Derap langkah Ruby seolah mengisyaratkan ia sangat tergesa-gesa.Jantungnya berdegup kencang,nafasnya berderu.Dalam matanya setengah mengambang air mata yang sekuat tenaga ia tahan agar tidak terjatuh.
Sebuah pintu yang berada tepat di depannya ia dobrak dengan sekuat tenaga.Brakkkkkkkkkkkkk!!!!Pintu terbuka dengan paksa,kedua sosok yang berada di dalam ruangan tersebut,berhambur karena rasa terkejutnya.Zack membelalak tajam saat tahu sosok yang mendobrak pintu itu adalah Ruby Jane,tangannya dengan sigap menutup kancing bajunya yang terbuka hampir mengekspos bagian perutnya yang bidang,sementara Rita pun tak kalah gugupnya dengan aksinya yang terpergok oleh kekasih Zack yaitu Ruby Jane.Tangan Rita pun berusaha merapikan kancing bajunya dan buru-buru memakai high heels yang tergeletak tak beraturan di lantai."Begini kelakuan kalian di belakangku!!!"Teriak Ruby hingga otot lehernya nampak jelas.Zack berlari ke arah Ruby,berusaha mengambil tangannya untuk ia genggam.Namun Ruby tampik.Dapat Zack lihat betapa Ruby terlihat begitu beramarah."Sayang,aku bisa jelaskan semua."Seru Zack berusaha mengambil hati Ruby."Main gila dengan bawahan maksudmu?Begitu?"Hardik Ruby dengan tatapan tajam."Sayang,ini tidak seperti yang kamu lihat."Ucap Zack berusaha mengelak."Lalu apa seperti yang cctv ini lihat!"Sahut Ruby sembari mengeluarkan handphonenya yang ternyata terhubung dengan cctv ruangan itu.Zack geram saat ia tahu ternyata Ruby memasang cctv di ruang kerja kantornya tanpa ijin"Lancang sekali tindakanmu!"Teriak Zack."Kenapa?Tanpa cctv ini,aku tidak akan pernah tahu kalau kau hobi bermain gila selain dengan bawahanmu ini!"Ucap Ruby,sembari melirik ke arah Rita yang tertunduk malu.Dalam hati Rita pun tak kalah kaget,saat ia mengetahui kenyataan bahwa Zack juga main gila dengan wanita lain.Ia merasa ingin marah tapi ini bukan kuasanya sebagai wanita idaman lain bosnya itu.Ia memilih diam karena rasa malu yang ia buat sendiri."Sayang mari kita bicarakan baik-baik ya."Pinta Zack merendahkan suaranya dan menahan amarahnya."Tidak perlu,kita akhiri saja hubungan ini.Kau bisa sepuas-puasnya main gila dengan bawahanmu itu!!!"Tolak Ruby,dengan tatapan jijiknya ke Rita.Mendengar penolakan Ruby membuat Rita merasa takut dan bersalah.Rita lalu berlari kehadapan Ruby,lalu berlutut di hadapannya."Bu Ruby....saya mohon maafkan saya."Ucap Rita.Melihat tindakan Rita,Ruby sedikit menghindar.Seolah ia tak menerima permintaan maaf Rita."Saya mohon maafkan kelakuan saya yang murahan ini,saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi."Ucap Rita dengan tangis yang pecah.Zack terkejut dengan yang Rita lakukan.Ia lalu menarik tubuh Rita,memaksanya untuk berdiri.Lalu tanpa segan Zack menampar pipi Rita.Plakkk.Rita terkejut dengan sebuah tamparan yang mendarat di pipinya,Ruby pun tak kalah kaget dengan tindakan kekasihnya yang main tangan.Ini kali pertama ia tahu Zack main tangan,selama dengannya Zack tak pernah sekalipun berani memukulnya."Kau gila!Tarik ucapanmu,kita tidak pernah ada hubungan apa-apa!"Teriak Zack melotot tajam ke arah Rita,Rita menyadari bahwa Zack tak menganggap hubungan mereka selama ini."Kau aku pecat saat ini juga!Jangan pernah kembali!!!"Ucap Zack tanpa pikir panjang memecat simpanannya itu.Mendengar ucapan Zack,Rita hanya pasrah.Melihat tatapan Ruby yang tak menaruh simpati pun membuatnya semakin merasa sangat hina.Dengan menahan rasa malu di wajahnya,ia berlari begitu saja meninggalkan ruangan tanpa berkata apa-apa lagi.Zack menghela nafas,ia tidak tahu lagi harus berkata apa lagi demi meyakinkan Ruby.Melihat kekasihnya yang sudah mati kutu,Ruby memutuskan untuk meninggalkannya.Dengan langkah yakin,ia beranjak dari tempatnya berdiri.Melihat Ruby meninggalkan tempat,Zack diam tak bergeming.Ia tahu Ruby tidak akan percaya lagi dengan kata-katanya.Ia berpikir untuk membiarkan Ruby pergi menenangkan dirinya,sejujurnya Zack pun telah habis kata untuk meyakinkan kekasihnya itu.*** ***Angin sepoi menerpa wajah Ruby yang basah oleh air mata.Ia memutuskan untuk menenangkan diri di tepian pantai Sandiego.Ia biarkan air matanya mengering sendiri tanpa perlu ia usap,hatinya tersayat.Mengingat lelaki yang sudah 5 tahun ia pacari itu mengkhianati dirinya.Padahal mereka berencana menikah tahun depan.Tetap semua kini terkubur sia-sia."Huftttt 5 tahun yang sia-sia.Usiaku sudah tidak mudah lagi Tuhan....."Seru Ruby sembari mendongakkan kepala menatap langit-langit yang mendung."Apa aku harus sendirian selamanya?Aku lelah kalau harus memulai hubungan baru...."Seru Ruby sekali lagi.Lagi-lagi air matanya mengalir deras,impiannya membangun rumah tangga di usia 30 an sirna begitu saja.Ia seperti kehilangan harapan,ia mengingat saat awal mula ia menjalin hubungan dengan Zack.Zack dan Ruby adalah teman semasa kuliah,cinta tumbuh karena terbiasa bersama.Ruby selalu berada di sisi Zack di kala suka dan duka,hingga pada akhirnya pertemanan mereka berubah menjadi cinta.Ruby menemani Zack dari nol,hingga ia menjadi CEO di sebuah perusahaan ternama.Sementara Ruby memilih untuk membuka toko Florist hingga menjadi besar dan terkenal seperti sekarang.Hatinya sangat menyesal saat mengingat perjuangan mereka dahulu seperti apa,saat semua impian tercapai.Justru hubungan harus kandas karena ketidak setiaan.Air mata terus mengalir tanpa henti membasahi seluruh pipi dan kerah bajunya.Dalam keputus asaannya ia berusaha meyakinkan dirinya untuk tetap kuat."Tuhan,jodohku masih berada di luar sana kan?Jika iya,aku akan mencarinya.Jika dalam setahun aku belum juga bertemu dengannya.Aku akan putuskan untuk single selamanya...."Ucapnya sembari menatap langit.Tiba-tiba tetesan rintik hujan membasahi wajahnya,melihat jawaban Tuhan lewat hujan telah membuatnya sedikit yakin bahwa jodohnya pun juga sedang mencarinya."Terima kasih atas jawabMu....aku akan berusaha sebaik mungkin menemukannya."Ucapnya sekali lagi,kali ini dengan sedikit senyuman di wajahnya.Matanya terpejam dengan seutas senyum,namun ia merasa seolah rintik hujan tidak mendarat lagi di wajah dan pipinya.Ruby membuka matanya lalu mendongak keatas.Ia terkejut tatkala ia melihat sebuah payung telah melindunginya dari rintik hujan."Kau tidak takut masuk angin?"Tanya seseorang,membuat Ruby beranjak dari duduknya.Seorang pria dengan payungnya berdiri di belakang Ruby tadi,tangan pria itupun tak lepas untuk memegang payung yang dengan sigap tetap menutupi badan Ruby dari tetesan hujan.Ruby terdiam dengan perasaan campur aduk,ia khawatir pria itu tahu bahwa ia sedang meratapi kisah cintanya hingga rela hujan-hujanan seperti ini."Kau akan terus hujan-hujanan disini?"Tanya pria itu dengan heran.Ruby mengangguk tanpa sadar.Melihat anggukan Ruby ia terkejut,"Kau sungguh ingin hujan-hujanan?"Tanyanya sekali lagi untuk memastikan.Ruby yang terperangah pun akhirnya tersadarkan oleh pertanyaan pria itu yang mulai merasa aneh dengan keadaan Ruby saat ini."Oh tidak,tentu saja aku harus mencari tempat berteduh."Seru Ruby gugup."Baiklah mari ikut aku kesana."Ajak pria itu sembari menunjukkan sebuah tempat teduh.Ruby mengangguk ragu,namun ia tetap melangkah beriringan dengan pria yang dengan baik hati melindungi dirinya dengan payung yang pria itu bawa,sementara pria itu kehujanan.Sesampainya di tempat teduh,pria itu buru-buru mengambil sebuah handuk di dalam tas yang kemungkinan besar adalah miliknya."Pakai ini untuk mengeringkan badan dan rambutmu."Ucapnya sembari menyodorkan handuk bersih yang telipat dengan rapi.Tanpa berpikir macam-macam,Ruby menerima handuk itu.Dan membalutkanya di tubuhnya."Terima kasih ya."Ucap Ruby kepada pria itu."Sama-sama,kau mau kopi?"Ucap pria itu sembari menawarkan kopi hangat yang baru saja ia seduh dari tumblernya.Ruby menerima kopi pemberian pria itu.Sembari mengamati barang bawaan pria baik itu."Kau seorang peselancar?"Tanya Ruby ketika melihat sebuah papan selancar berdiri di dekat tas pria itu."Lebih tepatnya hanya hobi saja."Jawab pria itu dengan seutas senyum.Ruby mengangguk,"Hanya sendiri?"Tanya Ruby sembari melihat sekeliling pria itu."Tadinya bersama teman-teman,tapi mereka sudah pulang sebelum hujan tadi."Ruby terpana dengan pesona pria di depannya itu.Seorang pria dengan paras wajah yang sangat manly,namun tutur katanya lembut dan sepertinya dia tipe pria yang suka dengan kerapihan.Semua nampak jelas saat ia menata dan merapikan peralatan yang ia bawa."Kau,kenapa sendirian di tepi pantai?"Tanya pria itu tiba-tiba,membuat Ruby salah tingkah."Mmmm hanya ingin menikmati udara segar."Jawab Ruby singkat."Sembari menikmati hujan?"Tanyanya sekali lagi.Dengan tatapan hangatnya."Mmm ya,begitulah."Jawab Ruby singkat.Pria itu terdiam sembari menatap Ruby dengan hangat dan sedikit tidak yakin dengan jawab-jawaban Ruby.Tapi berusaha ia tahan rasa penasarannya.Ruby yang sedari tadi di tatap,menjadi salah tingkah dan bingung harus bersikap bagaimana.Seolah ia lupa kesedihan yang baru saja ia alami tadi pagi."Langit semakin gelap,sebaiknya kau segera pulang.Di sini tidak aman."Ucap pria itu."Iya."Jawab Ruby singkat."Bawa saja payungku."Seru pria itu."Lalu kau bagaimana?"Tanya Ruby tak enak hati."Aku baik-baik saja,bawa saja payung itu dan segeralah pulang.Mumpung hujan mulai reda."Suruhnya.Dalam hati Ruby,ia sesungguhnya ingin sekali di antar pulang,minimal di tawari untuk pulang bersama.Namun pria itu sama sekali tak menawarinya.Tiba-tiba handphone pria itu berdering,dan ia kemudian mengangkatnya."Halo sayang..."Sapanya kepada seseorang yang meneleponnya.Bak di sambar petir mendengar kata sayang yang terucap dari pria itu,membuatnya menciut dan berhenti berharap yang aneh-aneh."Dasar bodoh,bisa-bisanya berharap seperti drama-drama romantis."Gumam Ruby dalam hati.Dengan langkah tergopoh ia mengambil payung dan melambaikan tangan ke arah pria yg sedang sibuk telepon itu.Pria itu pun hanya menjawab dengan anggukkan sembari melihat Ruby yang kemudian berlalu meninggalkannya tanpa mengetahui siapa namanya.Dalam langkahnya Ruby sesekali menepuk kepalanya,ia merasa bodoh dengan harapan-harapan semunya tadi."Benar-benar seperti kalah sebelum berperang..."Gumam Ruby menyadari harapan anehnya.BersambungUsai kejadian pahit itu,Ruby memilih lebih menyibukkan dirinya di toko Florist yang semakin hari semakin ramai pelanggan.Dengan semangat ia membuka pintu tokonya,namun pagi yang cerah itu membuatnya tiba-tiba mendung saat ia lihat sosok Zack berdiri di depan pintu."Ya Tuhan....mau apalagi kau!"Teriak Ruby merasa kesal karena kehadiran Zack."Sayang..."Seru Jack mengejar Ruby yang berlari masuk."Sayang...dengarkan aku dulu!"Pinta Zack sembari meraih bahu Ruby.Ruby menepis tangan Zack dari bahunya,"Jangan memanggilku sayang,aku jijik kata-kata itu keluar dari lelaki sepertimu!"Ucap Ruby geram."Kita sudah putus!Jangan memanggilku dengan sebutan itu lagi,aku jijik mendengarkannya!!"Ucap Ruby dengan ekspresi jijiknya.Zack meraih tubuh Ruby dan memelukkan dengan erat."Lepas...!"Teriak Ruby berontak."Ijinkan aku memelukmu sayang,aku rindu sekali."Ucap Zack tetap memeluk Ruby meskipun Ruby berontak."Lepaskan aku!!!!"Teriak Ruby sembari menendang "Adik Kecil" Zack dengan dengkulnya.Za
Suasana menjadi begitu sejuk mendekati dingin,ingatan Ruby kembali ke beberapa waktu silam.Saat ia bertemu dengan seseorang yang sangat manly,yang menawarkan payungnya untuk ia pinjam.Kini seolah dejavu yang nyata.Pria itu berada di hadapan Ruby untuk yang kedua kalinya.Tatapan hangatnya sama sekali tidak berubah,desiran aneh berkecamuk di hati Ruby.Begitupun sebaliknya,pria di hadapannya pun tiba-tiba jadi salah tingkah saat Ruby menatap balik ke arahnya." Seperti kita pernah bertemu sebelumnya."Ucapan Ruby terdengar terbata.Pria bernama Bryan (ya sesuai tulisan di kartu ucapan) itu tersenyum tipis,"Ya,kita pernah bertemu di pantai Sandiego."Jawabnya dengan sumringah,nampak raut senang karena Ruby masih mengingatnya."Wow..."Ruby merasa takjub." Nampaknya dunia begitu sempit ya..."Lanjut Ruby lagi.Bryan tertawa,entah mengapa ia terlihat begitu bahagia dengan tawa dan senyum yang merekah."Atau mungkin takdir..."Sahut Bryan membuat Ruby tertegun.Menyadari sikap Ruby,Bryan sontak
"Masuklah,akan ku buatkan kau secangkir kopi"Ucap Ruby menyuruh Bryan masuk ke dalam tokonya.Brian menggeleng,"Ikut aku sebentar..."Ucap Bryan mengajak Ruby keluar malam itu.Lagi-lagi Ruby menuruti permintaan Bryan.Ia bergegas mengganti bajunya dan pergi bersama Bryan mengendarai motornya.Hembusan angin malam menemani mereka berdua malam itu,hingga sampailah Bryan ke tepian pantai Sandiego.Ruby lalu turun,dan berusaha melepaskan helmnya.Di ikuti Bryan yang juga turun dari motornya.Ia membantu Ruby melepas pengait helmnya."Terima kasih "Ucap Ruby lirih.Bryan tersenyum membalasnya."Jadi kau mengajakku kemari?"Tanya Ruby heran.Bryan mengangguk,"Tempat pertama kali kita bertemu."Ruby merasakan desiran indah saat Bryan mengatakan hal itu.Ini menjadi seperti sebuah memori yang tak terlupakan tanpa mereka sadari.Keduanya berjalan beriringan,melihat Ruby hampir terjatuh.Dengan sigap Bryan menggenggam tangan Ruby,jantung Ruby serasa mau copot.Lalu mereka duduk beralaskan pasir panta
Ia rebahkan tubuh langsingnya ke atas kasur,tangannya tak lepas menggenggam jemari Mario yang dingin.Daniela seolah masa bodo dengan kejadian kemarin malam.Matanya sudah terhipnotis ketampanan Mario,perasaannya di penuhi cinta yang ganas dan membabi buta. Sementara itu Mario terdiam di sampingnya,menatap langit-langit kamar Daniela.Ada sedikit rasa sesal di benaknya,mengapa ia begitu tega mengkhianati sahabatnya sendiri. Melihat Mario melamun,Daniela sontak bangun dari pembaringannya.Ia lalu berbisik sesuatu kepada laki-laki selingkuhannya itu. "Kau kenapa sayang? "Bisik Daniela dengan dengusan nafas yang sengaja ia hembuskan di sekitar leher Mario yang seketika meremang. Mario mengalihkan pandangannya ke Daniela,"Aku kepikiran soal Bryan,menurutmu apa kita sangat keterlaluan?"Tanya Mario di sertai raut wajah gusar. "Lupakan urusan dia,yang penting adalah kita berdua sekarang."Jawab Daniela acuh. "Dia sahabatku. " Hardik Mario. "Kalau kau menganggapnya sahabat sejak awal
"Ya Tuhan....kenapa sulit untukku memejamkan mata......"Gerutu kesal keluar dari mulut Bryan. Malam ini ia seperti terbayang-bayang wajah Ruby sejak pagi tadi. "Wanita itu sungguh menghipnotisku,ini gilaaaaaaaaaaaaaa....."Teriak Bryan sembari memukul dadanya. "Tidak tidak....,aku tidak boleh semudah itu jatuh cinta.Ini tidak mungkin,saat bersama Daniela aku butuh waktu beberapa bulan untuk yakin bahwa aku benar-benar mencintainya.Tetapi kenapa dengan Ruby hanya sebentar saja...."Ucap Bryan tak percaya dengan perasaannya sendiri. Bryan bangkit dari tempat tidurnya,ia mondar mandir kesana kemari.Sesekali ia raba dadanya dan merasakan ritme jantungnya tak beraturan. "Besok aku harus ke dokter,pasti ada yang salah dengan jantungku."Ucap Bryan merasa ada yang tidak beres dengan dirinya. Lalu ia kembali lagi berbaring di tempat tidurnya,kelimpang kelimpung di atas kasur.Sesekali mengucek matanya dan berusaha memejamkan matanya. "Apa mungkin aku terlalu banyak tidur?"Tanya Brya
"Lima tahun lagi kita menikah ya..."Ucap Zack sembari mengelus poni Ruby yang sedang duduk berhadapan dengannya. Ruby membalasnya dengan seutas senyuman,pikirannya berlarian dalam angan di masa depan.Ada sedikit rasa ragu terbersit di hatinya.Lima tahun bukan waktu yang singkat.Akankah semua berjalan seperti yang mereka harapkan? "Sayang...kok melamun?"Seru Zack membuyarkan lamunan Ruby. "Kenapa pertanyaanku tidak kau jawab?"Tanya Zack keheranan. "Lima tahun ya...?"Lanjut Ruby. Zack mengangguk,"Kenapa sayang?" "Semoga perasaan kita tetap sama,dan harapan kita tercapai sesuai yang kita mau ya..."Jawab Ruby membuat Zack menyadari ketidak yakinan kekasihnya. "Kau meragukan ku?"Tanya Zack. Ruby menatap kekasihnya dengan seksama,membuat Zack merasa tak enak hati. "Aku hanya takut sekali semua yang kita lakukan sia-sia,dan 5 tahun bukanlah waktu yang sebentar Zack..."Ucap Ruby dengan ekspresi wajah ragu. Zack rupanya sedikit tersinggung dengan ucapan Ruby,ekspresinya beru
Usai kejadian-kejadian yang menimpa Ruby,mengakibatkan dia jatuh sakit.Sejak ia bangun pagi tadi,badannya serasa lemas tak bertenaga.Ia tempelkan bahu tangannya ke keningnya,ia rasakan suhu panas yang sangat menyengat. "Huftt....sepertinya aku demam."Gumam Ruby dengan rasa tak nyaman di sekujur tubuhnya. Saat hendak bangun dari tempat tidurnya,tiba-tiba kakinya tak kuat untuk berpijak.Gubrakkkkkkk ia pun terjatuh ke lantai,rasanya sangat lemas sekali. Dengan sedikit tenaga yang masih tersisa,ia mencoba membuka matanya lalu bergumam,"Bry...yan....". Namun matanya terasa sangat berat,saat ia melihat langit-langit kamarnya seperti menggelap dan tiba-tiba ia merasa seperti sedang tertidur lelap. Sementara itu,Bryan semalaman terjaga dari tidurnya sebab memikirkan kejadian Ruby dan ibunya di toko.Ia semakin khawatir akan keadaan Ruby,ia pun mengingat kejadian di pantai.Dimana Ruby menangis sesenggukan.Bryan pun yakin,Ruby kali ini merasakan perasaan yang sama seperti malam itu.
Usai kejadian-kejadian yang menimpa Ruby,mengakibatkan dia jatuh sakit.Sejak ia bangun pagi tadi,badannya serasa lemas tak bertenaga.Ia tempelkan bahu tangannya ke keningnya,ia rasakan suhu panas yang sangat menyengat. "Huftt....sepertinya aku demam."Gumam Ruby dengan rasa tak nyaman di sekujur tubuhnya. Saat hendak bangun dari tempat tidurnya,tiba-tiba kakinya tak kuat untuk berpijak.Gubrakkkkkkk ia pun terjatuh ke lantai,rasanya sangat lemas sekali. Dengan sedikit tenaga yang masih tersisa,ia mencoba membuka matanya lalu bergumam,"Bry...yan....". Namun matanya terasa sangat berat,saat ia melihat langit-langit kamarnya seperti menggelap dan tiba-tiba ia merasa seperti sedang tertidur lelap. Sementara itu,Bryan semalaman terjaga dari tidurnya sebab memikirkan kejadian Ruby dan ibunya di toko.Ia semakin khawatir akan keadaan Ruby,ia pun mengingat kejadian di pantai.Dimana Ruby menangis sesenggukan.Bryan pun yakin,Ruby kali ini merasakan perasaan yang sama seperti malam itu.
"Lima tahun lagi kita menikah ya..."Ucap Zack sembari mengelus poni Ruby yang sedang duduk berhadapan dengannya. Ruby membalasnya dengan seutas senyuman,pikirannya berlarian dalam angan di masa depan.Ada sedikit rasa ragu terbersit di hatinya.Lima tahun bukan waktu yang singkat.Akankah semua berjalan seperti yang mereka harapkan? "Sayang...kok melamun?"Seru Zack membuyarkan lamunan Ruby. "Kenapa pertanyaanku tidak kau jawab?"Tanya Zack keheranan. "Lima tahun ya...?"Lanjut Ruby. Zack mengangguk,"Kenapa sayang?" "Semoga perasaan kita tetap sama,dan harapan kita tercapai sesuai yang kita mau ya..."Jawab Ruby membuat Zack menyadari ketidak yakinan kekasihnya. "Kau meragukan ku?"Tanya Zack. Ruby menatap kekasihnya dengan seksama,membuat Zack merasa tak enak hati. "Aku hanya takut sekali semua yang kita lakukan sia-sia,dan 5 tahun bukanlah waktu yang sebentar Zack..."Ucap Ruby dengan ekspresi wajah ragu. Zack rupanya sedikit tersinggung dengan ucapan Ruby,ekspresinya beru
"Ya Tuhan....kenapa sulit untukku memejamkan mata......"Gerutu kesal keluar dari mulut Bryan. Malam ini ia seperti terbayang-bayang wajah Ruby sejak pagi tadi. "Wanita itu sungguh menghipnotisku,ini gilaaaaaaaaaaaaaa....."Teriak Bryan sembari memukul dadanya. "Tidak tidak....,aku tidak boleh semudah itu jatuh cinta.Ini tidak mungkin,saat bersama Daniela aku butuh waktu beberapa bulan untuk yakin bahwa aku benar-benar mencintainya.Tetapi kenapa dengan Ruby hanya sebentar saja...."Ucap Bryan tak percaya dengan perasaannya sendiri. Bryan bangkit dari tempat tidurnya,ia mondar mandir kesana kemari.Sesekali ia raba dadanya dan merasakan ritme jantungnya tak beraturan. "Besok aku harus ke dokter,pasti ada yang salah dengan jantungku."Ucap Bryan merasa ada yang tidak beres dengan dirinya. Lalu ia kembali lagi berbaring di tempat tidurnya,kelimpang kelimpung di atas kasur.Sesekali mengucek matanya dan berusaha memejamkan matanya. "Apa mungkin aku terlalu banyak tidur?"Tanya Brya
Ia rebahkan tubuh langsingnya ke atas kasur,tangannya tak lepas menggenggam jemari Mario yang dingin.Daniela seolah masa bodo dengan kejadian kemarin malam.Matanya sudah terhipnotis ketampanan Mario,perasaannya di penuhi cinta yang ganas dan membabi buta. Sementara itu Mario terdiam di sampingnya,menatap langit-langit kamar Daniela.Ada sedikit rasa sesal di benaknya,mengapa ia begitu tega mengkhianati sahabatnya sendiri. Melihat Mario melamun,Daniela sontak bangun dari pembaringannya.Ia lalu berbisik sesuatu kepada laki-laki selingkuhannya itu. "Kau kenapa sayang? "Bisik Daniela dengan dengusan nafas yang sengaja ia hembuskan di sekitar leher Mario yang seketika meremang. Mario mengalihkan pandangannya ke Daniela,"Aku kepikiran soal Bryan,menurutmu apa kita sangat keterlaluan?"Tanya Mario di sertai raut wajah gusar. "Lupakan urusan dia,yang penting adalah kita berdua sekarang."Jawab Daniela acuh. "Dia sahabatku. " Hardik Mario. "Kalau kau menganggapnya sahabat sejak awal
"Masuklah,akan ku buatkan kau secangkir kopi"Ucap Ruby menyuruh Bryan masuk ke dalam tokonya.Brian menggeleng,"Ikut aku sebentar..."Ucap Bryan mengajak Ruby keluar malam itu.Lagi-lagi Ruby menuruti permintaan Bryan.Ia bergegas mengganti bajunya dan pergi bersama Bryan mengendarai motornya.Hembusan angin malam menemani mereka berdua malam itu,hingga sampailah Bryan ke tepian pantai Sandiego.Ruby lalu turun,dan berusaha melepaskan helmnya.Di ikuti Bryan yang juga turun dari motornya.Ia membantu Ruby melepas pengait helmnya."Terima kasih "Ucap Ruby lirih.Bryan tersenyum membalasnya."Jadi kau mengajakku kemari?"Tanya Ruby heran.Bryan mengangguk,"Tempat pertama kali kita bertemu."Ruby merasakan desiran indah saat Bryan mengatakan hal itu.Ini menjadi seperti sebuah memori yang tak terlupakan tanpa mereka sadari.Keduanya berjalan beriringan,melihat Ruby hampir terjatuh.Dengan sigap Bryan menggenggam tangan Ruby,jantung Ruby serasa mau copot.Lalu mereka duduk beralaskan pasir panta
Suasana menjadi begitu sejuk mendekati dingin,ingatan Ruby kembali ke beberapa waktu silam.Saat ia bertemu dengan seseorang yang sangat manly,yang menawarkan payungnya untuk ia pinjam.Kini seolah dejavu yang nyata.Pria itu berada di hadapan Ruby untuk yang kedua kalinya.Tatapan hangatnya sama sekali tidak berubah,desiran aneh berkecamuk di hati Ruby.Begitupun sebaliknya,pria di hadapannya pun tiba-tiba jadi salah tingkah saat Ruby menatap balik ke arahnya." Seperti kita pernah bertemu sebelumnya."Ucapan Ruby terdengar terbata.Pria bernama Bryan (ya sesuai tulisan di kartu ucapan) itu tersenyum tipis,"Ya,kita pernah bertemu di pantai Sandiego."Jawabnya dengan sumringah,nampak raut senang karena Ruby masih mengingatnya."Wow..."Ruby merasa takjub." Nampaknya dunia begitu sempit ya..."Lanjut Ruby lagi.Bryan tertawa,entah mengapa ia terlihat begitu bahagia dengan tawa dan senyum yang merekah."Atau mungkin takdir..."Sahut Bryan membuat Ruby tertegun.Menyadari sikap Ruby,Bryan sontak
Usai kejadian pahit itu,Ruby memilih lebih menyibukkan dirinya di toko Florist yang semakin hari semakin ramai pelanggan.Dengan semangat ia membuka pintu tokonya,namun pagi yang cerah itu membuatnya tiba-tiba mendung saat ia lihat sosok Zack berdiri di depan pintu."Ya Tuhan....mau apalagi kau!"Teriak Ruby merasa kesal karena kehadiran Zack."Sayang..."Seru Jack mengejar Ruby yang berlari masuk."Sayang...dengarkan aku dulu!"Pinta Zack sembari meraih bahu Ruby.Ruby menepis tangan Zack dari bahunya,"Jangan memanggilku sayang,aku jijik kata-kata itu keluar dari lelaki sepertimu!"Ucap Ruby geram."Kita sudah putus!Jangan memanggilku dengan sebutan itu lagi,aku jijik mendengarkannya!!"Ucap Ruby dengan ekspresi jijiknya.Zack meraih tubuh Ruby dan memelukkan dengan erat."Lepas...!"Teriak Ruby berontak."Ijinkan aku memelukmu sayang,aku rindu sekali."Ucap Zack tetap memeluk Ruby meskipun Ruby berontak."Lepaskan aku!!!!"Teriak Ruby sembari menendang "Adik Kecil" Zack dengan dengkulnya.Za
Derap langkah Ruby seolah mengisyaratkan ia sangat tergesa-gesa.Jantungnya berdegup kencang,nafasnya berderu.Dalam matanya setengah mengambang air mata yang sekuat tenaga ia tahan agar tidak terjatuh.Sebuah pintu yang berada tepat di depannya ia dobrak dengan sekuat tenaga.Brakkkkkkkkkkkkk!!!!Pintu terbuka dengan paksa,kedua sosok yang berada di dalam ruangan tersebut,berhambur karena rasa terkejutnya.Zack membelalak tajam saat tahu sosok yang mendobrak pintu itu adalah Ruby Jane,tangannya dengan sigap menutup kancing bajunya yang terbuka hampir mengekspos bagian perutnya yang bidang,sementara Rita pun tak kalah gugupnya dengan aksinya yang terpergok oleh kekasih Zack yaitu Ruby Jane.Tangan Rita pun berusaha merapikan kancing bajunya dan buru-buru memakai high heels yang tergeletak tak beraturan di lantai."Begini kelakuan kalian di belakangku!!!"Teriak Ruby hingga otot lehernya nampak jelas.Zack berlari ke arah Ruby,berusaha mengambil tangannya untuk ia genggam.Namun Ruby tampik.