Begitu mendengar bahwa dia tidak akan bisa menikahi Rizki dan harus melihat Rizki bahagia bersama wanita lain, Hana akhirnya menangis dan menjelaskan apa yang terjadi semalam.Ekspresi Tesa yang sudah suram pun menjadi makin seram setelah mendengar penjelasan Hana."Aku kira kamu gagal memberinya obat, tapi ternyata kamu berhasil dan masih membiarkannya kabur? Sebenarnya bagaimana kamu melakukannya? Selama ini kamu bahkan nggak bisa mendapatkan seorang pria?""Ibu ... aku juga nggak ingin jadi seperti ini, tapi aku bahkan nggak tahu bagaimana dia bisa mengetahuinya. Tiba-tiba, dia langsung kabur. Semalam dia pasti pergi menemui Alya. Sekarang aku harus bagaimana? Aku nggak ingin bersama dengan Hanif itu, aku hanya mencintai Rizki."Mendengar ini, Tesa menatap putrinya dengan kekecewaan yang mendalam."Jangan khawatir, aku pasti nggak akan membiarkanmu bersama dengan Hanif itu."Demi Keluarga Adelia, orang yang harus Hana nikahi adalah Rizki.Tesa merapatkan bibirnya dan mengeraskan hat
Mendengar ini, Alya langsung membalas, "Sebelum perusahaan berkembang, tiap uang yang dihemat adalah uang yang didapatkan.""Ck." Angga mengejek, "Berhemat dariku? Bos, kamu terlalu kejam."Alya tersenyum dan berkata, "Hmm, begitu perusahaan berkembang, aku pasti akan mengingat kontribusi Pak Angga.""Oke, aku akan menurut saja dan menunggu hari saat perusahaan ini berkembang."Dari luar, Alya memang terlihat bercanda dengannya. Begitu rapat dimulai, Alya masih membuat beberapa poin yang tajam, tetapi dia secara tidak sadar mulai melamun. Awalnya masih tidak apa-apa, tetapi setelah beberapa kali, semua orang pun mulai menyadarinya.Setelah rapat selesai, Angga bertanya padanya, "Ada apa? Saat rapat kamu terus-terusan melamun?"Alya menggeleng. "Nggak apa-apa.""Bos, bagaimana kalau kamu ambil cuti?"Cuti?Alya tersenyum tak berdaya. "Sejak kamu bergabung dengan perusahaan, aku sudah mengambil banyak cuti. Kalau aku cuti lagi, apa perusahaan ini masih akan bisa berjalan?""Kamu 'kan bos
Setelah mendengar berita ini, beberapa sosialita mulai berdiskusi panas di dalam kelompok mereka."Bunuh diri yang nggak berhasil? Penyelamatan yang tepat waktu? Nggak jelas apakah dia benar-benar ingin bunuh diri atau nggak.""Menurutku dia hanya ingin cari simpati untuk cuci tangan, dia hanya nggak mau mengakui kalau malam itu memang terjadi sesuatu. Kalau nggak, kenapa dia masih berharap untuk menikahi Keluarga Saputra.""Ya, Pak Rizki sudah lama bercerai. Kalau Hana memang bisa menikahinya, pasti dia sudah lama menikah, untuk apa menunggu sampai sekarang? Kalau aku adalah Hana, aku pasti sudah lama menyerah mengejar Rizki. Aku akan tetap menjadi penyelamatnya saja, lalu mencari seorang pria yang hanya mencintaiku. Bukankah itu lebih baik?""Bicara saja sih gampang, masalahnya pria ini adalah Rizki Saputra. Kalau kamu punya kesempatan untuk menghabiskan hidupmu dengan pria seperti Rizki, pria lain akan terlihat biasa saja."Setelah kalimat ini dijatuhkan, semua orang pun terdiam. Ta
Di bawah intimidasi ini, Indro pun tidak berani berbicara lagi dan keluar dari kamar rawat dengan murung.Setelah dia pergi, Hana menunduk dan berkata dengan sedih, "Ibu, haruskah aku mendengarkan Ayah dan berhenti mengejarnya?""Jangan dengarkan ayahmu, dia sama sekali nggak mengerti hati seorang pria. Hana, mendapatkan Rizki merupakan kesempatan yang sangat langka untukmu. Nggak ada yang menyelamatkan Rizki, hanya kamu, hanya kamulah yang menyelamatkan nyawanya. Jadi kamu akan selalu menjadi yang paling spesial untuknya. Saat dia datang, ancam dia dengan nyawamu, buat dia menikahimu atau kamu akan bunuh diri di hadapannya.""Tapi ... apakah dia akan mendengarkan?"Tesa mencibir, "Kecuali dia mau menjadi orang yang nggak tahu terima kasih, dia pasti akan peduli."Hana menggigit bibirnya."Percayalah pada ibumu. Ini kesempatanmu satu-satunya, paksa dia untuk menikahimu. Meskipun dia marah padamu, begitu kalian menikah, kamu tinggal menangkan hatinya kembali, 'kan? Begitulah pria. Begit
Mendengar bahwa suami istri ini kembali karena dipanggil Rizki, Hana pun menjadi khawatir.Mungkinkah pagi ini Rizki sudah mengetahui situasinya? Namun, jika dipikirkan lagi, itu memang tidak mustahil. Hanya saja ... saat ini Rizki tidak mau menemuinya. Sejak kejadian itu, Rizki sama sekali tidak mengangkat teleponnya, bahkan Rizki buru-buru memanggil orang tuanya kembali dari luar negeri. Dilihat bagaimanapun, Rizki sepertinya bukan ingin menangani masalah ini, sebaliknya pria itu ingin menangani kejadian semalam ....Memikirkan kemungkinan ini, Hana pun menjadi agak panik. Dia hanya bisa menempel pada Sinta dan menangisi penderitaannya, memohon pada Sinta untuk memercayainya.Sinta menghiburnya sejenak sebelum akhirnya pergi meninggalkan kamar rawat tersebut.Setelah meninggalkan rumah sakit, Reza dan Sinta duduk di dalam mobil."Bagaimana bisa masalahnya sampai seperti ini?"Reza mengerutkan alisnya, lalu begitu Sinta naik ke mobil dia pun menanyai istrinya.Akan tetapi, ekspresi Si
Sebelumnya tiap berpikir seperti itu, Sinta selalu merasa bersalah. Berpikir bahwa isi hatinya terlalu gelap. Dia tidak pernah menduga bahwa ternyata ada alasan di balik semua itu.Saat ini, Reza yang biasanya tenang tiba-tiba berkata, "Sebenarnya, kamu nggak perlu merasa berutang padanya. Sejak dia menyelamatkan nyawamu, selama bertahun-tahun, Keluarga Saputra sudah sering menolong mereka di belakang layar. Tanpa bantuan kita, Keluarga Adelia nggak akan bisa jadi seperti sekarang, mereka pasti sudah lama bangkrut dan menghilang.""Benar, proyek terakhir yang diambil ayahnya Hana hampir membuat perusahaannya bangkrut. Untungnya, ayahmu menyelamatkan mereka. Di belakang layar, Keluarga Adelia telah menggunakan nama Keluarga Saputra dengan berbagai cara. Meskipun semua hal itu nggak sebanding dengan nyawamu, keluarga kita sudah melakukan lebih dari cukup untuk Keluarga Adelia. Dengan menawarkan mereka beberapa keuntungan dan berdiskusi, nggak mustahil untuk memutus hubungan dengan mereka
Mendengar nama Alya saja sudah membuatnya sesenang ini. Jika Rizki memberi tahu ibunya bahwa Alya juga telah melahirkan dua orang anak, apakah ibunya akan jadi makin senang?Akan tetapi, untuk saat ini Rizki tidak akan memberi tahu informasi ini kepada kedua orang tuanya.Lagi pula ... sekarang Alya masih belum mau menerimanya.Alya masih takut dia akan merebut anak-anaknya. Kemudian mengingat sifat ibunya, kalau ibunya sampai tahu mengenai keberadaan kedua anak itu, ibunya pasti akan senang bukan kepalang.Jika ibunya sampai tahu mengenai kedua anak itu dan ingin menemui mereka, kemungkinan besar Rizki tidak akan bisa menghentikan ibunya.Antusiasme ibunya pasti akan menakuti Alya.Jadi, sebaiknya hal ini dia rahasiakan dulu saja.Namun, jelas bahwa kalimat yang dikatakan Rizki tadi telah membuat ibunya curiga. "Kenapa aku bisa terlalu semangat sampai nggak bisa tidur? Memangnya ada berita baik apa? Apa kamu dan dia sudah balikan?"Rizki tak bisa berkata-kata.Dia bahkan belum sempat
Tadinya Tesa kira percobaan bunuh diri ini akan memancing simpati Rizki, tetapi sekarang, ternyata semuanya sia-sia.Hana memandang ibunya dengan muram."Ibu, bukankah Ibu bilang cara ini pasti akan berhasil? Tapi sekarang Rizki sama sekali nggak mengangkat telepon kita. Apa dia sudah benar-benar membuangku? Apa dia nggak mau lagi melihatku?"Tesa menggigit bibirnya. "Aku nggak menyangka kalau Rizki sekeras kepala ini.""Ini semua salah Ibu."Hana mulai menangis tersedu-sedu. "Kalau Ibu nggak memberiku ide untuk memberinya obat, semuanya nggak akan jadi seperti ini. Aku masih bisa berada di sisinya ...."Penampilan Hana yang menyedihkan membuat Tesa sangat kesal, putrinya ini bahkan sampai menyalahkannya. Dia menyipitkan mata dan memaki, "Kalau kamu bisa sedikit lebih berguna, apa aku akan memberimu ide itu? Kenapa nggak salahkan saja dirimu sendiri? Kamu sudah memegangnya di tanganmu, tapi kamu malah membiarkannya kabur. Jelas-jelas kamu sendiri yang nggak becus, tapi kamu malah menya