Ia rebahkan tubuh langsingnya ke atas kasur,tangannya tak lepas menggenggam jemari Mario yang dingin.Daniela seolah masa bodo dengan kejadian kemarin malam.Matanya sudah terhipnotis ketampanan Mario,perasaannya di penuhi cinta yang ganas dan membabi buta.
Sementara itu Mario terdiam di sampingnya,menatap langit-langit kamar Daniela.Ada sedikit rasa sesal di benaknya,mengapa ia begitu tega mengkhianati sahabatnya sendiri. Melihat Mario melamun,Daniela sontak bangun dari pembaringannya.Ia lalu berbisik sesuatu kepada laki-laki selingkuhannya itu. "Kau kenapa sayang? "Bisik Daniela dengan dengusan nafas yang sengaja ia hembuskan di sekitar leher Mario yang seketika meremang. Mario mengalihkan pandangannya ke Daniela,"Aku kepikiran soal Bryan,menurutmu apa kita sangat keterlaluan?"Tanya Mario di sertai raut wajah gusar. "Lupakan urusan dia,yang penting adalah kita berdua sekarang."Jawab Daniela acuh. "Dia sahabatku. " Hardik Mario. "Kalau kau menganggapnya sahabat sejak awal,lalu kenapa kau sekarang berbaring di sini bersama ku?Bukankah sahabat sejati tidak pantas berlaku seperti kau sekarang?!"Jawab Daniela ketus. Mendengar jawaban Daniela,Mario tertegun sembari menelan ludahnya sendiri.Akibat rasa kesalnya,Daniela pun beranjak dari kasurnya,moodnya berantakan mendengar ocehan kekasih gelapnya itu. Ia lalu duduk di kursi,tangannya mengambil tas kecil di atas meja.Jemarinya meraba isi di dalamnya. "Nah..."Gumamnya lirih saat ia berhasil menemukan sebungkus rokok dan pemantiknya. Ia nyalakan pemantik dan ia sulut rokoknya,hembusan pertama seolah menenangkan perasaannya. "Aku begitu berani merelakan si manis Bryan demi kau,aku korbankan hubungan 2 tahun ku dengannya.Sekarang bisa-bisanya kau baru kepikiran betapa kejamnya kita!"Ucap Daniela sembari sesekali menyesap rokoknya. "Enam bulan lalu kau kemana saja?Kau lupa dengan semua perkataanmu padaku malam itu?Berhentilah menjadi lelaki munafik Mario!!""Daniela seolah mencecar Mario tanpa henti. Mario tetap diam tak bergeming,ia seperti tak ingin lama-lama berada di suasana yang panas itu.Ia lalu bangun,berjalan ke arah Daniela duduk. Daniela hampir saja merasa berdebar saat ia melihat Mario berjalan ke arahnya.Namun debaran itu sirna saat ia tahu tangan Mario hanya menggapai kunci motor di meja dekat Daniela. Sontak Daniela menghentikan sesapan rokoknya,ia mulai merasakan kegelisahannya. "Mau kemana?"Tanya Daniela menelisik. "Menenangkan diri!"Jawab Mario singkat,sembari beranjak pergi. "Kau mau meninggalkanku?"Tanya Daniela mulai risau.Tangannya dengan cepat menekan puntung rokok yang masih menyala ke dalam asbak.Cepat-cepat ia beranjak dari duduknya,dan menghalangi Mario pergi. "Tetaplah disini,kita lupakan semuanya dengan have fun...."Ucap Daniela,di sertai seringai an nakal. Mario seolah tak berhasrat menanggapinya,"Maaf,aku ingin sendiri dulu!"Tolaknya secara halus. Bak tersambar petir,Daniela kelabakan melihat sikap Mario yang berubah. "Kau tidak mencintaiku lagi,hah?"Tanya Daniela mulai mencecar lagi. "Daniela,bisa kau beri aku waktu sebentar untuk menenangkan diri??"Pinta Mario. "Tidak perlu kemana-mana,aku bisa menemanimu disini.Kita bisa menciptakan suasana yang menyenangkan Mario...."Ucap Daniela setengah memohon. "Danie...(Panggilan sayang Mario kepada Daniela).Hargai keputusanku!Ini bukan berarti aku tidak membutuhkanmu lagi.Berhentilah mencemaskan hal yang tidak penting!"Ucap Mario menyadari kegelisahan hati kekasih gelapnya. Daniela membelalak tajam ke arah kekasih gelapnya,"Kau janji tidak akan meninggalkanku???"Ucap Daniela terdengar parau. Melihat kekasihnya gelisah,Mario merengkuh bahu Daniela.Ia memeluk Daniela sekencang-kencangnya.Daniela merasakan kehangatan pelukan yang ia dambakan sedari tadi.Lalu ia kecup bibir kekasihnya dengan lembut. "Aku telah jatuh cinta padamu sejak awal kita bertemu,aku tahu itu sebuah kesalahan.Tetapi cinta tak dapat di paksakan sayang...Apapun keadaannya sekarang.Aku akan berusaha memperbaiki segalanya..."Ucap Mario sedikit menenangkan perasaan Daniela yang berkecamuk. Dengan berat hati Daniela melepaskan pelukan kekasihnya,ia pun akhirnya yakin bahwa ia tak perlu risau dengan situasi saat ini.Semua tidak akan ada yang berubah dari Mario. "Sampai jumpa sayang...."Pamit Mario. Daniela mengangguk pelan dengan mata yang berkaca-kaca,"Sampai jumpa Mario sayang...." Entah apa yang telah terjadi di antara keduanya,cinta mereka seolah begitu dalam.Rasa cinta yang tak pernah Daniela dapatkan dari Bryan mantan kekasihnya. Sementara itu di lain tempat,Zack tak henti-hentinya mengejar Ruby.Ia beberapa kali datang ke toko Ruby,meskipun pada akhirnya harus menerima pengusiran berkali-kali pula dari Ruby. "Kita sudah putus,apa lagi yang masih kau harapkan dariku?"Teriak Ruby pada Zack. "Ayo kita balikan dan segera menikah seperti cita-cita kita sebelumnya!"Pinta Zack merayu Ruby. Ruby melotot tajam,"Kau waras??Setelah apa yang terjadi,kau pikir aku masih mau denganmu?Benar-benar tidak waras." "Ruby....kau lupa apa yang telah kita lewati 5 tahun kemarin?Semua itu tidak mudah,aku yakin kau masih sangat mencintaiku..."Ucap Zack seolah lupa dengan kelqkuan buruknya Ruby merasa sangat risih dan jijik dengan sikap Zack yang tak tahu malu itu. "Cuihhhh....sampai mati aku tak sudi kembali padamu."Ucap Ruby seolah menghina sosok Zack. Zack yang mendengar hinaan Ruby pun tiba-tiba naik pitam. PLAAKKKKKKKK.....Ia layangan sebuah tamparan ke pipi Ruby.Ruby tersungkur ke lantai. "Beraninya kau bersikap seperti itu padaku,harusnya kau bersyukur aku masih mau kembali padamu!Kau tahu...tidak ada lelaki yang sudi mendapatkan wanita bekas sepertimu!!!"Ucap Zack menghina Ruby balik. Mendengar kata "Bekas" membuat hati Ruby terpukul.Ia jadi mengingat masa dimana ia memutuskan tinggal bersama Zack kala itu. Ruby merasa terhina,ia sedikit down.Sembari memegangi pipinya ia tertunduk malu dengan segala kisah kelamnya. "Kemana nuranimu dasar bedebahhhhhhhhhh!!!!!!!"Teriak Ruby geram,ia lalu beranjak dari lantai.Berdiri dengan tegap menatap Zack penuh amarah. Ia kemudian berlari dan mendorong Zack dengan kuat ke arah luar.Zack terpental,tersungkur jatuh di tepian jalan. Terdengar Zack mengaduh saat tubuhnya jatuh ke tanah. "Adduhhhhhhh....." "Dasar bedebah,kau yang merusak hubungan kita.Malah menghinaku!Kau pikir aku membutuhkanmu hah?!Cuihhhhhh yang ada aku amattttt sangatttt jijikkkkk padamu!!!!!!!!!!!"Ucapan Ruby yang lantang membuat semua mata tertuju pada mereka berdua. Dan lagi-lagi Zack merasa sangat malu untuk yang kesekian kalinya. "Ingat saja....kau pasti akan menyesal...."Seru Zack sedikit mengancam. "Justru aku yang menyesal telah membuang-buang waktu ku selama 5 tahun bersamamu."Sahut ruby. Dengan sempoyongan menahan sakit di pantat,Zack beranjak dari tempatnya dan buru-buru masuk ke mobil lalu pergi meninggalkan Ruby. Ruby menghela nafas panjang,ia berusaha mengatur ritme nafasnya.Jantungnya pun tak kalah berdebar. "Hari apa ini.....kenapa sial sekali...."Gerutu Ruby. "Ruby....."Teriak seseorang dari tepi jalan. Ruby menoleh ke arah suara itu memanggil,ia terkejut saat ia melihat sosok yang memanggilnya adalah Bryan. Bryan pun turun dari motornya sembari membawa sekotak kue yang sengaja ia beli untuk Ruby.Ia heran dengan keadaan Ruby yang sedikit berantakan. "Bryan..."Sapa Ruby dengan senyum yang di paksakan. Bryan menyentuh pipi Ruby yang memerah,terlihat cap telapak tangan seseorang di pipinya.Lalu Bryan menelisik ke segala penjuru jalan. "Siapa yang menamparmu?"Tanya Bryan dengan raut cemas. "Bukan siapa-siapa."Jawab Ruby singkat. "Jawab saja,siapa?"Paksa Bryan,membuat Ruby merasa tak nyaman. "Ini bukan urusanmu."Ucap Ruby kesal. Bryan tertegun mendengar ucapan Ruby yang tak biasa. "Oh okey maaf kalau aku terlalu ikut campur."Ucap Bryan tak enak hati. Menyadari perkataannya terlalu kasar Ruby pun meminta maaf. "Maafkan aku Bryan,tak seharusnya aku bersikap seperti ini." Sekali lagi Bryan sentuh pipi Ruby,sentuhan itu membuat wajahnya memerah. "Apa ini sakit?"Tanya Bryan khawatir melihat wajah Ruby semakin memerah. Ruby menggeleng cepat,lalu memalingkan wajah dan mengajak Bryan masuk ke tokonya. "Silahkan masuk Bryan..." Bryan yang polos pun tak menyadari sikap Ruby barusan.Hahaha Ruby pun mempersilahkan Bryan untuk duduk,suasana canggung tiba-tiba menyeruak. "Ada perlu apa kau kesini Bryan?"Tanya Ruby memecah kecanggungan. Di tanya seperti itu justru membuat Bryan semakin canggung.Ia tak henti-hentinya menggoyangkan kakinya. "Kau baik-baik saja?"Tanya Ruby cemas. Bryan menjawab dengan mengangguk pelan. Lalu ia teringat dengan barang bawaannya di tangan "Ah ini untukmu."Ucap Bryan menyodorkan sekotak kue ke arah Ruby. Ruby pun menerima dengan senyuman merekah. "Waoww ini untukku?"Tanya Ruby girang. "Ya,untukmu."Jawab Bryan. Ruby dengan sigap membuka penutupnya,matanya seolah berkilauan melihat jajaran kue yang nampak lezat jika di cium dari aromanya. "Muffin coklat favorite ku....darimana kau tahu?"Tanya Ruby heran. "Hanya kebetulan saja."Jawab Bryan canggung.Ruby mengangguk paham. Degup jantung Bryan semakin tak beraturan saat melihat sosok yang ia rindukan semalaman kini berada di depan matanya. Hatinya benar-benar bahagia berada di dekat Ruby,ia seperti yakin bahwa wanita di depannya inilah yang kelak akan menjadi pelabuhan terakhirnya. "Ruby...."Seru Bryan,di sela lahapnya Ruby menikmati kue favoritnya. "Ya Bryan...."Jawab Ruby menghentikan kelahapannya.Dengan seksama ia menunggu lanjutan ucapan Bryan. "Ayo kita menikah...." Ucapan Bryan membuat Ruby menjatuhkan kue muffin di tangannya.Jantungnya tiba-tiba tak beraturan,matanya membelalak tajam. Tidak salahkah apa yang dia dengar?Mimpikah ini?Benarkah se "sial" itu hari ini???? Bersambung"Ya Tuhan....kenapa sulit untukku memejamkan mata......"Gerutu kesal keluar dari mulut Bryan. Malam ini ia seperti terbayang-bayang wajah Ruby sejak pagi tadi. "Wanita itu sungguh menghipnotisku,ini gilaaaaaaaaaaaaaa....."Teriak Bryan sembari memukul dadanya. "Tidak tidak....,aku tidak boleh semudah itu jatuh cinta.Ini tidak mungkin,saat bersama Daniela aku butuh waktu beberapa bulan untuk yakin bahwa aku benar-benar mencintainya.Tetapi kenapa dengan Ruby hanya sebentar saja...."Ucap Bryan tak percaya dengan perasaannya sendiri. Bryan bangkit dari tempat tidurnya,ia mondar mandir kesana kemari.Sesekali ia raba dadanya dan merasakan ritme jantungnya tak beraturan. "Besok aku harus ke dokter,pasti ada yang salah dengan jantungku."Ucap Bryan merasa ada yang tidak beres dengan dirinya. Lalu ia kembali lagi berbaring di tempat tidurnya,kelimpang kelimpung di atas kasur.Sesekali mengucek matanya dan berusaha memejamkan matanya. "Apa mungkin aku terlalu banyak tidur?"Tanya Brya
"Lima tahun lagi kita menikah ya..."Ucap Zack sembari mengelus poni Ruby yang sedang duduk berhadapan dengannya. Ruby membalasnya dengan seutas senyuman,pikirannya berlarian dalam angan di masa depan.Ada sedikit rasa ragu terbersit di hatinya.Lima tahun bukan waktu yang singkat.Akankah semua berjalan seperti yang mereka harapkan? "Sayang...kok melamun?"Seru Zack membuyarkan lamunan Ruby. "Kenapa pertanyaanku tidak kau jawab?"Tanya Zack keheranan. "Lima tahun ya...?"Lanjut Ruby. Zack mengangguk,"Kenapa sayang?" "Semoga perasaan kita tetap sama,dan harapan kita tercapai sesuai yang kita mau ya..."Jawab Ruby membuat Zack menyadari ketidak yakinan kekasihnya. "Kau meragukan ku?"Tanya Zack. Ruby menatap kekasihnya dengan seksama,membuat Zack merasa tak enak hati. "Aku hanya takut sekali semua yang kita lakukan sia-sia,dan 5 tahun bukanlah waktu yang sebentar Zack..."Ucap Ruby dengan ekspresi wajah ragu. Zack rupanya sedikit tersinggung dengan ucapan Ruby,ekspresinya beru
Usai kejadian-kejadian yang menimpa Ruby,mengakibatkan dia jatuh sakit.Sejak ia bangun pagi tadi,badannya serasa lemas tak bertenaga.Ia tempelkan bahu tangannya ke keningnya,ia rasakan suhu panas yang sangat menyengat. "Huftt....sepertinya aku demam."Gumam Ruby dengan rasa tak nyaman di sekujur tubuhnya. Saat hendak bangun dari tempat tidurnya,tiba-tiba kakinya tak kuat untuk berpijak.Gubrakkkkkkk ia pun terjatuh ke lantai,rasanya sangat lemas sekali. Dengan sedikit tenaga yang masih tersisa,ia mencoba membuka matanya lalu bergumam,"Bry...yan....". Namun matanya terasa sangat berat,saat ia melihat langit-langit kamarnya seperti menggelap dan tiba-tiba ia merasa seperti sedang tertidur lelap. Sementara itu,Bryan semalaman terjaga dari tidurnya sebab memikirkan kejadian Ruby dan ibunya di toko.Ia semakin khawatir akan keadaan Ruby,ia pun mengingat kejadian di pantai.Dimana Ruby menangis sesenggukan.Bryan pun yakin,Ruby kali ini merasakan perasaan yang sama seperti malam itu.
Derap langkah Ruby seolah mengisyaratkan ia sangat tergesa-gesa.Jantungnya berdegup kencang,nafasnya berderu.Dalam matanya setengah mengambang air mata yang sekuat tenaga ia tahan agar tidak terjatuh.Sebuah pintu yang berada tepat di depannya ia dobrak dengan sekuat tenaga.Brakkkkkkkkkkkkk!!!!Pintu terbuka dengan paksa,kedua sosok yang berada di dalam ruangan tersebut,berhambur karena rasa terkejutnya.Zack membelalak tajam saat tahu sosok yang mendobrak pintu itu adalah Ruby Jane,tangannya dengan sigap menutup kancing bajunya yang terbuka hampir mengekspos bagian perutnya yang bidang,sementara Rita pun tak kalah gugupnya dengan aksinya yang terpergok oleh kekasih Zack yaitu Ruby Jane.Tangan Rita pun berusaha merapikan kancing bajunya dan buru-buru memakai high heels yang tergeletak tak beraturan di lantai."Begini kelakuan kalian di belakangku!!!"Teriak Ruby hingga otot lehernya nampak jelas.Zack berlari ke arah Ruby,berusaha mengambil tangannya untuk ia genggam.Namun Ruby tampik.
Usai kejadian pahit itu,Ruby memilih lebih menyibukkan dirinya di toko Florist yang semakin hari semakin ramai pelanggan.Dengan semangat ia membuka pintu tokonya,namun pagi yang cerah itu membuatnya tiba-tiba mendung saat ia lihat sosok Zack berdiri di depan pintu."Ya Tuhan....mau apalagi kau!"Teriak Ruby merasa kesal karena kehadiran Zack."Sayang..."Seru Jack mengejar Ruby yang berlari masuk."Sayang...dengarkan aku dulu!"Pinta Zack sembari meraih bahu Ruby.Ruby menepis tangan Zack dari bahunya,"Jangan memanggilku sayang,aku jijik kata-kata itu keluar dari lelaki sepertimu!"Ucap Ruby geram."Kita sudah putus!Jangan memanggilku dengan sebutan itu lagi,aku jijik mendengarkannya!!"Ucap Ruby dengan ekspresi jijiknya.Zack meraih tubuh Ruby dan memelukkan dengan erat."Lepas...!"Teriak Ruby berontak."Ijinkan aku memelukmu sayang,aku rindu sekali."Ucap Zack tetap memeluk Ruby meskipun Ruby berontak."Lepaskan aku!!!!"Teriak Ruby sembari menendang "Adik Kecil" Zack dengan dengkulnya.Za
Suasana menjadi begitu sejuk mendekati dingin,ingatan Ruby kembali ke beberapa waktu silam.Saat ia bertemu dengan seseorang yang sangat manly,yang menawarkan payungnya untuk ia pinjam.Kini seolah dejavu yang nyata.Pria itu berada di hadapan Ruby untuk yang kedua kalinya.Tatapan hangatnya sama sekali tidak berubah,desiran aneh berkecamuk di hati Ruby.Begitupun sebaliknya,pria di hadapannya pun tiba-tiba jadi salah tingkah saat Ruby menatap balik ke arahnya." Seperti kita pernah bertemu sebelumnya."Ucapan Ruby terdengar terbata.Pria bernama Bryan (ya sesuai tulisan di kartu ucapan) itu tersenyum tipis,"Ya,kita pernah bertemu di pantai Sandiego."Jawabnya dengan sumringah,nampak raut senang karena Ruby masih mengingatnya."Wow..."Ruby merasa takjub." Nampaknya dunia begitu sempit ya..."Lanjut Ruby lagi.Bryan tertawa,entah mengapa ia terlihat begitu bahagia dengan tawa dan senyum yang merekah."Atau mungkin takdir..."Sahut Bryan membuat Ruby tertegun.Menyadari sikap Ruby,Bryan sontak
"Masuklah,akan ku buatkan kau secangkir kopi"Ucap Ruby menyuruh Bryan masuk ke dalam tokonya.Brian menggeleng,"Ikut aku sebentar..."Ucap Bryan mengajak Ruby keluar malam itu.Lagi-lagi Ruby menuruti permintaan Bryan.Ia bergegas mengganti bajunya dan pergi bersama Bryan mengendarai motornya.Hembusan angin malam menemani mereka berdua malam itu,hingga sampailah Bryan ke tepian pantai Sandiego.Ruby lalu turun,dan berusaha melepaskan helmnya.Di ikuti Bryan yang juga turun dari motornya.Ia membantu Ruby melepas pengait helmnya."Terima kasih "Ucap Ruby lirih.Bryan tersenyum membalasnya."Jadi kau mengajakku kemari?"Tanya Ruby heran.Bryan mengangguk,"Tempat pertama kali kita bertemu."Ruby merasakan desiran indah saat Bryan mengatakan hal itu.Ini menjadi seperti sebuah memori yang tak terlupakan tanpa mereka sadari.Keduanya berjalan beriringan,melihat Ruby hampir terjatuh.Dengan sigap Bryan menggenggam tangan Ruby,jantung Ruby serasa mau copot.Lalu mereka duduk beralaskan pasir panta
Usai kejadian-kejadian yang menimpa Ruby,mengakibatkan dia jatuh sakit.Sejak ia bangun pagi tadi,badannya serasa lemas tak bertenaga.Ia tempelkan bahu tangannya ke keningnya,ia rasakan suhu panas yang sangat menyengat. "Huftt....sepertinya aku demam."Gumam Ruby dengan rasa tak nyaman di sekujur tubuhnya. Saat hendak bangun dari tempat tidurnya,tiba-tiba kakinya tak kuat untuk berpijak.Gubrakkkkkkk ia pun terjatuh ke lantai,rasanya sangat lemas sekali. Dengan sedikit tenaga yang masih tersisa,ia mencoba membuka matanya lalu bergumam,"Bry...yan....". Namun matanya terasa sangat berat,saat ia melihat langit-langit kamarnya seperti menggelap dan tiba-tiba ia merasa seperti sedang tertidur lelap. Sementara itu,Bryan semalaman terjaga dari tidurnya sebab memikirkan kejadian Ruby dan ibunya di toko.Ia semakin khawatir akan keadaan Ruby,ia pun mengingat kejadian di pantai.Dimana Ruby menangis sesenggukan.Bryan pun yakin,Ruby kali ini merasakan perasaan yang sama seperti malam itu.
"Lima tahun lagi kita menikah ya..."Ucap Zack sembari mengelus poni Ruby yang sedang duduk berhadapan dengannya. Ruby membalasnya dengan seutas senyuman,pikirannya berlarian dalam angan di masa depan.Ada sedikit rasa ragu terbersit di hatinya.Lima tahun bukan waktu yang singkat.Akankah semua berjalan seperti yang mereka harapkan? "Sayang...kok melamun?"Seru Zack membuyarkan lamunan Ruby. "Kenapa pertanyaanku tidak kau jawab?"Tanya Zack keheranan. "Lima tahun ya...?"Lanjut Ruby. Zack mengangguk,"Kenapa sayang?" "Semoga perasaan kita tetap sama,dan harapan kita tercapai sesuai yang kita mau ya..."Jawab Ruby membuat Zack menyadari ketidak yakinan kekasihnya. "Kau meragukan ku?"Tanya Zack. Ruby menatap kekasihnya dengan seksama,membuat Zack merasa tak enak hati. "Aku hanya takut sekali semua yang kita lakukan sia-sia,dan 5 tahun bukanlah waktu yang sebentar Zack..."Ucap Ruby dengan ekspresi wajah ragu. Zack rupanya sedikit tersinggung dengan ucapan Ruby,ekspresinya beru
"Ya Tuhan....kenapa sulit untukku memejamkan mata......"Gerutu kesal keluar dari mulut Bryan. Malam ini ia seperti terbayang-bayang wajah Ruby sejak pagi tadi. "Wanita itu sungguh menghipnotisku,ini gilaaaaaaaaaaaaaa....."Teriak Bryan sembari memukul dadanya. "Tidak tidak....,aku tidak boleh semudah itu jatuh cinta.Ini tidak mungkin,saat bersama Daniela aku butuh waktu beberapa bulan untuk yakin bahwa aku benar-benar mencintainya.Tetapi kenapa dengan Ruby hanya sebentar saja...."Ucap Bryan tak percaya dengan perasaannya sendiri. Bryan bangkit dari tempat tidurnya,ia mondar mandir kesana kemari.Sesekali ia raba dadanya dan merasakan ritme jantungnya tak beraturan. "Besok aku harus ke dokter,pasti ada yang salah dengan jantungku."Ucap Bryan merasa ada yang tidak beres dengan dirinya. Lalu ia kembali lagi berbaring di tempat tidurnya,kelimpang kelimpung di atas kasur.Sesekali mengucek matanya dan berusaha memejamkan matanya. "Apa mungkin aku terlalu banyak tidur?"Tanya Brya
Ia rebahkan tubuh langsingnya ke atas kasur,tangannya tak lepas menggenggam jemari Mario yang dingin.Daniela seolah masa bodo dengan kejadian kemarin malam.Matanya sudah terhipnotis ketampanan Mario,perasaannya di penuhi cinta yang ganas dan membabi buta. Sementara itu Mario terdiam di sampingnya,menatap langit-langit kamar Daniela.Ada sedikit rasa sesal di benaknya,mengapa ia begitu tega mengkhianati sahabatnya sendiri. Melihat Mario melamun,Daniela sontak bangun dari pembaringannya.Ia lalu berbisik sesuatu kepada laki-laki selingkuhannya itu. "Kau kenapa sayang? "Bisik Daniela dengan dengusan nafas yang sengaja ia hembuskan di sekitar leher Mario yang seketika meremang. Mario mengalihkan pandangannya ke Daniela,"Aku kepikiran soal Bryan,menurutmu apa kita sangat keterlaluan?"Tanya Mario di sertai raut wajah gusar. "Lupakan urusan dia,yang penting adalah kita berdua sekarang."Jawab Daniela acuh. "Dia sahabatku. " Hardik Mario. "Kalau kau menganggapnya sahabat sejak awal
"Masuklah,akan ku buatkan kau secangkir kopi"Ucap Ruby menyuruh Bryan masuk ke dalam tokonya.Brian menggeleng,"Ikut aku sebentar..."Ucap Bryan mengajak Ruby keluar malam itu.Lagi-lagi Ruby menuruti permintaan Bryan.Ia bergegas mengganti bajunya dan pergi bersama Bryan mengendarai motornya.Hembusan angin malam menemani mereka berdua malam itu,hingga sampailah Bryan ke tepian pantai Sandiego.Ruby lalu turun,dan berusaha melepaskan helmnya.Di ikuti Bryan yang juga turun dari motornya.Ia membantu Ruby melepas pengait helmnya."Terima kasih "Ucap Ruby lirih.Bryan tersenyum membalasnya."Jadi kau mengajakku kemari?"Tanya Ruby heran.Bryan mengangguk,"Tempat pertama kali kita bertemu."Ruby merasakan desiran indah saat Bryan mengatakan hal itu.Ini menjadi seperti sebuah memori yang tak terlupakan tanpa mereka sadari.Keduanya berjalan beriringan,melihat Ruby hampir terjatuh.Dengan sigap Bryan menggenggam tangan Ruby,jantung Ruby serasa mau copot.Lalu mereka duduk beralaskan pasir panta
Suasana menjadi begitu sejuk mendekati dingin,ingatan Ruby kembali ke beberapa waktu silam.Saat ia bertemu dengan seseorang yang sangat manly,yang menawarkan payungnya untuk ia pinjam.Kini seolah dejavu yang nyata.Pria itu berada di hadapan Ruby untuk yang kedua kalinya.Tatapan hangatnya sama sekali tidak berubah,desiran aneh berkecamuk di hati Ruby.Begitupun sebaliknya,pria di hadapannya pun tiba-tiba jadi salah tingkah saat Ruby menatap balik ke arahnya." Seperti kita pernah bertemu sebelumnya."Ucapan Ruby terdengar terbata.Pria bernama Bryan (ya sesuai tulisan di kartu ucapan) itu tersenyum tipis,"Ya,kita pernah bertemu di pantai Sandiego."Jawabnya dengan sumringah,nampak raut senang karena Ruby masih mengingatnya."Wow..."Ruby merasa takjub." Nampaknya dunia begitu sempit ya..."Lanjut Ruby lagi.Bryan tertawa,entah mengapa ia terlihat begitu bahagia dengan tawa dan senyum yang merekah."Atau mungkin takdir..."Sahut Bryan membuat Ruby tertegun.Menyadari sikap Ruby,Bryan sontak
Usai kejadian pahit itu,Ruby memilih lebih menyibukkan dirinya di toko Florist yang semakin hari semakin ramai pelanggan.Dengan semangat ia membuka pintu tokonya,namun pagi yang cerah itu membuatnya tiba-tiba mendung saat ia lihat sosok Zack berdiri di depan pintu."Ya Tuhan....mau apalagi kau!"Teriak Ruby merasa kesal karena kehadiran Zack."Sayang..."Seru Jack mengejar Ruby yang berlari masuk."Sayang...dengarkan aku dulu!"Pinta Zack sembari meraih bahu Ruby.Ruby menepis tangan Zack dari bahunya,"Jangan memanggilku sayang,aku jijik kata-kata itu keluar dari lelaki sepertimu!"Ucap Ruby geram."Kita sudah putus!Jangan memanggilku dengan sebutan itu lagi,aku jijik mendengarkannya!!"Ucap Ruby dengan ekspresi jijiknya.Zack meraih tubuh Ruby dan memelukkan dengan erat."Lepas...!"Teriak Ruby berontak."Ijinkan aku memelukmu sayang,aku rindu sekali."Ucap Zack tetap memeluk Ruby meskipun Ruby berontak."Lepaskan aku!!!!"Teriak Ruby sembari menendang "Adik Kecil" Zack dengan dengkulnya.Za
Derap langkah Ruby seolah mengisyaratkan ia sangat tergesa-gesa.Jantungnya berdegup kencang,nafasnya berderu.Dalam matanya setengah mengambang air mata yang sekuat tenaga ia tahan agar tidak terjatuh.Sebuah pintu yang berada tepat di depannya ia dobrak dengan sekuat tenaga.Brakkkkkkkkkkkkk!!!!Pintu terbuka dengan paksa,kedua sosok yang berada di dalam ruangan tersebut,berhambur karena rasa terkejutnya.Zack membelalak tajam saat tahu sosok yang mendobrak pintu itu adalah Ruby Jane,tangannya dengan sigap menutup kancing bajunya yang terbuka hampir mengekspos bagian perutnya yang bidang,sementara Rita pun tak kalah gugupnya dengan aksinya yang terpergok oleh kekasih Zack yaitu Ruby Jane.Tangan Rita pun berusaha merapikan kancing bajunya dan buru-buru memakai high heels yang tergeletak tak beraturan di lantai."Begini kelakuan kalian di belakangku!!!"Teriak Ruby hingga otot lehernya nampak jelas.Zack berlari ke arah Ruby,berusaha mengambil tangannya untuk ia genggam.Namun Ruby tampik.