalau kau menganggapnya sahabat sejak awal
"Ya Tuhan....kenapa sulit untukku memejamkan mata......"Gerutu kesal keluar dari mulut Bryan. Malam ini ia seperti terbayang-bayang wajah Ruby sejak pagi tadi. "Wanita itu sungguh menghipnotisku,ini gilaaaaaaaaaaaaaa....."Teriak Bryan sembari memukul dadanya. "Tidak tidak....,aku tidak boleh semudah itu jatuh cinta.Ini tidak mungkin,saat bersama Daniela aku butuh waktu beberapa bulan untuk yakin bahwa aku benar-benar mencintainya.Tetapi kenapa dengan Ruby hanya sebentar saja...."Ucap Bryan tak percaya dengan perasaannya sendiri. Bryan bangkit dari tempat tidurnya,ia mondar mandir kesana kemari.Sesekali ia raba dadanya dan merasakan ritme jantungnya tak beraturan. "Besok aku harus ke dokter,pasti ada yang salah dengan jantungku."Ucap Bryan merasa ada yang tidak beres dengan dirinya. Lalu ia kembali lagi berbaring di tempat tidurnya,kelimpang kelimpung di atas kasur.Sesekali mengucek matanya dan berusaha memejamkan matanya. "Apa mungkin aku terlalu banyak tidur?"Tanya Brya
Usai kejadian-kejadian yang menimpa Ruby,mengakibatkan dia jatuh sakit.Sejak ia bangun pagi tadi,badannya serasa lemas tak bertenaga.Ia tempelkan bahu tangannya ke keningnya,ia rasakan suhu panas yang sangat menyengat. "Huftt....sepertinya aku demam."Gumam Ruby dengan rasa tak nyaman di sekujur tubuhnya. Saat hendak bangun dari tempat tidurnya,tiba-tiba kakinya tak kuat untuk berpijak.Gubrakkkkkkk ia pun terjatuh ke lantai,rasanya sangat lemas sekali. Dengan sedikit tenaga yang masih tersisa,ia mencoba membuka matanya lalu bergumam,"Bry...yan....". Namun matanya terasa sangat berat,saat ia melihat langit-langit kamarnya seperti menggelap dan tiba-tiba ia merasa seperti sedang tertidur lelap. Sementara itu,Bryan semalaman terjaga dari tidurnya sebab memikirkan kejadian Ruby dan ibunya di toko.Ia semakin khawatir akan keadaan Ruby,ia pun mengingat kejadian di pantai.Dimana Ruby menangis sesenggukan.Bryan pun yakin,Ruby kali ini merasakan perasaan yang sama seperti malam itu.
"Lima tahun lagi kita menikah ya..."Ucap Zack sembari mengelus poni Ruby yang sedang duduk berhadapan dengannya. Ruby membalasnya dengan seutas senyuman,pikirannya berlarian dalam angan di masa depan.Ada sedikit rasa ragu terbersit di hatinya.Lima tahun bukan waktu yang singkat.Akankah semua berjalan seperti yang mereka harapkan? "Sayang...kok melamun?"Seru Zack membuyarkan lamunan Ruby. "Kenapa pertanyaanku tidak kau jawab?"Tanya Zack keheranan. "Lima tahun ya...?"Lanjut Ruby. Zack mengangguk,"Kenapa sayang?" "Semoga perasaan kita tetap sama,dan harapan kita tercapai sesuai yang kita mau ya..."Jawab Ruby membuat Zack menyadari ketidak yakinan kekasihnya. "Kau meragukan ku?"Tanya Zack. Ruby menatap kekasihnya dengan seksama,membuat Zack merasa tak enak hati. "Aku hanya takut sekali semua yang kita lakukan sia-sia,dan 5 tahun bukanlah waktu yang sebentar Zack..."Ucap Ruby dengan ekspresi wajah ragu. Zack rupanya sedikit tersinggung dengan ucapan Ruby,ekspresinya beru
"Ya Tuhan....kenapa sulit untukku memejamkan mata......"Gerutu kesal keluar dari mulut Bryan. Malam ini ia seperti terbayang-bayang wajah Ruby sejak pagi tadi. "Wanita itu sungguh menghipnotisku,ini gilaaaaaaaaaaaaaa....."Teriak Bryan sembari memukul dadanya. "Tidak tidak....,aku tidak boleh semudah itu jatuh cinta.Ini tidak mungkin,saat bersama Daniela aku butuh waktu beberapa bulan untuk yakin bahwa aku benar-benar mencintainya.Tetapi kenapa dengan Ruby hanya sebentar saja...."Ucap Bryan tak percaya dengan perasaannya sendiri. Bryan bangkit dari tempat tidurnya,ia mondar mandir kesana kemari.Sesekali ia raba dadanya dan merasakan ritme jantungnya tak beraturan. "Besok aku harus ke dokter,pasti ada yang salah dengan jantungku."Ucap Bryan merasa ada yang tidak beres dengan dirinya. Lalu ia kembali lagi berbaring di tempat tidurnya,kelimpang kelimpung di atas kasur.Sesekali mengucek matanya dan berusaha memejamkan matanya. "Apa mungkin aku terlalu banyak tidur?"Tanya Brya
Ia rebahkan tubuh langsingnya ke atas kasur,tangannya tak lepas menggenggam jemari Mario yang dingin.Daniela seolah masa bodo dengan kejadian kemarin malam.Matanya sudah terhipnotis ketampanan Mario,perasaannya di penuhi cinta yang ganas dan membabi buta. Sementara itu Mario terdiam di sampingnya,menatap langit-langit kamar Daniela.Ada sedikit rasa sesal di benaknya,mengapa ia begitu tega mengkhianati sahabatnya sendiri. Melihat Mario melamun,Daniela sontak bangun dari pembaringannya.Ia lalu berbisik sesuatu kepada laki-laki selingkuhannya itu. "Kau kenapa sayang? "Bisik Daniela dengan dengusan nafas yang sengaja ia hembuskan di sekitar leher Mario yang seketika meremang. Mario mengalihkan pandangannya ke Daniela,"Aku kepikiran soal Bryan,menurutmu apa kita sangat keterlaluan?"Tanya Mario di sertai raut wajah gusar. "Lupakan urusan dia,yang penting adalah kita berdua sekarang."Jawab Daniela acuh. "Dia sahabatku. " Hardik Mario. "Kalau kau menganggapnya sahabat sejak awal
"Masuklah,akan ku buatkan kau secangkir kopi"Ucap Ruby menyuruh Bryan masuk ke dalam tokonya.Brian menggeleng,"Ikut aku sebentar..."Ucap Bryan mengajak Ruby keluar malam itu.Lagi-lagi Ruby menuruti permintaan Bryan.Ia bergegas mengganti bajunya dan pergi bersama Bryan mengendarai motornya.Hembusan angin malam menemani mereka berdua malam itu,hingga sampailah Bryan ke tepian pantai Sandiego.Ruby lalu turun,dan berusaha melepaskan helmnya.Di ikuti Bryan yang juga turun dari motornya.Ia membantu Ruby melepas pengait helmnya."Terima kasih "Ucap Ruby lirih.Bryan tersenyum membalasnya."Jadi kau mengajakku kemari?"Tanya Ruby heran.Bryan mengangguk,"Tempat pertama kali kita bertemu."Ruby merasakan desiran indah saat Bryan mengatakan hal itu.Ini menjadi seperti sebuah memori yang tak terlupakan tanpa mereka sadari.Keduanya berjalan beriringan,melihat Ruby hampir terjatuh.Dengan sigap Bryan menggenggam tangan Ruby,jantung Ruby serasa mau copot.Lalu mereka duduk beralaskan pasir panta
Suasana menjadi begitu sejuk mendekati dingin,ingatan Ruby kembali ke beberapa waktu silam.Saat ia bertemu dengan seseorang yang sangat manly,yang menawarkan payungnya untuk ia pinjam.Kini seolah dejavu yang nyata.Pria itu berada di hadapan Ruby untuk yang kedua kalinya.Tatapan hangatnya sama sekali tidak berubah,desiran aneh berkecamuk di hati Ruby.Begitupun sebaliknya,pria di hadapannya pun tiba-tiba jadi salah tingkah saat Ruby menatap balik ke arahnya." Seperti kita pernah bertemu sebelumnya."Ucapan Ruby terdengar terbata.Pria bernama Bryan (ya sesuai tulisan di kartu ucapan) itu tersenyum tipis,"Ya,kita pernah bertemu di pantai Sandiego."Jawabnya dengan sumringah,nampak raut senang karena Ruby masih mengingatnya."Wow..."Ruby merasa takjub." Nampaknya dunia begitu sempit ya..."Lanjut Ruby lagi.Bryan tertawa,entah mengapa ia terlihat begitu bahagia dengan tawa dan senyum yang merekah."Atau mungkin takdir..."Sahut Bryan membuat Ruby tertegun.Menyadari sikap Ruby,Bryan sontak
Usai kejadian pahit itu,Ruby memilih lebih menyibukkan dirinya di toko Florist yang semakin hari semakin ramai pelanggan.Dengan semangat ia membuka pintu tokonya,namun pagi yang cerah itu membuatnya tiba-tiba mendung saat ia lihat sosok Zack berdiri di depan pintu."Ya Tuhan....mau apalagi kau!"Teriak Ruby merasa kesal karena kehadiran Zack."Sayang..."Seru Jack mengejar Ruby yang berlari masuk."Sayang...dengarkan aku dulu!"Pinta Zack sembari meraih bahu Ruby.Ruby menepis tangan Zack dari bahunya,"Jangan memanggilku sayang,aku jijik kata-kata itu keluar dari lelaki sepertimu!"Ucap Ruby geram."Kita sudah putus!Jangan memanggilku dengan sebutan itu lagi,aku jijik mendengarkannya!!"Ucap Ruby dengan ekspresi jijiknya.Zack meraih tubuh Ruby dan memelukkan dengan erat."Lepas...!"Teriak Ruby berontak."Ijinkan aku memelukmu sayang,aku rindu sekali."Ucap Zack tetap memeluk Ruby meskipun Ruby berontak."Lepaskan aku!!!!"Teriak Ruby sembari menendang "Adik Kecil" Zack dengan dengkulnya.Za
Derap langkah Ruby seolah mengisyaratkan ia sangat tergesa-gesa.Jantungnya berdegup kencang,nafasnya berderu.Dalam matanya setengah mengambang air mata yang sekuat tenaga ia tahan agar tidak terjatuh.Sebuah pintu yang berada tepat di depannya ia dobrak dengan sekuat tenaga.Brakkkkkkkkkkkkk!!!!Pintu terbuka dengan paksa,kedua sosok yang berada di dalam ruangan tersebut,berhambur karena rasa terkejutnya.Zack membelalak tajam saat tahu sosok yang mendobrak pintu itu adalah Ruby Jane,tangannya dengan sigap menutup kancing bajunya yang terbuka hampir mengekspos bagian perutnya yang bidang,sementara Rita pun tak kalah gugupnya dengan aksinya yang terpergok oleh kekasih Zack yaitu Ruby Jane.Tangan Rita pun berusaha merapikan kancing bajunya dan buru-buru memakai high heels yang tergeletak tak beraturan di lantai."Begini kelakuan kalian di belakangku!!!"Teriak Ruby hingga otot lehernya nampak jelas.Zack berlari ke arah Ruby,berusaha mengambil tangannya untuk ia genggam.Namun Ruby tampik.