Tak lama setelah pesan itu dikirim, Rizki sudah membalasnya lagi: "Siang ini aku ke sana."Alya agak kaget dengan balasan Rizki. Dia pun bertanya: "Kantor nggak sibuk?"Rizki menjawab: "Sibuk, sekarang aku masih rapat. Aku akan meluangkan waktu untuk pergi."Melihat ini, Alya tidak berkata apa-apa lagi dan hanya membalas: "Oke."Pria itu meluangkan waktu dari pekerjaan untuk mengunjungi neneknya di sanatorium, tidak ada lagi yang perlu Alya katakan....Sebuah rapat akhirnya selesai.Setelah menghabiskan berjam-jam di ruang rapat, para eksekutif yang mendengar mulut tajam Rizki melangkah keluar dengan wajah pucat. Semua orang saling memandang dengan suram.Kemudian, mereka saling menggelengkan kepala, menghela napas, lalu pergi.Rizki meluruskan dasinya dan mengecek waktu di jam tangannya.Jika saat ini dia pergi ke sanatorium, waktunya seharusnya cukup.Dengan wajah datar Rizki pun keluar dari ruang rapat.Sebuah sosok bergaun putih dengan rambut panjang tergerai, tiba-tiba melangkah
"A ... Apa?"Hana tidak memercayai apa yang baru saja didengarnya.Pada dasarnya bukan ini yang dia inginkan.Yang dia inginkan adalah, karena dia sudah membuatkan Rizki makan siang yang penuh cinta, setelah masuk ke dalam dia akan menunjukkan jarinya yang terluka akibat memasak. Kemudian, setelah Rizki mengetahuinya, pria itu tidak hanya akan tersentuh olehnya, tetapi juga mengkhawatirkannya.Kemudian, mereka bisa berduaan di dalam kantor dan mempererat hubungan mereka.Tidak seperti sekarang ini ....Hana tidak mau, tetapi dia hanya bisa tersenyum dengan canggung dan berkata, "Rizki, kamu ada urusan apa? Kalau nggak lama, aku bisa menunggu di dalam kantormu.""Maaf, Hana. Akan pergi cukup lama, kamu pulang dulu saja.""Aku ...."Sang asisten sudah menghampiri Hana. "Nona Hana, ayo."Hana terdiam.Karena tidak mau, dia pun menggigit bibirnya dan menoleh menatap Rizki dengan mata agak memerah.Bagaimana kalau seperti ini?Apa dia tetap tidak akan peduli?Akan tetapi, Rizki sama sekali
"Nona Hana, saya nggak bisa menerima imbalan tanpa melakukan apa pun."Hana tak bisa berkata-kata.Dia sangat marah.Akhirnya Hana diantar pulang oleh asisten itu....Di sanatorium.Rizki tiba tepat pada waktunya.Begitu dia melangkah masuk ke sanatorium dan melihat Alya beristirahat di kaki neneknya, ketegangan yang dia rasakan sebelumnya seketika menghilang.Mendengar suaranya, Wulan pun melihat ke arah Rizki.Wulan dan cucu itu bertukar pandangan. Kemudian, sang nenek mengisyaratkan cucunya untuk tidak berisik.Melihat ini, Rizki menyadari bahwa Alya telah tertidur di kaki neneknya.Karena kaki Wulan sedang tidak sehat, Rizki pun menghampirinya, membungkuk, lalu perlahan menggendong Alya dan menempatkannya di sebuah tempat tidur kecil di samping.Sepertinya Alya tertidur dengan sangat nyenyak, dia tidak sadar ketika dirinya digendong oleh Rizki. Bahkan saat kepalanya menyentuh bantal, tanpa sadar dia meringkuk dan memeluk selimutnya. Kemudian, dia melanjutkan tidurnya.Melihat pena
Mendengarkan cerita ....Benar, Alya ingat.Dia jelas sedang mendengarkan cerita masa muda Nenek, dia bahkan cukup tertarik dengan ceritanya. Namun, entah kenapa, tiba-tiba dia mengantuk.Dia tidak enak hari untuk menyela sang nenek, jadi dia hanya bisa memaksa dirinya untuk tetap bangun dan terus mendengarkan.Sementara mengenai kapan dia tertidur, dia sendiri juga tidak ingat.Mengingat hal ini, Alya pun menyalahkan dirinya."Aku nggak bermaksud untuk tidur, apa Nenek akan memarahiku?""Nenek sangat menyukaimu, jadi menurutmu?"Rizki menceritakan bahwa setelah dia tiba, Nenek enggan membiarkannya membangunkan Alya.Setelah mendengar cerita Rizki, Alya menatap ke bawah dan tertawa kecil."Benar juga."Alya yang baru bangun terlihat sangat memesona dan polos. Melihatnya yang seperti ini, Rizki tanpa sadar menyentil kening Alya. "Apa yang kamu pikirkan seharian ini?"Alya tercengang. Dia tadinya sedikit mengantuk, tetapi sekarang dia sudah benar-benar bangun. Dia menyentuh keningnya dan
Dia hanya berharap pada saat waktunya tiba, Nenek dapat menerima keputusan ini dengan tenang.Setelah Nenek selesai menjalani pemeriksaan dan kembali, dia menanyakan keberadaan cucunya. Alya menjelaskan bahwa Rizki sudah kembali untuk bekerja, Wulan pun mengangguk dengan penuh pengertian.Dia bahkan berkata, "Kalau bukan karena kamu di sini, aku rasa dia nggak akan sengaja datang siang-siang."Perkataan sang nenek membuat Alya tercengang.Benarkah? Apakah pria itu sengaja datang karena dia ada di sini?Namun, di dalam hati, Alya menggelengkan kepala dan membantahnya.Apakah Rizki datang ke sini untuknya atau tidak, itu tidak penting. Pada akhirnya mereka tetap akan bercerai.Jadi perkembangan ini sama sekali tidak ada artinya....Ketika kembali ke kantor, raut wajah Rizki tampak buruk.Dia menahan napasnya di perjalanan. Begitu masuk ke kantornya, dia segera melepas jas hitamnya dan melemparnya ke sofa.Asisten yang mengikuti di belakangnya pun terkejut. Dia ragu apakah dia harus kelu
"Kamu sangat nganggur ya? Apa sekarang kamu berkerja jadi pengantar makanan? Kalau ingin ganti ...."Tiba-tiba perkataannya terhenti. Rizki menyadari kata kunci yang tadi disebutkan oleh sang asisten, yaitu "Bu Alya"."Barusan kamu bilang apa? Bu Alya?"Sang asisten mengangguk tanpa ekspresi. "Benar, itulah yang dikatakan oleh pengantar makanannya."Tepat setelah mengatakan itu, ponsel Rizki menerima pesan teks dari Alya."Nenek bilang kamu belum makan, jadi aku memesankanmu makanan. Restorannya baru saja memberitahuku bahwa makanannya sudah diantar, apa kamu sudah menerimanya?"Setelah melihat pesan ini, amarah dan ekspresi buruk Rizki pun mereda. Namun dia masih dengan keras kepala berkata, "Bukankah dia sengaja menghindariku? Untuk apa berpura-pura begini?"Setelah itu, Rizki melirik asistennya."Bawa makanan itu masuk.""Oh."Sang asisten pun membawa masuk tas itu dan menaruhnya di atas meja, di samping makan siang penuh cinta yang dibuat oleh Hana. Dilihat bagaimanapun juga, kotak
Sampai di sini, Lutfi tampak teringat sesuatu dan berkata, "Menurut semua orang rasanya enak.""Apa ...."Begitu mendengar perkataan Lutfi, Hana hampir tidak dapat mempertahankan senyum di wajahnya.Tadinya dia memang berencana memberikan makanan itu pada Lutfi. Dia kira Rizki akan terlalu sibuk untuk kembali, jadi dia berikan saja bekal itu pada asistennya.Namun, dia tidak menduga Rizki akan kembali lagi.Akan tetapi, Rizki tidak memakan masakannya. Bahkan ... pria itu membaginya dengan sang asisten dan para karyawan.Dalam sekejap, Hana merasa niatnya telah diinjak-injak."Nona Hana, ada apa?" Lutfi memandang Hana yang berdiri di depannya. "Apa Anda nggak apa-apa?"Hana pun tersadar dari lamunannya. Dia memaksa dirinya untuk tersenyum dan menggelengkan kepalanya."Nggak apa-apa. Kalau begitu, aku pergi menemui Rizki dulu.""Baik, Nona Hana."Melihat Hana pergi ke kantor atasannya, senyum di wajah Lutfi pun tak terlihat lagi.Tok tok."Masuk."Terdengar suara yang dingin dari dalam k
Selama dia bisa melakukannya ....Hana hampir mengatakan permintaannya pada Rizki, tetapi begitu kata-katanya mencapai ujung lidah, dia menelannya kembali.Dia tidak bisa mengatakannya sekarang, dia harus tetap tenang.Jadi, dia pun mengubah topik pembicaraan dan menanyakan kondisi Wulan."Setelah kembali dari luar negeri, sampai sekarang aku belum sempat mengunjungi nenekmu. Kalau bisa, beberapa hari lagi aku ingin mengunjunginya. Bagaimana?"Rizki mengerutkan kening dan menolaknya."Tunggu sebentar lagi, aku khawatir itu akan memengaruhi kondisi Nenek."Senyum tipis muncul di bibir Hana. Hasilnya masih sama. Entah kenapa, sepertinya Wulan tidak menyukai dirinya.Karena dia adalah penyelamat Rizki, Wulan masih bersikap sopan padanya. Namun, sikap wanita tua itu terlalu sopan, terlalu formal. Wanita tua itu semata-mata memperlakukannya sebagai seorang penyelamat.Sebaliknya, Wulan memperlakukan Alya seperti cucunya sendiri.Hal ini sempat membuat Hana kesal.Akhirnya, Hana hanya bisa m