Ternyata, Hana juga telah meminum obat itu. Setelah dia keluar dan mengejar Rizki kemarin, efek obat itu mulai bekerja saat dia sedang sendiri di jalan. Kemudian, dia bertemu dengan seorang pria yang berada di dekat sana. Melihatnya berjalan terhuyung-huyung, pria itu mengira dia sedang mabuk. Pria itu pun dengan baik hati menghampirinya, menawarkan untuk mengantarnya pulang. Akan tetapi begitu pria itu mendekat untuk membantunya, Hana malah langsung menempel pada pria tersebut.Setelah itu, mereka berdua menyewa kamar bersama. Ketika Hana tersadar, dia sudah terlalu terlambat untuk menyesalinya.Dia menelepon orang tuanya, berharap kejadian ini bisa ditekan supaya tidak menyebar. Namun, ternyata, pria yang terlibat dengannya ini adalah seorang tokoh penting di Kota Juwana. Pria ini baru saja kembali dari luar negeri dan mau bertanggung jawab atas Hana.Orang tua Hana tidak berada di Kota Juwana, jadi mereka hanya bisa menyuruh sepupu mereka untuk memeriksa situasi terlebih dahulu. Nam
Ada banyak hal yang tidak berani dia katakan sebelumnya, tetapi selama hal tersebut bersangkutan dengan Alya, Cahya akan mengambil kesempatan untuk mengatakan semuanya.Contohnya seperti sekarang, dia mempertanyakan kemampuan Pak Rizki sebagai seorang pria. Akan tetapi, Rizki hanya bertanya apakah dia mau dipukul dan hanya itu saja.Biasanya, dia pasti sudah kehilangan bonus akhir tahunnya dan lain-lain. Namun, sekarang ....Cahya teringat sesuatu, sikap main-mainnya seketika menghilang dan dia menjadi serius."Mengenai Nona Hana, bagaimana Pak Rizki berencana menanganinya?"Saat ini, Cahya membetulkan posisi kacamatanya dan melanjutkan, "Sebenarnya kalau dilihat dari situasi saat ini, tanpa melakukan apa-apa pun, Nona Hana seharusnya nggak akan berani menempel pada Pak Rizki lagi. Beritanya sudah tersebar, pria yang terlibat dengannya itu juga sudah mengumumkan bahwa dia akan bertanggung jawab. Sepertinya, perusahaan keluarga pria itu menyadari sumber daya dan koneksi yang dimiliki Ke
Sampai di sini, Raisa pun melirik ke dalam."Kalau kita membicarakan tentang siapa yang menyakiti siapa, sebagai orang tua, aku rasa anakkulah yang disakiti oleh Nona Hana. Hanya karena Nona Hana adalah anak perempuan, bukan artinya dia bisa lepas dari tanggung jawabnya, 'kan? Tentu saja, aku ini orang tua yang berpikiran terbuka. Kedua anak kita sudah dewasa, mereka pasti punya pikiran mereka sendiri dalam melakukan sesuatu. Kalau mereka saling suka dan mau menjadi kekasih, maka aku nggak akan menolaknya."Mendengar hal ini, raut wajah Tesa pun menjadi masam.Sejak Keluarga Adelia memiliki koneksi dengan Keluarga Saputra, status dan posisi mereka telah meningkat drastis. Dalam tahun-tahun terakhir ini, setiap Tesa menghadiri sebuah acara, tidak ada orang yang berani menatap wajahnya secara langsung. Kecuali saat dia harus menundukkan kepalanya di depan Sinta, semua orang memujanya.Namun, tanpa diduga, saat ini dia malah diceramahi oleh seorang wanita yang bahkan bisnis keluarganya ti
Begitu mendengar bahwa dia tidak akan bisa menikahi Rizki dan harus melihat Rizki bahagia bersama wanita lain, Hana akhirnya menangis dan menjelaskan apa yang terjadi semalam.Ekspresi Tesa yang sudah suram pun menjadi makin seram setelah mendengar penjelasan Hana."Aku kira kamu gagal memberinya obat, tapi ternyata kamu berhasil dan masih membiarkannya kabur? Sebenarnya bagaimana kamu melakukannya? Selama ini kamu bahkan nggak bisa mendapatkan seorang pria?""Ibu ... aku juga nggak ingin jadi seperti ini, tapi aku bahkan nggak tahu bagaimana dia bisa mengetahuinya. Tiba-tiba, dia langsung kabur. Semalam dia pasti pergi menemui Alya. Sekarang aku harus bagaimana? Aku nggak ingin bersama dengan Hanif itu, aku hanya mencintai Rizki."Mendengar ini, Tesa menatap putrinya dengan kekecewaan yang mendalam."Jangan khawatir, aku pasti nggak akan membiarkanmu bersama dengan Hanif itu."Demi Keluarga Adelia, orang yang harus Hana nikahi adalah Rizki.Tesa merapatkan bibirnya dan mengeraskan hat
Mendengar ini, Alya langsung membalas, "Sebelum perusahaan berkembang, tiap uang yang dihemat adalah uang yang didapatkan.""Ck." Angga mengejek, "Berhemat dariku? Bos, kamu terlalu kejam."Alya tersenyum dan berkata, "Hmm, begitu perusahaan berkembang, aku pasti akan mengingat kontribusi Pak Angga.""Oke, aku akan menurut saja dan menunggu hari saat perusahaan ini berkembang."Dari luar, Alya memang terlihat bercanda dengannya. Begitu rapat dimulai, Alya masih membuat beberapa poin yang tajam, tetapi dia secara tidak sadar mulai melamun. Awalnya masih tidak apa-apa, tetapi setelah beberapa kali, semua orang pun mulai menyadarinya.Setelah rapat selesai, Angga bertanya padanya, "Ada apa? Saat rapat kamu terus-terusan melamun?"Alya menggeleng. "Nggak apa-apa.""Bos, bagaimana kalau kamu ambil cuti?"Cuti?Alya tersenyum tak berdaya. "Sejak kamu bergabung dengan perusahaan, aku sudah mengambil banyak cuti. Kalau aku cuti lagi, apa perusahaan ini masih akan bisa berjalan?""Kamu 'kan bos
Setelah mendengar berita ini, beberapa sosialita mulai berdiskusi panas di dalam kelompok mereka."Bunuh diri yang nggak berhasil? Penyelamatan yang tepat waktu? Nggak jelas apakah dia benar-benar ingin bunuh diri atau nggak.""Menurutku dia hanya ingin cari simpati untuk cuci tangan, dia hanya nggak mau mengakui kalau malam itu memang terjadi sesuatu. Kalau nggak, kenapa dia masih berharap untuk menikahi Keluarga Saputra.""Ya, Pak Rizki sudah lama bercerai. Kalau Hana memang bisa menikahinya, pasti dia sudah lama menikah, untuk apa menunggu sampai sekarang? Kalau aku adalah Hana, aku pasti sudah lama menyerah mengejar Rizki. Aku akan tetap menjadi penyelamatnya saja, lalu mencari seorang pria yang hanya mencintaiku. Bukankah itu lebih baik?""Bicara saja sih gampang, masalahnya pria ini adalah Rizki Saputra. Kalau kamu punya kesempatan untuk menghabiskan hidupmu dengan pria seperti Rizki, pria lain akan terlihat biasa saja."Setelah kalimat ini dijatuhkan, semua orang pun terdiam. Ta
Di bawah intimidasi ini, Indro pun tidak berani berbicara lagi dan keluar dari kamar rawat dengan murung.Setelah dia pergi, Hana menunduk dan berkata dengan sedih, "Ibu, haruskah aku mendengarkan Ayah dan berhenti mengejarnya?""Jangan dengarkan ayahmu, dia sama sekali nggak mengerti hati seorang pria. Hana, mendapatkan Rizki merupakan kesempatan yang sangat langka untukmu. Nggak ada yang menyelamatkan Rizki, hanya kamu, hanya kamulah yang menyelamatkan nyawanya. Jadi kamu akan selalu menjadi yang paling spesial untuknya. Saat dia datang, ancam dia dengan nyawamu, buat dia menikahimu atau kamu akan bunuh diri di hadapannya.""Tapi ... apakah dia akan mendengarkan?"Tesa mencibir, "Kecuali dia mau menjadi orang yang nggak tahu terima kasih, dia pasti akan peduli."Hana menggigit bibirnya."Percayalah pada ibumu. Ini kesempatanmu satu-satunya, paksa dia untuk menikahimu. Meskipun dia marah padamu, begitu kalian menikah, kamu tinggal menangkan hatinya kembali, 'kan? Begitulah pria. Begit
Mendengar bahwa suami istri ini kembali karena dipanggil Rizki, Hana pun menjadi khawatir.Mungkinkah pagi ini Rizki sudah mengetahui situasinya? Namun, jika dipikirkan lagi, itu memang tidak mustahil. Hanya saja ... saat ini Rizki tidak mau menemuinya. Sejak kejadian itu, Rizki sama sekali tidak mengangkat teleponnya, bahkan Rizki buru-buru memanggil orang tuanya kembali dari luar negeri. Dilihat bagaimanapun, Rizki sepertinya bukan ingin menangani masalah ini, sebaliknya pria itu ingin menangani kejadian semalam ....Memikirkan kemungkinan ini, Hana pun menjadi agak panik. Dia hanya bisa menempel pada Sinta dan menangisi penderitaannya, memohon pada Sinta untuk memercayainya.Sinta menghiburnya sejenak sebelum akhirnya pergi meninggalkan kamar rawat tersebut.Setelah meninggalkan rumah sakit, Reza dan Sinta duduk di dalam mobil."Bagaimana bisa masalahnya sampai seperti ini?"Reza mengerutkan alisnya, lalu begitu Sinta naik ke mobil dia pun menanyai istrinya.Akan tetapi, ekspresi Si