Usai kejadian-kejadian yang menimpa Ruby,mengakibatkan dia jatuh sakit.Sejak ia bangun pagi tadi,badannya serasa lemas tak bertenaga.Ia tempelkan bahu tangannya ke keningnya,ia rasakan suhu panas yang sangat menyengat.
"Huftt....sepertinya aku demam."Gumam Ruby dengan rasa tak nyaman di sekujur tubuhnya. Saat hendak bangun dari tempat tidurnya,tiba-tiba kakinya tak kuat untuk berpijak.Gubrakkkkkkk ia pun terjatuh ke lantai,rasanya sangat lemas sekali. Dengan sedikit tenaga yang masih tersisa,ia mencoba membuka matanya lalu bergumam,"Bry...yan....". Namun matanya terasa sangat berat,saat ia melihat langit-langit kamarnya seperti menggelap dan tiba-tiba ia merasa seperti sedang tertidur lelap. Sementara itu,Bryan semalaman terjaga dari tidurnya sebab memikirkan kejadian Ruby dan ibunya di toko.Ia semakin khawatir akan keadaan Ruby,ia pun mengingat kejadian di pantai.Dimana Ruby menangis sesenggukan.Bryan pun yakin,Ruby kali ini merasakan perasaan yang sama seperti malam itu. Lalu ia putuskan pergi mengendarai motornya demi menemui Ruby.Saat ia persis berada di depan toko.Ia merasa heran,ia tengok jam di tangannya menunjukkan pukul 09.00 pagi.Seharusnya Ruby sudah buka,tetapi pagi ini masih tutup dan terlihat seperti tidak ada orang. Lalu ia tengok lagi jendela atas yang tepatnya adalah jendela kamar Ruby.Jendela itu sedikit terbuka.Ia merasa khawatir,takut-takut Ruby nekat. Buru-buru ia tekan bel beberapa kali namun tak ada yang turun dari tangga.Entah mengapa perasaan Bryan sangat khawatir sekali saat ini. "Perasaan macam apa ini,kenapa aku merasa sangat tak tenang."Ucap Bryan sembari memegangi dadanya. Berulang kali ia tekan bel,namun tetap tak ada yang turun,ia sangat berharap Ruby keluar. "Apa mungkin dia tak berada di rumah?Tapi kemana?Apa ke pantai?Rasanya tidak mungkin."Gumam Bryan semakin was-was. Hati kecilnya berkata,ada sesuatu terjadi dengan Ruby.Ia merasa harus segera masuk ke rukonya.Tetapi lewat mana? Ia pun berpikir sejenak,lalu teringan jendela yang sedikit terbuka di ataa.Dengan nekat,Bryan memutuskan untuk naik kesana. Sayangnya ada sedikit hambatan,saat ia mengetahui bentuk bangunan Ruby,sangat tidak mungkin baginya untuk memanjat.Lagi-lagi ia berusaha mencari solusinya. Saat ia menoleh ke sisi kanan bangunan,ia menyadari.Tetangga ruko Ruby memiliki balkon yang searah dengan jendela Ruby.Dengan cepat ia meminta ijin pemiliknya dan ia kini telah berada tepat di depan jendela Ruby.Tak dapat ia bayangkan,ia seberani itu.Baginya ini lebih menqntang fi bandingkan surfing. Dadanya berdegup kencang saat ia menyadari ada sebuah tubuh yang tergeletak di lantai,Bryan langsung masuk memalui jendela dan mendapati Ruby yang sedang pingsan. "Rubyyyyy...."Teriak Bryan cemas. Ia angkat kepala Ruby lalu menepuk-nepuk pipinya. "Ruby....bangunlah sayang...Ruby...ini aku Bryan...."Teriak Bryan ketakutan. "Ya Tuhannn...,Ruby kau kenapa sayang...Bangunlahhhhh."Teriak Bryan tiada henti,ia pun merasakan rasa panas di wajah dan tubuh Ruby. "Kau demam...bangunlah Ruby...Ku mohonnnnn." Dalam keadaan belum sadar,jauh di bawah alam sadarnya.Ruby seperti bermimpi melihat sebuah cahaya terang,cahaya itu seperti membuatnya nyaman.Ia lalu berjalan menuju ke arahnya,saat ia hendak menembus cahaya itu,tiba-tiba sebuah tangan menarik tangan Ruby.Ia pun terkejut dan menoleh. "Ruby...."Seru Bryan. Ruby merasa terkejut,mengapa Bryan ada disini. "Bryan....kau..." "Ayo pulang...."Pinta Bryan. "Tapi aku ingin kesana...."Ucap Ruby dengan perasaan tak karuan. "Pulanglah sayang,jangan tinggalkan aku!"Pinta Bryan dengan memelas,tangannya pun sangat erat menggenggam tangan Ruby. Ruby merasa aneh dengan sikap Bryan,kenapa dia memanggilnya sayang.Mereka kan belum ada hubungan? "Ayo pulang,kali ini kau harus bahagia..."Ucap Bryan dengan tatapan hangatnya. Ruby yang merasa tersentuh,memutuskan untuk ikut dengan Bryan. "Ruby....bangunlah...."Teriak Bryan mulai histeris. Lalu tiba-tiba Ruby membuka matanya,saat ia melihat sosok di depan matanya adalah Bryan.Seketika Ruby sadar,takdir telah membawanya kepada pria tampan itu. "Ruby....kau bangun sayang????"Teriak Bryan histeris melihat wanita yang ia sayangi membuka mata. Mendengar ucapan dan raut cemas Bryan akan dirinya,Ruby menitikkan air mata.Bryan yang melihatnya lalu menyapu air mata Ruby dengan tangannya. Ruby yang tak kuasa menahan haru,lalu memeluk tubuh Bryan,Bryan pun terkejut dengan tingkah Ruby.Namun ia tak dapat menolak pelukan itu. "Terima kasih Bryan...."Gumam Ruby dalam hatinya. *** *** "Mau makan apa?"Tanya Bryan. Ruby menggeleng,"Mulutku pahit,aku tidak nafsu makan."Jawab Ruby menolak. "Apa aku buatkan bubur?"Tanya Bryan. "Memangnya kau bisa?"Tanya Ruby meragukan Bryan. "Bisa dong...."Jawab Bryan setengah bercanda. Ruby tersenyum tipis,"Kalau begitu buatkan yang enak untukku." "Siap Nyonya...."Jawab Bryan dengan semangat. Ruby tertawa melihat ekspresi Bryan,hatinya merasa sangat terharu.Baru kali ini ia sangat di istimewakan oleh lelaki.Padahal ia dan Bryan masih sebatas teman.Dalam hati Ruby ada sedikit rasa khawatir kalau-kalau Bryan di ambil orang. Bryan nampak jago dalam memasak,ia terlihat sangat tenang dan senang karena sedari tadi senyumnya tidak berhenti mengembang. 20 menit kemudian ia datang dengan membawa semangkuk bubur ayam yang dari aromanya sepertinya lezat. Bryan pun menaruh bubur itu di atas meja,lalu ia duduk di tempat tidur Ruby.Ruby pun sengaja menunggu Bryan hingga selesai memasak. "Hemmmm aromanya sepertinya lezat."Puji Ruby membuat Bryan tersenyum lebar. "Aku suapin ya..."Tanya Bryan dan di jawab anggukan oleh Ruby. Dengan telaten Bryan mengambil sesendok bubur lalu meniupnya dan saat setengah hangat ia suapkan ke mulut Ruby.Ruby melotot ke arah Bryan saat ia menyadari rasa dari bubur itu enak.Sekalipun ia sedang sakit,masih bisa membedakan makanan lezat dan tidak. Bryan terkejut melihat ekspresi Ruby,"Kenapa?tidak enak." Ruby menggeleng,karena mulutnya masih menelan sisa bubur. Bryan semakin terkejut dan merasa malu,"Benar-benar tidak enak?"Tanyanya sekali lagi. Dengan tertawa kecil Ruby menjawab pertanyaan Bryan,"Lihat mulutku!"Pintanya sembari membuka mulutnya. "Kenapa?"Tanya Bryan masih tak paham. "Habiss dong....kan enakkk."Jawab Ruby memuji bubur buatan Bryan. Bryan menghela nafas lega,"Ya Tuhan...aku takut sekali memgecewakanmu."Ucap Bryan membuat Ruby heran. "Kenapa begitu?"Tanya Ruby heran. "Begitu apanya?"Tanya Bryan balik. "Kenapa harus takut aku akan kecewa?"Ucap Ruby membuat Bryan terkesiap. "Kenapa memangnya?"Tanya Bryan balik. "Aku bukan siapa-siapa mu,kenapa harus mengistimewakan aku?"Ucapan Ruby membuat Bryan tertantang untuk menjawab dengan jujur. "Aku menyayangimu Ruby..."Jawab Bryan. Kini gantian Ruby yang terkesiap dengan jawaban Bryan. "Bagaimana bisa?"Tanya Ruby dengan rasa berdebar. "Memangnya harus ada alasannya mengapa?"Sahut Bryan. "Manusia tidak mungkin tiba-tiba memiliki rasa bukan?"Lanjut Ruby. "Lalu...kenapa?Kenapa semua harus ada alasan,kalau kau tanya alasannya mengapa.Jujur aku tak tahu."Jawab Bryan tegas. Ruby dan Bryan terdiam,suasana canggung menghinggapi.Bryan yang tak bisa dengan kondisi seperti itu berusaha mencairkan suasana lagi. "Buka mulutmu!Masih mau makan lagi kan?"Perintah Bryan,dan Ruby menurutinya. Ruby menjadi canggung sekali,wajahnya memerah. "Kau demam lagi?"Tanya Bryan khawatir melihat wajah Ruby yang memerah. Ruby menggeleng,"Aku malu...."Seru ruby tiba-tiba menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Bryan tertawa terbahak-bahak,"Kenapa malu??"Tanya Bryan berusaha menggoda Ruby. "Kamu terlalu frontalllll...."Jawab Ruby malu-malu. Bryan memegang tangan Ruby yang menutupi wajahnya,lalu menyingkirkannya. "Kenapa malu?Kita bukan anak muda lagi Ruby...." "Iya aku tahu,tapi rasa berdebar dan malu itu tak mungkin bisa hilang.Ini hal yang normal."Sahut Ruby. "Iya...iya..."Ucap Bryan meng-iyakan alasan Ruby. "Lalu bagaimana dengan perasaanmu padaku?"Tanya Bryan deg-degan. "Hmmm hubungan ini mau kau bawa kemana kedepannya?"Tanya Ruby menguji. "Kau lupa,aku pernah mengajakmu menikah tapi sampai detik ini belum juga dapat jawaban pasti darimu."Jawab Bryan panjang lebar. Ruby pun teringat ajakan yang belum sempat ia jawab gara-gara kedatangan ibunya. "Kau yakin dengan perasaanmu?"Tanya Ruby ragu. "Masih meragukanku?"Tanya Bryan. "Bukan begitu,aku takut hanya jadi pelampiasanmu." "Sejak kali pertama aku mengatakan putus dengan Daniela,sejak saat itu pula perasaanku sudah hilang padanya.Bahkan mungkin perasaanku padamu ini sudah ada sejak awal kita bertemu di pantai Sandiego."Jelas Bryan. Ruby terhenyak mendengarnya,ia jadi mengingat kejadian itu.Dimana ia memohon kepada Tuhan untuk di datangkan jodohnya.Apakah ini jawaban Tuhan setelah hujan? Ruby lalu mengambil air minum di atas meja samping kasurnya.Ia meneguknya dengan pelan.Bryan pun tak lepas pandang dari Ruby,ia menanti jawaban yang sangat ia tunggu-tunggu. Namun tiba-tiba dering ponsel Bryan berbunyi,saat ia lihat nama yang tertera adalah nama seorang Wanita bernama "Sarah". Ruby yang penasaran menanyakannya,saat ia sempat melirik nama di ponsel Bryan. "Siapa?"Tanya Ruby. Bryan yang panik lalu menjawab,"Sebentar ya,aku angkat telpon dulu."Lalu keluar dari kamar Ruby. Ruby yang menaruh curiga pun mulai merasa tidak yakin dengan ucapan Bryan tadi,tetapi dia juga takut kalah telak dengan wanita lain.Tapi ini bukan tentang persaingan. BersambungDerap langkah Ruby seolah mengisyaratkan ia sangat tergesa-gesa.Jantungnya berdegup kencang,nafasnya berderu.Dalam matanya setengah mengambang air mata yang sekuat tenaga ia tahan agar tidak terjatuh.Sebuah pintu yang berada tepat di depannya ia dobrak dengan sekuat tenaga.Brakkkkkkkkkkkkk!!!!Pintu terbuka dengan paksa,kedua sosok yang berada di dalam ruangan tersebut,berhambur karena rasa terkejutnya.Zack membelalak tajam saat tahu sosok yang mendobrak pintu itu adalah Ruby Jane,tangannya dengan sigap menutup kancing bajunya yang terbuka hampir mengekspos bagian perutnya yang bidang,sementara Rita pun tak kalah gugupnya dengan aksinya yang terpergok oleh kekasih Zack yaitu Ruby Jane.Tangan Rita pun berusaha merapikan kancing bajunya dan buru-buru memakai high heels yang tergeletak tak beraturan di lantai."Begini kelakuan kalian di belakangku!!!"Teriak Ruby hingga otot lehernya nampak jelas.Zack berlari ke arah Ruby,berusaha mengambil tangannya untuk ia genggam.Namun Ruby tampik.
Usai kejadian pahit itu,Ruby memilih lebih menyibukkan dirinya di toko Florist yang semakin hari semakin ramai pelanggan.Dengan semangat ia membuka pintu tokonya,namun pagi yang cerah itu membuatnya tiba-tiba mendung saat ia lihat sosok Zack berdiri di depan pintu."Ya Tuhan....mau apalagi kau!"Teriak Ruby merasa kesal karena kehadiran Zack."Sayang..."Seru Jack mengejar Ruby yang berlari masuk."Sayang...dengarkan aku dulu!"Pinta Zack sembari meraih bahu Ruby.Ruby menepis tangan Zack dari bahunya,"Jangan memanggilku sayang,aku jijik kata-kata itu keluar dari lelaki sepertimu!"Ucap Ruby geram."Kita sudah putus!Jangan memanggilku dengan sebutan itu lagi,aku jijik mendengarkannya!!"Ucap Ruby dengan ekspresi jijiknya.Zack meraih tubuh Ruby dan memelukkan dengan erat."Lepas...!"Teriak Ruby berontak."Ijinkan aku memelukmu sayang,aku rindu sekali."Ucap Zack tetap memeluk Ruby meskipun Ruby berontak."Lepaskan aku!!!!"Teriak Ruby sembari menendang "Adik Kecil" Zack dengan dengkulnya.Za
Suasana menjadi begitu sejuk mendekati dingin,ingatan Ruby kembali ke beberapa waktu silam.Saat ia bertemu dengan seseorang yang sangat manly,yang menawarkan payungnya untuk ia pinjam.Kini seolah dejavu yang nyata.Pria itu berada di hadapan Ruby untuk yang kedua kalinya.Tatapan hangatnya sama sekali tidak berubah,desiran aneh berkecamuk di hati Ruby.Begitupun sebaliknya,pria di hadapannya pun tiba-tiba jadi salah tingkah saat Ruby menatap balik ke arahnya." Seperti kita pernah bertemu sebelumnya."Ucapan Ruby terdengar terbata.Pria bernama Bryan (ya sesuai tulisan di kartu ucapan) itu tersenyum tipis,"Ya,kita pernah bertemu di pantai Sandiego."Jawabnya dengan sumringah,nampak raut senang karena Ruby masih mengingatnya."Wow..."Ruby merasa takjub." Nampaknya dunia begitu sempit ya..."Lanjut Ruby lagi.Bryan tertawa,entah mengapa ia terlihat begitu bahagia dengan tawa dan senyum yang merekah."Atau mungkin takdir..."Sahut Bryan membuat Ruby tertegun.Menyadari sikap Ruby,Bryan sontak
"Masuklah,akan ku buatkan kau secangkir kopi"Ucap Ruby menyuruh Bryan masuk ke dalam tokonya.Brian menggeleng,"Ikut aku sebentar..."Ucap Bryan mengajak Ruby keluar malam itu.Lagi-lagi Ruby menuruti permintaan Bryan.Ia bergegas mengganti bajunya dan pergi bersama Bryan mengendarai motornya.Hembusan angin malam menemani mereka berdua malam itu,hingga sampailah Bryan ke tepian pantai Sandiego.Ruby lalu turun,dan berusaha melepaskan helmnya.Di ikuti Bryan yang juga turun dari motornya.Ia membantu Ruby melepas pengait helmnya."Terima kasih "Ucap Ruby lirih.Bryan tersenyum membalasnya."Jadi kau mengajakku kemari?"Tanya Ruby heran.Bryan mengangguk,"Tempat pertama kali kita bertemu."Ruby merasakan desiran indah saat Bryan mengatakan hal itu.Ini menjadi seperti sebuah memori yang tak terlupakan tanpa mereka sadari.Keduanya berjalan beriringan,melihat Ruby hampir terjatuh.Dengan sigap Bryan menggenggam tangan Ruby,jantung Ruby serasa mau copot.Lalu mereka duduk beralaskan pasir panta
Ia rebahkan tubuh langsingnya ke atas kasur,tangannya tak lepas menggenggam jemari Mario yang dingin.Daniela seolah masa bodo dengan kejadian kemarin malam.Matanya sudah terhipnotis ketampanan Mario,perasaannya di penuhi cinta yang ganas dan membabi buta. Sementara itu Mario terdiam di sampingnya,menatap langit-langit kamar Daniela.Ada sedikit rasa sesal di benaknya,mengapa ia begitu tega mengkhianati sahabatnya sendiri. Melihat Mario melamun,Daniela sontak bangun dari pembaringannya.Ia lalu berbisik sesuatu kepada laki-laki selingkuhannya itu. "Kau kenapa sayang? "Bisik Daniela dengan dengusan nafas yang sengaja ia hembuskan di sekitar leher Mario yang seketika meremang. Mario mengalihkan pandangannya ke Daniela,"Aku kepikiran soal Bryan,menurutmu apa kita sangat keterlaluan?"Tanya Mario di sertai raut wajah gusar. "Lupakan urusan dia,yang penting adalah kita berdua sekarang."Jawab Daniela acuh. "Dia sahabatku. " Hardik Mario. "Kalau kau menganggapnya sahabat sejak awal
"Ya Tuhan....kenapa sulit untukku memejamkan mata......"Gerutu kesal keluar dari mulut Bryan. Malam ini ia seperti terbayang-bayang wajah Ruby sejak pagi tadi. "Wanita itu sungguh menghipnotisku,ini gilaaaaaaaaaaaaaa....."Teriak Bryan sembari memukul dadanya. "Tidak tidak....,aku tidak boleh semudah itu jatuh cinta.Ini tidak mungkin,saat bersama Daniela aku butuh waktu beberapa bulan untuk yakin bahwa aku benar-benar mencintainya.Tetapi kenapa dengan Ruby hanya sebentar saja...."Ucap Bryan tak percaya dengan perasaannya sendiri. Bryan bangkit dari tempat tidurnya,ia mondar mandir kesana kemari.Sesekali ia raba dadanya dan merasakan ritme jantungnya tak beraturan. "Besok aku harus ke dokter,pasti ada yang salah dengan jantungku."Ucap Bryan merasa ada yang tidak beres dengan dirinya. Lalu ia kembali lagi berbaring di tempat tidurnya,kelimpang kelimpung di atas kasur.Sesekali mengucek matanya dan berusaha memejamkan matanya. "Apa mungkin aku terlalu banyak tidur?"Tanya Brya
"Lima tahun lagi kita menikah ya..."Ucap Zack sembari mengelus poni Ruby yang sedang duduk berhadapan dengannya. Ruby membalasnya dengan seutas senyuman,pikirannya berlarian dalam angan di masa depan.Ada sedikit rasa ragu terbersit di hatinya.Lima tahun bukan waktu yang singkat.Akankah semua berjalan seperti yang mereka harapkan? "Sayang...kok melamun?"Seru Zack membuyarkan lamunan Ruby. "Kenapa pertanyaanku tidak kau jawab?"Tanya Zack keheranan. "Lima tahun ya...?"Lanjut Ruby. Zack mengangguk,"Kenapa sayang?" "Semoga perasaan kita tetap sama,dan harapan kita tercapai sesuai yang kita mau ya..."Jawab Ruby membuat Zack menyadari ketidak yakinan kekasihnya. "Kau meragukan ku?"Tanya Zack. Ruby menatap kekasihnya dengan seksama,membuat Zack merasa tak enak hati. "Aku hanya takut sekali semua yang kita lakukan sia-sia,dan 5 tahun bukanlah waktu yang sebentar Zack..."Ucap Ruby dengan ekspresi wajah ragu. Zack rupanya sedikit tersinggung dengan ucapan Ruby,ekspresinya beru
Usai kejadian-kejadian yang menimpa Ruby,mengakibatkan dia jatuh sakit.Sejak ia bangun pagi tadi,badannya serasa lemas tak bertenaga.Ia tempelkan bahu tangannya ke keningnya,ia rasakan suhu panas yang sangat menyengat. "Huftt....sepertinya aku demam."Gumam Ruby dengan rasa tak nyaman di sekujur tubuhnya. Saat hendak bangun dari tempat tidurnya,tiba-tiba kakinya tak kuat untuk berpijak.Gubrakkkkkkk ia pun terjatuh ke lantai,rasanya sangat lemas sekali. Dengan sedikit tenaga yang masih tersisa,ia mencoba membuka matanya lalu bergumam,"Bry...yan....". Namun matanya terasa sangat berat,saat ia melihat langit-langit kamarnya seperti menggelap dan tiba-tiba ia merasa seperti sedang tertidur lelap. Sementara itu,Bryan semalaman terjaga dari tidurnya sebab memikirkan kejadian Ruby dan ibunya di toko.Ia semakin khawatir akan keadaan Ruby,ia pun mengingat kejadian di pantai.Dimana Ruby menangis sesenggukan.Bryan pun yakin,Ruby kali ini merasakan perasaan yang sama seperti malam itu.
"Lima tahun lagi kita menikah ya..."Ucap Zack sembari mengelus poni Ruby yang sedang duduk berhadapan dengannya. Ruby membalasnya dengan seutas senyuman,pikirannya berlarian dalam angan di masa depan.Ada sedikit rasa ragu terbersit di hatinya.Lima tahun bukan waktu yang singkat.Akankah semua berjalan seperti yang mereka harapkan? "Sayang...kok melamun?"Seru Zack membuyarkan lamunan Ruby. "Kenapa pertanyaanku tidak kau jawab?"Tanya Zack keheranan. "Lima tahun ya...?"Lanjut Ruby. Zack mengangguk,"Kenapa sayang?" "Semoga perasaan kita tetap sama,dan harapan kita tercapai sesuai yang kita mau ya..."Jawab Ruby membuat Zack menyadari ketidak yakinan kekasihnya. "Kau meragukan ku?"Tanya Zack. Ruby menatap kekasihnya dengan seksama,membuat Zack merasa tak enak hati. "Aku hanya takut sekali semua yang kita lakukan sia-sia,dan 5 tahun bukanlah waktu yang sebentar Zack..."Ucap Ruby dengan ekspresi wajah ragu. Zack rupanya sedikit tersinggung dengan ucapan Ruby,ekspresinya beru
"Ya Tuhan....kenapa sulit untukku memejamkan mata......"Gerutu kesal keluar dari mulut Bryan. Malam ini ia seperti terbayang-bayang wajah Ruby sejak pagi tadi. "Wanita itu sungguh menghipnotisku,ini gilaaaaaaaaaaaaaa....."Teriak Bryan sembari memukul dadanya. "Tidak tidak....,aku tidak boleh semudah itu jatuh cinta.Ini tidak mungkin,saat bersama Daniela aku butuh waktu beberapa bulan untuk yakin bahwa aku benar-benar mencintainya.Tetapi kenapa dengan Ruby hanya sebentar saja...."Ucap Bryan tak percaya dengan perasaannya sendiri. Bryan bangkit dari tempat tidurnya,ia mondar mandir kesana kemari.Sesekali ia raba dadanya dan merasakan ritme jantungnya tak beraturan. "Besok aku harus ke dokter,pasti ada yang salah dengan jantungku."Ucap Bryan merasa ada yang tidak beres dengan dirinya. Lalu ia kembali lagi berbaring di tempat tidurnya,kelimpang kelimpung di atas kasur.Sesekali mengucek matanya dan berusaha memejamkan matanya. "Apa mungkin aku terlalu banyak tidur?"Tanya Brya
Ia rebahkan tubuh langsingnya ke atas kasur,tangannya tak lepas menggenggam jemari Mario yang dingin.Daniela seolah masa bodo dengan kejadian kemarin malam.Matanya sudah terhipnotis ketampanan Mario,perasaannya di penuhi cinta yang ganas dan membabi buta. Sementara itu Mario terdiam di sampingnya,menatap langit-langit kamar Daniela.Ada sedikit rasa sesal di benaknya,mengapa ia begitu tega mengkhianati sahabatnya sendiri. Melihat Mario melamun,Daniela sontak bangun dari pembaringannya.Ia lalu berbisik sesuatu kepada laki-laki selingkuhannya itu. "Kau kenapa sayang? "Bisik Daniela dengan dengusan nafas yang sengaja ia hembuskan di sekitar leher Mario yang seketika meremang. Mario mengalihkan pandangannya ke Daniela,"Aku kepikiran soal Bryan,menurutmu apa kita sangat keterlaluan?"Tanya Mario di sertai raut wajah gusar. "Lupakan urusan dia,yang penting adalah kita berdua sekarang."Jawab Daniela acuh. "Dia sahabatku. " Hardik Mario. "Kalau kau menganggapnya sahabat sejak awal
"Masuklah,akan ku buatkan kau secangkir kopi"Ucap Ruby menyuruh Bryan masuk ke dalam tokonya.Brian menggeleng,"Ikut aku sebentar..."Ucap Bryan mengajak Ruby keluar malam itu.Lagi-lagi Ruby menuruti permintaan Bryan.Ia bergegas mengganti bajunya dan pergi bersama Bryan mengendarai motornya.Hembusan angin malam menemani mereka berdua malam itu,hingga sampailah Bryan ke tepian pantai Sandiego.Ruby lalu turun,dan berusaha melepaskan helmnya.Di ikuti Bryan yang juga turun dari motornya.Ia membantu Ruby melepas pengait helmnya."Terima kasih "Ucap Ruby lirih.Bryan tersenyum membalasnya."Jadi kau mengajakku kemari?"Tanya Ruby heran.Bryan mengangguk,"Tempat pertama kali kita bertemu."Ruby merasakan desiran indah saat Bryan mengatakan hal itu.Ini menjadi seperti sebuah memori yang tak terlupakan tanpa mereka sadari.Keduanya berjalan beriringan,melihat Ruby hampir terjatuh.Dengan sigap Bryan menggenggam tangan Ruby,jantung Ruby serasa mau copot.Lalu mereka duduk beralaskan pasir panta
Suasana menjadi begitu sejuk mendekati dingin,ingatan Ruby kembali ke beberapa waktu silam.Saat ia bertemu dengan seseorang yang sangat manly,yang menawarkan payungnya untuk ia pinjam.Kini seolah dejavu yang nyata.Pria itu berada di hadapan Ruby untuk yang kedua kalinya.Tatapan hangatnya sama sekali tidak berubah,desiran aneh berkecamuk di hati Ruby.Begitupun sebaliknya,pria di hadapannya pun tiba-tiba jadi salah tingkah saat Ruby menatap balik ke arahnya." Seperti kita pernah bertemu sebelumnya."Ucapan Ruby terdengar terbata.Pria bernama Bryan (ya sesuai tulisan di kartu ucapan) itu tersenyum tipis,"Ya,kita pernah bertemu di pantai Sandiego."Jawabnya dengan sumringah,nampak raut senang karena Ruby masih mengingatnya."Wow..."Ruby merasa takjub." Nampaknya dunia begitu sempit ya..."Lanjut Ruby lagi.Bryan tertawa,entah mengapa ia terlihat begitu bahagia dengan tawa dan senyum yang merekah."Atau mungkin takdir..."Sahut Bryan membuat Ruby tertegun.Menyadari sikap Ruby,Bryan sontak
Usai kejadian pahit itu,Ruby memilih lebih menyibukkan dirinya di toko Florist yang semakin hari semakin ramai pelanggan.Dengan semangat ia membuka pintu tokonya,namun pagi yang cerah itu membuatnya tiba-tiba mendung saat ia lihat sosok Zack berdiri di depan pintu."Ya Tuhan....mau apalagi kau!"Teriak Ruby merasa kesal karena kehadiran Zack."Sayang..."Seru Jack mengejar Ruby yang berlari masuk."Sayang...dengarkan aku dulu!"Pinta Zack sembari meraih bahu Ruby.Ruby menepis tangan Zack dari bahunya,"Jangan memanggilku sayang,aku jijik kata-kata itu keluar dari lelaki sepertimu!"Ucap Ruby geram."Kita sudah putus!Jangan memanggilku dengan sebutan itu lagi,aku jijik mendengarkannya!!"Ucap Ruby dengan ekspresi jijiknya.Zack meraih tubuh Ruby dan memelukkan dengan erat."Lepas...!"Teriak Ruby berontak."Ijinkan aku memelukmu sayang,aku rindu sekali."Ucap Zack tetap memeluk Ruby meskipun Ruby berontak."Lepaskan aku!!!!"Teriak Ruby sembari menendang "Adik Kecil" Zack dengan dengkulnya.Za
Derap langkah Ruby seolah mengisyaratkan ia sangat tergesa-gesa.Jantungnya berdegup kencang,nafasnya berderu.Dalam matanya setengah mengambang air mata yang sekuat tenaga ia tahan agar tidak terjatuh.Sebuah pintu yang berada tepat di depannya ia dobrak dengan sekuat tenaga.Brakkkkkkkkkkkkk!!!!Pintu terbuka dengan paksa,kedua sosok yang berada di dalam ruangan tersebut,berhambur karena rasa terkejutnya.Zack membelalak tajam saat tahu sosok yang mendobrak pintu itu adalah Ruby Jane,tangannya dengan sigap menutup kancing bajunya yang terbuka hampir mengekspos bagian perutnya yang bidang,sementara Rita pun tak kalah gugupnya dengan aksinya yang terpergok oleh kekasih Zack yaitu Ruby Jane.Tangan Rita pun berusaha merapikan kancing bajunya dan buru-buru memakai high heels yang tergeletak tak beraturan di lantai."Begini kelakuan kalian di belakangku!!!"Teriak Ruby hingga otot lehernya nampak jelas.Zack berlari ke arah Ruby,berusaha mengambil tangannya untuk ia genggam.Namun Ruby tampik.