Suasana menjadi begitu sejuk mendekati dingin,ingatan Ruby kembali ke beberapa waktu silam.Saat ia bertemu dengan seseorang yang sangat manly,yang menawarkan payungnya untuk ia pinjam.Kini seolah dejavu yang nyata.Pria itu berada di hadapan Ruby untuk yang kedua kalinya.
Tatapan hangatnya sama sekali tidak berubah,desiran aneh berkecamuk di hati Ruby.Begitupun sebaliknya,pria di hadapannya pun tiba-tiba jadi salah tingkah saat Ruby menatap balik ke arahnya." Seperti kita pernah bertemu sebelumnya."Ucapan Ruby terdengar terbata.Pria bernama Bryan (ya sesuai tulisan di kartu ucapan) itu tersenyum tipis,"Ya,kita pernah bertemu di pantai Sandiego."Jawabnya dengan sumringah,nampak raut senang karena Ruby masih mengingatnya."Wow..."Ruby merasa takjub." Nampaknya dunia begitu sempit ya..."Lanjut Ruby lagi.Bryan tertawa,entah mengapa ia terlihat begitu bahagia dengan tawa dan senyum yang merekah."Atau mungkin takdir..."Sahut Bryan membuat Ruby tertegun.Menyadari sikap Ruby,Bryan sontak meminta maaf."Maaf,aku hanya bercanda."Ucapnya lalu mengatupkan bibirnya dan menyembunyikan senyum manisnya.Ruby menjadi kikuk,mencoba tersenyum namun wajahnya seolah kaku."Aku senang kita bisa bertemu kembali."Ucap Ruby malah semakin membuat keduanya salah tingkah.Bryan menyibak poninya ke belakang,ia seperti gelisah dan salah tingkah."Aku juga senang bisa bertemu denganmu kembali."Sahut Bryan dengan senyuman setipis tisu.Ruby semakin terpana dengan pria di depannya,sekali lagi ia mengamati setiap inci wajah Bryan."Ya Tuhan....matanya sangat indah,bibirnya sangat menggoda..."Gumam Ruby dalam batin.Bryan laki-laki dengan karakter sangat jantan,postur tubuhnya tinggi,dengan bahu yang lebar dan sedikit berotot.Rambutnya panjang sebahu,kulitnya kuning langsat dengan hidung mancung yang rapi.Tak hentinya Ruby menatap sampai ia lupa tujuan Bryan kesana untuk apa."Baiklah aku tunggu kau menghiasnya."Ucap Bryan membuyarkan lamunan Ruby."Upss...baiklah,silahkan kau duduk di sana!"Sahut Ruby sembari menunjuk ke arah kursi.Bryan mengangguk dan ia berjalan ke arah kursi tersebut.Lalu ia duduk bersandar,matanya menatap sekeliling bunga-bunga yang indah.Tangannya pun sesekali memegang kelopak bunga.Dengan sigap Ruby menghias bunga lily pesanan Bryan,sambil sesekali mencuri pandang ke arahnya.Ia tadi hampir saja lupa bahwa Bryan sudah memiliki pacar.Saat ia sadar dengan tulisan tangannya di sebuah kartu ucapan tadi."Hampir saja aku lupa dia sudah milik orang lain."Gumam Ruby lirih di sela tangannya yang melipat-lipat kertas hias."Ya?"Tiba-tiba Bryan menyahut,membuat Ruby tersentak."Ya...ada apa?"Tanya Ruby pura-pura tidak mengerti."Oh tidak,aku pikir kau mengajakku bicara "Jawab Bryan."Oh tidak,aku tidak sedang berkata apa-apa."Sahut Ruby sembari menutup mulutnya dan menyembunyikan diri di balik pot berisi bunga mawar.Bryan mengangguk,seolah ia tahu bahwa Ruby sedang kikuk.Setelah selesai menghias dan merapikan bunga lily itu,ia bergegas memberikannya kepada Bryan."Ini bunga anda..."Ucap Ruby sembari menyodorkan bucket lily itu kepada Bryan.Bryan tertegun saat Ruby memberikan bucket itu,ia nampak terpana."Cantik sekali..."Puji Bryan yang di tujukan kepada Ruby.Namun Ruby tidak menyadarinya.Ia kira Bryan sedang memuji hasil bucket lily nya."Terima kasih Tuan Bryan."Jawab Ruby dengan senyum mengembang."Senang sekali kau kini sudah mengetahui namaku."Ucap Bryan membalas senyuman Ruby.Ruby mengangguk dengan senyum yang merekah."Boleh aku mengetahui siapa namamu?"Tanya Bryan."Ruby...Ruby Jane."Jawab Ruby sembari mengulurkan tangannya ke arah Bryan.Bryan pun menyambut uluran tangan Ruby,"Bryan Olerie..."Ucap Bryan menyebutkan nama lengkapnya.Keduanya tersenyum bersamaan,tanpa menyadari tangan keduanya tetap saling bersalaman.Ruby buru-buru melepas tangannya,dan menjadi salah tingkah."Untuk kekasihmu?"Tanya Ruby memecah suasana kikuk barusan.Bryan mengangguk ragu,"Iya,hari ini anniversary kami."Jawab Bryan.Ruby mengangguk,hatinya seolah terpotek.Padahal sejak awal tadi dia sudah tahu bahwa bunga itu memang untuk pacar Bryan."Selamat ya...."Ucap Ruby tiba-tiba mengulurkan tangannya kembali.Bryan terkejut dengan sikap Ruby yang ramah.Lalu ia menyambut lagi uluran tangan itu."Terima kasih Ruby.""Sama-sama Bryan."Hujan pun sudah benar-benar reda,Bryan pun bersiap-siap untuk meninggalkan toko."Sampai jumpa..."Ucap Bryan sebelum berpisah."Sampai jumpa..."Sahut Ruby lirih,sembari menatap punggung Bryan yang pergi menjauh.Lalu mengendarai motornya yang berwarna merah dan gagah.Ruby menghela nafas panjang,lagi-lagi ia mengingat serangkaian kejadian hari ini.Sungguh sangat melelahkan batinnya.Ia kembali menutup pintu tokonya.Lalu berjalan menaiki anak tangga dan kembali ke kamarnya.Ia merebahkan badannya di atas kasur,sembari membayangkan wajah Bryan tadi.Perasaan aneh yang selalu ia rasakan saat bertemu dengannya.Namun berusaha ia tepis.Karena ia sadar Bryan sudah memiliki kekasih."Sayang sekali kau sudah ada yang punya..."Gumam Ruby lirih.*** ***Sementara itu di lain tempat,Bryan tengah bergegas memasuki sebuah apartemen demi memberi kejutan indah untuk kekasihnya.Langkah kakinya melambat ketika ia sampai di apartemen kekasihnya itu,ia mempunyai kartu akses untuk masuk kedalamnya.Ia lalu masuk dan langkahnya tiba-tiba terhenti,ia melihat sepasang sepatu berwarna hitam tertata rapi di rak.Jantungnya berdebar,ia menyadari itu bukan sepatunya.Pikirannya mulai bertanya-tanya dan menduga-duga.Apa ini milik saudara kekasihnya,atau milik ayah dari kekasihnya?ia mencoba melangkah perlahan.Langkahnya kembali terhenti saat ia mendengar suara berisik dari arah kamar kekasihnya.Jantung Bryan semakin tak karuan.Di tambah lagi ia mendengar suara lenguhan dari seorang wanita yang ternyata adalah kekasihnya.Dengan memantapkan diri,ia beranikan untuk membuka pintu kamar kekasihnya.Bak tersambar petir.Ia melihat Daniela tengah bercinta dengan sahabat baiknya yaitu Mario.Menyadari ada yang mengawasi aksi keduanya,merekapun kompak menoleh ke arah pintu.Sontak Daniela mendorong tubuh Mario yang menindih dirinya dengan tangannya.Mario terkejut dan tersungkur dengan kondisi tanpa kain sehelai pun,begitu pula Daniela yang dengan cepat menutupi tubuhnya dengan selimut.Mario membelalak kaget dengan kehadiran Bryan yang tiba-tiba.Cepat-cepat ia memakai celananya dan berlari mendekati Bryan yang diam tak bergeming."Bryan kami..."Belum sempat Mario melanjutkan kata-katanya,sebuah hantaman keras mendarat di pipinya.Buakkkk!!!!Mario tersungkur ke lantai.Ahhhhh!!!!Daniela berteriak karena terkejut dengan tindakan Bryan.Ia lalu berlari ke arah Mario dan menolongnya berdiri,meskipun ia harus susah payah membalut tubuhnya dengan selimut yang hampir saja terlepas dari tubuhnya."Bajingan kalian berdua!!!"Teriak Bryan dengan dengusan nafas yang tidak beraturan.Tangannya mengepal erat,urat-urat di wajahnya nampak nyata dan wajahnya pun merah padam.Sungguh ia sekuat tenaga menahan amarahnya."Bryan kami..."Lagi-lagi Mario berusaha menjelaskan sesuatu namun belum sempat ia lanjutkan Bryan kembali memukulinya.Buakkk.Buakkk.Buakk.Daniela histeris,ia berusaha melindungi Mario dengan tubuhnya.."Bryan hentikan.....Bryan hentikannnn!!!"Teriaknya histeris.Tanpa Bryan sadari satu tinjuan mendarat tepat di punggung Daniela.Menyadari hal itu ia menghentikan aksinya.Bryan lalu jatuh terduduk,kakinya ia lipat ke arah dadanya.Kedua tangannya merangkul lututnya.Ia menangis sejadi-jadinya.Mario yang sudah babak belur menatap pilu sahabatnya,begitupun Daniela yang menatap Bryan dengan rasa bersalah."Kenapa kalian sekeji ini padaku...,apa salahku?"Ucap Bryan dalam tangis.Mario dan Daniela diam tak menjawab."Daniela,kau tau hari ini hari apa?"Tanya Bryan dengan air mata yang menderas.Daniela menggeleng lirih,melihatnya semakin sakit hati Bryan."Hari ini anniversary ke 2 tahun hubungan kita."Teriak Bryan hingga otot di lehernya nampak nyata.Daniela tersentak,ia merasa sangat bersalah telah membuat kekasih yang ia pacari selama 2 tahun itu sakit hati.Mario hanya terdiam dengan wajah yg berlumuran darah.Ia merasa bersalah sekaligus merasa kasihan dengan sahabat baiknya.Betapa ia kejam telah mengkhianati Bryan."Sejak kapan kalian bersama?"Tanya Brian,namun tak satupun dari mereka menjawab."Sejak kapan?!!!"Teriak Bryan mengejutkan mereka."Sejak 6 bulan terakhir."Jawab Mario.Degh...jantung Bryan serasa mau copot,ia ingat itu kali pertama ia mengenalkan Mario ke pacarnya.Tiba-tiba Bryan tertawa terbahak-bahak.Daniela ketakutan melihat sikap Bryan yang tidak biasanya.Yah wajar saja,hatinya sedang tidak baik-baik saja."Aku yang membawa anjing perusak ke dalam hubunganku,ini gila!!!!"Teriak Bryan."Bryan maafkan aku..."Ucap Mario dengan tatapan bersalah.Melihat wajah Mario dan Daniela seketika ia merasa jijik.Ia sadar tak seharusnya ia membuang waktu dan perasaannya seperti ini.Bryan kemudian beranjak dari tempatnya,ia lalu membuang bucket lily yang tadi ia beli dari toko Ruby."Tunggangi saja bekasku,aku tidak butuh."Ucap Bryan begitu ketus dengan mengarahkan pandangan jijiknya ke arah Daniela.Daniela tetap tidak bergeming.Ia hanya diam sembari memegang erat bahu selingkuhannya.Dengan langkah gontai Bryan meninggalkan apartemen Daniela.Dunianya hancur seketika,wanita yang ia cintai sudah berkhianat.Sahabatnya dari kecil sudah menjadi penyebab kandasnya hubungan cinta antara dirinya dan Daniela.Ia lajukan motornya dengan kencang.Tanpa ia sadari motornya berhenti tepat di depan toko Florist Ruby.Ia parkir motornya,dengan langkah meragu ia berhenti tepat di depan pintu kaca yang lampunya sudah nampak gelap karena dimatikan.Ruby yang mendengar ada sebuah motor seperti berhenti tepat di depan tokonya,ia lalu mengintip dari jendela kamarnya yang viewnya langsung mengarah ke jalan.Ia lalu sedikit membungkukkan tubuhnya dan melihat ada bayang seseorang seperti sedang berdiri di depan pintu kacanya.Ada rasa khawatir di hatinya,takut-takut ada orang berniat jahat di tokonya.Namun ia sedikit mengenali motor siapa itu.Dengan berlarian kecil ia menuruni anak tangga,tampak ia bisa mengenali sosok yang tengah berdiri itu.Ia nyalakan lampunya,sontak Bryan terkejut.Dan merasa tak enak hati karena tiba-tiba datang menemui Ruby.Ruby membuka pintu kacanya,ia melihat pria tampan di hadapannya itu dengan raut wajah kusut,dan tangan yang memerah dengan sedikit noda darah.Dengan sedikit keberanian,ia mulai bertanya,"Kau baik-baik saja?"Bryan menatap Ruby nanar,tanpa sungkan ia sandarkan keningnya di bahu Ruby.Ruby terkejut,tak bergeming dan tak menolak ataupun menepis kepala Bryan."Aku tidak baik-baik saja."Jawab Bryan,membuat jantung Ruby berdegup kencang.Ini kali ketiga mereka bertemu,entah mengapa Ruby begitu welcome dengan kehadiran pria asing satu ini di hidupnya.Hatinya seperti diam-diam terkoneksi dengan Bryan.Bersambung"Masuklah,akan ku buatkan kau secangkir kopi"Ucap Ruby menyuruh Bryan masuk ke dalam tokonya.Brian menggeleng,"Ikut aku sebentar..."Ucap Bryan mengajak Ruby keluar malam itu.Lagi-lagi Ruby menuruti permintaan Bryan.Ia bergegas mengganti bajunya dan pergi bersama Bryan mengendarai motornya.Hembusan angin malam menemani mereka berdua malam itu,hingga sampailah Bryan ke tepian pantai Sandiego.Ruby lalu turun,dan berusaha melepaskan helmnya.Di ikuti Bryan yang juga turun dari motornya.Ia membantu Ruby melepas pengait helmnya."Terima kasih "Ucap Ruby lirih.Bryan tersenyum membalasnya."Jadi kau mengajakku kemari?"Tanya Ruby heran.Bryan mengangguk,"Tempat pertama kali kita bertemu."Ruby merasakan desiran indah saat Bryan mengatakan hal itu.Ini menjadi seperti sebuah memori yang tak terlupakan tanpa mereka sadari.Keduanya berjalan beriringan,melihat Ruby hampir terjatuh.Dengan sigap Bryan menggenggam tangan Ruby,jantung Ruby serasa mau copot.Lalu mereka duduk beralaskan pasir panta
Ia rebahkan tubuh langsingnya ke atas kasur,tangannya tak lepas menggenggam jemari Mario yang dingin.Daniela seolah masa bodo dengan kejadian kemarin malam.Matanya sudah terhipnotis ketampanan Mario,perasaannya di penuhi cinta yang ganas dan membabi buta. Sementara itu Mario terdiam di sampingnya,menatap langit-langit kamar Daniela.Ada sedikit rasa sesal di benaknya,mengapa ia begitu tega mengkhianati sahabatnya sendiri. Melihat Mario melamun,Daniela sontak bangun dari pembaringannya.Ia lalu berbisik sesuatu kepada laki-laki selingkuhannya itu. "Kau kenapa sayang? "Bisik Daniela dengan dengusan nafas yang sengaja ia hembuskan di sekitar leher Mario yang seketika meremang. Mario mengalihkan pandangannya ke Daniela,"Aku kepikiran soal Bryan,menurutmu apa kita sangat keterlaluan?"Tanya Mario di sertai raut wajah gusar. "Lupakan urusan dia,yang penting adalah kita berdua sekarang."Jawab Daniela acuh. "Dia sahabatku. " Hardik Mario. "Kalau kau menganggapnya sahabat sejak awal
"Ya Tuhan....kenapa sulit untukku memejamkan mata......"Gerutu kesal keluar dari mulut Bryan. Malam ini ia seperti terbayang-bayang wajah Ruby sejak pagi tadi. "Wanita itu sungguh menghipnotisku,ini gilaaaaaaaaaaaaaa....."Teriak Bryan sembari memukul dadanya. "Tidak tidak....,aku tidak boleh semudah itu jatuh cinta.Ini tidak mungkin,saat bersama Daniela aku butuh waktu beberapa bulan untuk yakin bahwa aku benar-benar mencintainya.Tetapi kenapa dengan Ruby hanya sebentar saja...."Ucap Bryan tak percaya dengan perasaannya sendiri. Bryan bangkit dari tempat tidurnya,ia mondar mandir kesana kemari.Sesekali ia raba dadanya dan merasakan ritme jantungnya tak beraturan. "Besok aku harus ke dokter,pasti ada yang salah dengan jantungku."Ucap Bryan merasa ada yang tidak beres dengan dirinya. Lalu ia kembali lagi berbaring di tempat tidurnya,kelimpang kelimpung di atas kasur.Sesekali mengucek matanya dan berusaha memejamkan matanya. "Apa mungkin aku terlalu banyak tidur?"Tanya Brya
"Lima tahun lagi kita menikah ya..."Ucap Zack sembari mengelus poni Ruby yang sedang duduk berhadapan dengannya. Ruby membalasnya dengan seutas senyuman,pikirannya berlarian dalam angan di masa depan.Ada sedikit rasa ragu terbersit di hatinya.Lima tahun bukan waktu yang singkat.Akankah semua berjalan seperti yang mereka harapkan? "Sayang...kok melamun?"Seru Zack membuyarkan lamunan Ruby. "Kenapa pertanyaanku tidak kau jawab?"Tanya Zack keheranan. "Lima tahun ya...?"Lanjut Ruby. Zack mengangguk,"Kenapa sayang?" "Semoga perasaan kita tetap sama,dan harapan kita tercapai sesuai yang kita mau ya..."Jawab Ruby membuat Zack menyadari ketidak yakinan kekasihnya. "Kau meragukan ku?"Tanya Zack. Ruby menatap kekasihnya dengan seksama,membuat Zack merasa tak enak hati. "Aku hanya takut sekali semua yang kita lakukan sia-sia,dan 5 tahun bukanlah waktu yang sebentar Zack..."Ucap Ruby dengan ekspresi wajah ragu. Zack rupanya sedikit tersinggung dengan ucapan Ruby,ekspresinya beru
Usai kejadian-kejadian yang menimpa Ruby,mengakibatkan dia jatuh sakit.Sejak ia bangun pagi tadi,badannya serasa lemas tak bertenaga.Ia tempelkan bahu tangannya ke keningnya,ia rasakan suhu panas yang sangat menyengat. "Huftt....sepertinya aku demam."Gumam Ruby dengan rasa tak nyaman di sekujur tubuhnya. Saat hendak bangun dari tempat tidurnya,tiba-tiba kakinya tak kuat untuk berpijak.Gubrakkkkkkk ia pun terjatuh ke lantai,rasanya sangat lemas sekali. Dengan sedikit tenaga yang masih tersisa,ia mencoba membuka matanya lalu bergumam,"Bry...yan....". Namun matanya terasa sangat berat,saat ia melihat langit-langit kamarnya seperti menggelap dan tiba-tiba ia merasa seperti sedang tertidur lelap. Sementara itu,Bryan semalaman terjaga dari tidurnya sebab memikirkan kejadian Ruby dan ibunya di toko.Ia semakin khawatir akan keadaan Ruby,ia pun mengingat kejadian di pantai.Dimana Ruby menangis sesenggukan.Bryan pun yakin,Ruby kali ini merasakan perasaan yang sama seperti malam itu.
Derap langkah Ruby seolah mengisyaratkan ia sangat tergesa-gesa.Jantungnya berdegup kencang,nafasnya berderu.Dalam matanya setengah mengambang air mata yang sekuat tenaga ia tahan agar tidak terjatuh.Sebuah pintu yang berada tepat di depannya ia dobrak dengan sekuat tenaga.Brakkkkkkkkkkkkk!!!!Pintu terbuka dengan paksa,kedua sosok yang berada di dalam ruangan tersebut,berhambur karena rasa terkejutnya.Zack membelalak tajam saat tahu sosok yang mendobrak pintu itu adalah Ruby Jane,tangannya dengan sigap menutup kancing bajunya yang terbuka hampir mengekspos bagian perutnya yang bidang,sementara Rita pun tak kalah gugupnya dengan aksinya yang terpergok oleh kekasih Zack yaitu Ruby Jane.Tangan Rita pun berusaha merapikan kancing bajunya dan buru-buru memakai high heels yang tergeletak tak beraturan di lantai."Begini kelakuan kalian di belakangku!!!"Teriak Ruby hingga otot lehernya nampak jelas.Zack berlari ke arah Ruby,berusaha mengambil tangannya untuk ia genggam.Namun Ruby tampik.
Usai kejadian pahit itu,Ruby memilih lebih menyibukkan dirinya di toko Florist yang semakin hari semakin ramai pelanggan.Dengan semangat ia membuka pintu tokonya,namun pagi yang cerah itu membuatnya tiba-tiba mendung saat ia lihat sosok Zack berdiri di depan pintu."Ya Tuhan....mau apalagi kau!"Teriak Ruby merasa kesal karena kehadiran Zack."Sayang..."Seru Jack mengejar Ruby yang berlari masuk."Sayang...dengarkan aku dulu!"Pinta Zack sembari meraih bahu Ruby.Ruby menepis tangan Zack dari bahunya,"Jangan memanggilku sayang,aku jijik kata-kata itu keluar dari lelaki sepertimu!"Ucap Ruby geram."Kita sudah putus!Jangan memanggilku dengan sebutan itu lagi,aku jijik mendengarkannya!!"Ucap Ruby dengan ekspresi jijiknya.Zack meraih tubuh Ruby dan memelukkan dengan erat."Lepas...!"Teriak Ruby berontak."Ijinkan aku memelukmu sayang,aku rindu sekali."Ucap Zack tetap memeluk Ruby meskipun Ruby berontak."Lepaskan aku!!!!"Teriak Ruby sembari menendang "Adik Kecil" Zack dengan dengkulnya.Za
Usai kejadian-kejadian yang menimpa Ruby,mengakibatkan dia jatuh sakit.Sejak ia bangun pagi tadi,badannya serasa lemas tak bertenaga.Ia tempelkan bahu tangannya ke keningnya,ia rasakan suhu panas yang sangat menyengat. "Huftt....sepertinya aku demam."Gumam Ruby dengan rasa tak nyaman di sekujur tubuhnya. Saat hendak bangun dari tempat tidurnya,tiba-tiba kakinya tak kuat untuk berpijak.Gubrakkkkkkk ia pun terjatuh ke lantai,rasanya sangat lemas sekali. Dengan sedikit tenaga yang masih tersisa,ia mencoba membuka matanya lalu bergumam,"Bry...yan....". Namun matanya terasa sangat berat,saat ia melihat langit-langit kamarnya seperti menggelap dan tiba-tiba ia merasa seperti sedang tertidur lelap. Sementara itu,Bryan semalaman terjaga dari tidurnya sebab memikirkan kejadian Ruby dan ibunya di toko.Ia semakin khawatir akan keadaan Ruby,ia pun mengingat kejadian di pantai.Dimana Ruby menangis sesenggukan.Bryan pun yakin,Ruby kali ini merasakan perasaan yang sama seperti malam itu.
"Lima tahun lagi kita menikah ya..."Ucap Zack sembari mengelus poni Ruby yang sedang duduk berhadapan dengannya. Ruby membalasnya dengan seutas senyuman,pikirannya berlarian dalam angan di masa depan.Ada sedikit rasa ragu terbersit di hatinya.Lima tahun bukan waktu yang singkat.Akankah semua berjalan seperti yang mereka harapkan? "Sayang...kok melamun?"Seru Zack membuyarkan lamunan Ruby. "Kenapa pertanyaanku tidak kau jawab?"Tanya Zack keheranan. "Lima tahun ya...?"Lanjut Ruby. Zack mengangguk,"Kenapa sayang?" "Semoga perasaan kita tetap sama,dan harapan kita tercapai sesuai yang kita mau ya..."Jawab Ruby membuat Zack menyadari ketidak yakinan kekasihnya. "Kau meragukan ku?"Tanya Zack. Ruby menatap kekasihnya dengan seksama,membuat Zack merasa tak enak hati. "Aku hanya takut sekali semua yang kita lakukan sia-sia,dan 5 tahun bukanlah waktu yang sebentar Zack..."Ucap Ruby dengan ekspresi wajah ragu. Zack rupanya sedikit tersinggung dengan ucapan Ruby,ekspresinya beru
"Ya Tuhan....kenapa sulit untukku memejamkan mata......"Gerutu kesal keluar dari mulut Bryan. Malam ini ia seperti terbayang-bayang wajah Ruby sejak pagi tadi. "Wanita itu sungguh menghipnotisku,ini gilaaaaaaaaaaaaaa....."Teriak Bryan sembari memukul dadanya. "Tidak tidak....,aku tidak boleh semudah itu jatuh cinta.Ini tidak mungkin,saat bersama Daniela aku butuh waktu beberapa bulan untuk yakin bahwa aku benar-benar mencintainya.Tetapi kenapa dengan Ruby hanya sebentar saja...."Ucap Bryan tak percaya dengan perasaannya sendiri. Bryan bangkit dari tempat tidurnya,ia mondar mandir kesana kemari.Sesekali ia raba dadanya dan merasakan ritme jantungnya tak beraturan. "Besok aku harus ke dokter,pasti ada yang salah dengan jantungku."Ucap Bryan merasa ada yang tidak beres dengan dirinya. Lalu ia kembali lagi berbaring di tempat tidurnya,kelimpang kelimpung di atas kasur.Sesekali mengucek matanya dan berusaha memejamkan matanya. "Apa mungkin aku terlalu banyak tidur?"Tanya Brya
Ia rebahkan tubuh langsingnya ke atas kasur,tangannya tak lepas menggenggam jemari Mario yang dingin.Daniela seolah masa bodo dengan kejadian kemarin malam.Matanya sudah terhipnotis ketampanan Mario,perasaannya di penuhi cinta yang ganas dan membabi buta. Sementara itu Mario terdiam di sampingnya,menatap langit-langit kamar Daniela.Ada sedikit rasa sesal di benaknya,mengapa ia begitu tega mengkhianati sahabatnya sendiri. Melihat Mario melamun,Daniela sontak bangun dari pembaringannya.Ia lalu berbisik sesuatu kepada laki-laki selingkuhannya itu. "Kau kenapa sayang? "Bisik Daniela dengan dengusan nafas yang sengaja ia hembuskan di sekitar leher Mario yang seketika meremang. Mario mengalihkan pandangannya ke Daniela,"Aku kepikiran soal Bryan,menurutmu apa kita sangat keterlaluan?"Tanya Mario di sertai raut wajah gusar. "Lupakan urusan dia,yang penting adalah kita berdua sekarang."Jawab Daniela acuh. "Dia sahabatku. " Hardik Mario. "Kalau kau menganggapnya sahabat sejak awal
"Masuklah,akan ku buatkan kau secangkir kopi"Ucap Ruby menyuruh Bryan masuk ke dalam tokonya.Brian menggeleng,"Ikut aku sebentar..."Ucap Bryan mengajak Ruby keluar malam itu.Lagi-lagi Ruby menuruti permintaan Bryan.Ia bergegas mengganti bajunya dan pergi bersama Bryan mengendarai motornya.Hembusan angin malam menemani mereka berdua malam itu,hingga sampailah Bryan ke tepian pantai Sandiego.Ruby lalu turun,dan berusaha melepaskan helmnya.Di ikuti Bryan yang juga turun dari motornya.Ia membantu Ruby melepas pengait helmnya."Terima kasih "Ucap Ruby lirih.Bryan tersenyum membalasnya."Jadi kau mengajakku kemari?"Tanya Ruby heran.Bryan mengangguk,"Tempat pertama kali kita bertemu."Ruby merasakan desiran indah saat Bryan mengatakan hal itu.Ini menjadi seperti sebuah memori yang tak terlupakan tanpa mereka sadari.Keduanya berjalan beriringan,melihat Ruby hampir terjatuh.Dengan sigap Bryan menggenggam tangan Ruby,jantung Ruby serasa mau copot.Lalu mereka duduk beralaskan pasir panta
Suasana menjadi begitu sejuk mendekati dingin,ingatan Ruby kembali ke beberapa waktu silam.Saat ia bertemu dengan seseorang yang sangat manly,yang menawarkan payungnya untuk ia pinjam.Kini seolah dejavu yang nyata.Pria itu berada di hadapan Ruby untuk yang kedua kalinya.Tatapan hangatnya sama sekali tidak berubah,desiran aneh berkecamuk di hati Ruby.Begitupun sebaliknya,pria di hadapannya pun tiba-tiba jadi salah tingkah saat Ruby menatap balik ke arahnya." Seperti kita pernah bertemu sebelumnya."Ucapan Ruby terdengar terbata.Pria bernama Bryan (ya sesuai tulisan di kartu ucapan) itu tersenyum tipis,"Ya,kita pernah bertemu di pantai Sandiego."Jawabnya dengan sumringah,nampak raut senang karena Ruby masih mengingatnya."Wow..."Ruby merasa takjub." Nampaknya dunia begitu sempit ya..."Lanjut Ruby lagi.Bryan tertawa,entah mengapa ia terlihat begitu bahagia dengan tawa dan senyum yang merekah."Atau mungkin takdir..."Sahut Bryan membuat Ruby tertegun.Menyadari sikap Ruby,Bryan sontak
Usai kejadian pahit itu,Ruby memilih lebih menyibukkan dirinya di toko Florist yang semakin hari semakin ramai pelanggan.Dengan semangat ia membuka pintu tokonya,namun pagi yang cerah itu membuatnya tiba-tiba mendung saat ia lihat sosok Zack berdiri di depan pintu."Ya Tuhan....mau apalagi kau!"Teriak Ruby merasa kesal karena kehadiran Zack."Sayang..."Seru Jack mengejar Ruby yang berlari masuk."Sayang...dengarkan aku dulu!"Pinta Zack sembari meraih bahu Ruby.Ruby menepis tangan Zack dari bahunya,"Jangan memanggilku sayang,aku jijik kata-kata itu keluar dari lelaki sepertimu!"Ucap Ruby geram."Kita sudah putus!Jangan memanggilku dengan sebutan itu lagi,aku jijik mendengarkannya!!"Ucap Ruby dengan ekspresi jijiknya.Zack meraih tubuh Ruby dan memelukkan dengan erat."Lepas...!"Teriak Ruby berontak."Ijinkan aku memelukmu sayang,aku rindu sekali."Ucap Zack tetap memeluk Ruby meskipun Ruby berontak."Lepaskan aku!!!!"Teriak Ruby sembari menendang "Adik Kecil" Zack dengan dengkulnya.Za
Derap langkah Ruby seolah mengisyaratkan ia sangat tergesa-gesa.Jantungnya berdegup kencang,nafasnya berderu.Dalam matanya setengah mengambang air mata yang sekuat tenaga ia tahan agar tidak terjatuh.Sebuah pintu yang berada tepat di depannya ia dobrak dengan sekuat tenaga.Brakkkkkkkkkkkkk!!!!Pintu terbuka dengan paksa,kedua sosok yang berada di dalam ruangan tersebut,berhambur karena rasa terkejutnya.Zack membelalak tajam saat tahu sosok yang mendobrak pintu itu adalah Ruby Jane,tangannya dengan sigap menutup kancing bajunya yang terbuka hampir mengekspos bagian perutnya yang bidang,sementara Rita pun tak kalah gugupnya dengan aksinya yang terpergok oleh kekasih Zack yaitu Ruby Jane.Tangan Rita pun berusaha merapikan kancing bajunya dan buru-buru memakai high heels yang tergeletak tak beraturan di lantai."Begini kelakuan kalian di belakangku!!!"Teriak Ruby hingga otot lehernya nampak jelas.Zack berlari ke arah Ruby,berusaha mengambil tangannya untuk ia genggam.Namun Ruby tampik.