Malam Sebelumnya

"Ya Tuhan....kenapa sulit untukku memejamkan mata......"Gerutu kesal keluar dari mulut Bryan.

Malam ini ia seperti terbayang-bayang wajah Ruby sejak pagi tadi.

"Wanita itu sungguh menghipnotisku,ini gilaaaaaaaaaaaaaa....."Teriak Bryan sembari memukul dadanya.

"Tidak tidak....,aku tidak boleh semudah itu jatuh cinta.Ini tidak mungkin,saat bersama Daniela aku butuh waktu beberapa bulan untuk yakin bahwa aku benar-benar mencintainya.Tetapi kenapa dengan Ruby hanya sebentar saja...."Ucap Bryan tak percaya dengan perasaannya sendiri.

Bryan bangkit dari tempat tidurnya,ia mondar mandir kesana kemari.Sesekali ia raba dadanya dan merasakan ritme jantungnya tak beraturan.

"Besok aku harus ke dokter,pasti ada yang salah dengan jantungku."Ucap Bryan merasa ada yang tidak beres dengan dirinya.

Lalu ia kembali lagi berbaring di tempat tidurnya,kelimpang kelimpung di atas kasur.Sesekali mengucek matanya dan berusaha memejamkan matanya.

"Apa mungkin aku terlalu banyak tidur?"Tanya Bryan pada dirinya sendiri,dalam kegelisahan otaknya justru berpikir yang tidak-tidak.

Dalam kegelisahan yang mendera,ia putuskan mengambil jaketnya beserta kunci motornya.Lalu berlari ke parkiran dan buru-buru mengendarai motornya.

Secepat kilat Bryan telah sampai di depan ruko Ruby yang sudah gelap.Ia berdiri cukup lama di depan pintu kaca.Hatinya galau ingin berteriak memanggil Ruby atau diam saja di depan pintu.

Saat ia tengok sudah pukul 03.00 dini hari,ia urungkan saja niatannya.Ia berpikir cukup lama,sebelum pada akhirnya ia memutuskan untuk pulang kerumahnya.

Gas motor ia kencangkan,sengaja menggeber.Berharap Ruby bangun dan melihatnya.Namun ia sendiri takut mengganggu ketentraman penduduk lain.Akhirnya ia putuskan meninggalkan ruko Ruby.

Ruby yang terbangun dan baru saja kembali dari kamar mandi tersentak kaget mendengar geberan motor seseorang di depan rukonya.Ia berlari kecil dan mengintip dari celah gordennya.

Namun sayang,ia hanya sekilas melihat punggung si pemotor yang berisik dini hari itu.

"Bryan...."Gumam Ruby,saat mengenali bentuk punggungnya.

"Mana mungkin dia?Untuk apa juga dia di sini?Oh tidak tidak,mungkin dia hanya lewat.Tetapi kenapa selarut ini?Kenapa dia belum tidur?Mungkinkah seharian tadi dia sudah banyak tidur???"Gerutu Ruby bertanya-tanya.

"Ah sudahlah,mungkin saja itu bukan dia..."Ucap Ruby menepis rasa penasarannya.

Lalu Ruby kembali lagi ke atas tempat tidurnya.Hal yang sama sekali tak terpikirkan adalah.Selama ia bersama Bryan,tak sekalipun mereka saling bertukar nomor handphone.Rasanya sangat ia sayangkan saat mengingat hal itu dalam benaknya.

"Kenapa aku rindu sekali dengannya...."Ucap Ruby lirih sembari memainkan saklar lampu tidurnya.

Ia jadi ingat ritme detak jantung Bryan,aroma tubuhnya,dan kehangatan pelukannya.Rasanya melayang-layang.

"Apakah ini masa puber kedua ku?Kenapa aku se-mesum ini?????"Ucapnya sembari memukul-mukul kepalanya dengan pelan.

"Mana mungkin aku bisa serindu itu dengan lelaki yang baru aku kenal,ini sungguh di luar nalarku....."

Karena merasa lelah dengan pikirannya sendiri,Ruby pun tertidur pulas sekali.Begitupun di tempat lain,Bryan akhirnya bisa tertidur pulas setelah bergelut dengan perasaannya sendiri.

*** ***

Tepat pukul 07.00 dering handphone Bryan berbunyi,tanda ada seseorang yang menelponnya.Saat ia baca nama yang tertera di layar handphonenya adalah nama mantan kekasihnya "Daniela".

"Ck..."Bryan berdecik kesal,tidurnya terganggung oleh manusia seperti Daniela.

Karena suara handphonenya terus berbunyi,pada akhirnya Bryan merespon dan mengangkat telepon itu.

""Hmmm...ada perlu apa?"Tanya Bryan acuh.

"Kau melihat Mario?"Tanya Daniela,seketika membuat amarah Bryan tersulut.

"Kau waras bertanya seperti itu tanpa rasa bersalah padaku??"Maki Bryan.

"Bryan...sudahlah,lupakan yang telah berlalu.Mario sahabatmu,kau tidak khawatir dengannya?Usai kejadian itu di pergi tak kembali."Rengek Daniela membuat Bryan risih.

"Dasar sinting,masa bodo dengan kalian!"Ucap Bryan sembari menutup telponnya.

Berkali-kali Daniela menelpon kembali namun tak di gubris oleh Bryan.

Lalu ia bergegas mandi dan berangkat ke kantor dengan perasaan dongkolnya.

Sesampainya di kantor ia melihat Mario tengah duduk di lobby.Ia sengaja mampir ke kantor Bryan pagi itu.

Melihat kehadiran Mario,Bryan berusaha acuh tak acuh.

"Ck..."Decak Bryan.

Mario yang melihat Bryan datang lalu sigap berdiri dan menghampiri.

"Bryan...bisa kita bicara?"Tanya Mario penuh harap.

"Masih punya muka untuk bicara denganku?"Tanya Bryan balik dengan raut wajah kesal.

"Maafkan perbuatan kami...,tapi aku benar-benar tidak bisa mengontrol perasaanku."Jawab Mario membuat Bryan kesal.

Bryan menoleh ke sekeliling lobby,ia nampak malu jika harus membahas masalah pribadi di tempat yang tidak seharusnya.

"Jangan bahas urusan pribadi disini!"Titah Bryan sengit.

"Hatiku tidak tenang,aku ingin secepatnya ini usai."Ucapan Mario seolah menggambarkan tidak adanya penyesalan.

"Hey bro,kau masih waras kan?Kau dan Daniela sangatlah cocok,sama-sama manusia tak punya hati nurani.Pergilah,bersenang-senanglah dengan bekasku.Aku sudah tidak sudi lagi melihat kalian."Ucap Bryan dengan tatapan mengusir,ia benar-benar tidak habis fikir dengan sikap Mario dan Daniela.

"Jika kau memaafkanku,aku akan segera pergi dari sini...."Ucap Mario membuat kesepakatan sendiri.

"Apa???"Sahut Bryan tak habis fikir.

Bryan menarik napas dalam-dalam,lalu menghembuskannya secara perlahan.Ia berusaha mengontrol emosinya yang kalau boleh ia keluarkan bak singa yang kelaparan.Ia akan sangat kalap memakan lawannya.

"Ayolah maafkan aku,hidupku tak tenang...." Rengek Mario bak bocah kecil.

Bryan menatap mantan sahabatnya itu dengan perasaan risih,"Aku memaafkanmu!Sekarang pergilah!"Ucap Bryan lalu membuang muka.

"Betulkah?"Tanya Mario di iringi senyum yang lebar.

Bryan membuang seluruh emosinya,ia berusaha memaafkan lelaki bebal yang ada di depannya.Semua ia lakukan agar Mario segera pergi dari hadapannya.

"Pergilah,anggap semua tidak pernah terjadi.Dan anggap kita tidak pernah saling kenal...."Lanjut Bryan,ada sedikit guratan penyesalan mengapa semua ini harus terjadi.

"Bryan...."Seru Mario,saat mendengar ucapan itu.

"Pergilah,kau hanya butuh maaf dariku bukan?Sekarang kau sudah mendapatkannya,aku harap kita tak akan pernah bertemu lagi."Lanjut Bryan sedih.

Nampaknya Mario menyadari kesalahannya,ia terdiam mematung.Menatap wajah Bryan yang nampak sedih.

Tanpa mengucapkan sepatah kata lagi,Bryan pergi meninggalkan Mario seorang diri.Mario hanya bisa pasrah dan menyesali perbuatannya sekarang.

Persahabatan yang telah mereka bina sedari kecil kini benar-benar rusak.Mario akhirnya pergi dari lobby.

Ia pacu motornya dengan kencang ke kawasan apartemen Daniela.

Ia tekan bel apartemen Daniela,lalu sosoknya membuka pintu.Melihat lelaki yang ia tunggu akhirnya kembali.Senyum bahagia Daniela merekah.

"Mario....kau kembali sayang?"Tanya Daniela dengan lembut.Namun tak di respon.

Ia mengajak Mario masuk,nampak raut wajah Mario sangat kacau.

"Dari mana saja kau?Aku sangat cemas?"Tanya Daniela sekali lagi.

"Aku lelah,boleh aku berbaring sejenak?"Jawab Mario lemas.

Daniela mengangguk,ia membiarkan lelakinya melakukan apa yang dia mau

Lalu Mario mulai melemparkan tubuhnya di atas kasur,menatap langit-langit kamar kekasihnya.Daniela pun ikut menemani berbaring di sampingnya.Dalam benaknya ia bertanya-tanya,apa yang telah terjadi dengan Mario.

Namun ia memilih untuk diam,sampai Mario sendiri yang mengutarakannya....

Bersambung