Sampai di sini, Raisa pun melirik ke dalam."Kalau kita membicarakan tentang siapa yang menyakiti siapa, sebagai orang tua, aku rasa anakkulah yang disakiti oleh Nona Hana. Hanya karena Nona Hana adalah anak perempuan, bukan artinya dia bisa lepas dari tanggung jawabnya, 'kan? Tentu saja, aku ini orang tua yang berpikiran terbuka. Kedua anak kita sudah dewasa, mereka pasti punya pikiran mereka sendiri dalam melakukan sesuatu. Kalau mereka saling suka dan mau menjadi kekasih, maka aku nggak akan menolaknya."Mendengar hal ini, raut wajah Tesa pun menjadi masam.Sejak Keluarga Adelia memiliki koneksi dengan Keluarga Saputra, status dan posisi mereka telah meningkat drastis. Dalam tahun-tahun terakhir ini, setiap Tesa menghadiri sebuah acara, tidak ada orang yang berani menatap wajahnya secara langsung. Kecuali saat dia harus menundukkan kepalanya di depan Sinta, semua orang memujanya.Namun, tanpa diduga, saat ini dia malah diceramahi oleh seorang wanita yang bahkan bisnis keluarganya ti
Begitu mendengar bahwa dia tidak akan bisa menikahi Rizki dan harus melihat Rizki bahagia bersama wanita lain, Hana akhirnya menangis dan menjelaskan apa yang terjadi semalam.Ekspresi Tesa yang sudah suram pun menjadi makin seram setelah mendengar penjelasan Hana."Aku kira kamu gagal memberinya obat, tapi ternyata kamu berhasil dan masih membiarkannya kabur? Sebenarnya bagaimana kamu melakukannya? Selama ini kamu bahkan nggak bisa mendapatkan seorang pria?""Ibu ... aku juga nggak ingin jadi seperti ini, tapi aku bahkan nggak tahu bagaimana dia bisa mengetahuinya. Tiba-tiba, dia langsung kabur. Semalam dia pasti pergi menemui Alya. Sekarang aku harus bagaimana? Aku nggak ingin bersama dengan Hanif itu, aku hanya mencintai Rizki."Mendengar ini, Tesa menatap putrinya dengan kekecewaan yang mendalam."Jangan khawatir, aku pasti nggak akan membiarkanmu bersama dengan Hanif itu."Demi Keluarga Adelia, orang yang harus Hana nikahi adalah Rizki.Tesa merapatkan bibirnya dan mengeraskan hat
Mendengar ini, Alya langsung membalas, "Sebelum perusahaan berkembang, tiap uang yang dihemat adalah uang yang didapatkan.""Ck." Angga mengejek, "Berhemat dariku? Bos, kamu terlalu kejam."Alya tersenyum dan berkata, "Hmm, begitu perusahaan berkembang, aku pasti akan mengingat kontribusi Pak Angga.""Oke, aku akan menurut saja dan menunggu hari saat perusahaan ini berkembang."Dari luar, Alya memang terlihat bercanda dengannya. Begitu rapat dimulai, Alya masih membuat beberapa poin yang tajam, tetapi dia secara tidak sadar mulai melamun. Awalnya masih tidak apa-apa, tetapi setelah beberapa kali, semua orang pun mulai menyadarinya.Setelah rapat selesai, Angga bertanya padanya, "Ada apa? Saat rapat kamu terus-terusan melamun?"Alya menggeleng. "Nggak apa-apa.""Bos, bagaimana kalau kamu ambil cuti?"Cuti?Alya tersenyum tak berdaya. "Sejak kamu bergabung dengan perusahaan, aku sudah mengambil banyak cuti. Kalau aku cuti lagi, apa perusahaan ini masih akan bisa berjalan?""Kamu 'kan bos
Setelah mendengar berita ini, beberapa sosialita mulai berdiskusi panas di dalam kelompok mereka."Bunuh diri yang nggak berhasil? Penyelamatan yang tepat waktu? Nggak jelas apakah dia benar-benar ingin bunuh diri atau nggak.""Menurutku dia hanya ingin cari simpati untuk cuci tangan, dia hanya nggak mau mengakui kalau malam itu memang terjadi sesuatu. Kalau nggak, kenapa dia masih berharap untuk menikahi Keluarga Saputra.""Ya, Pak Rizki sudah lama bercerai. Kalau Hana memang bisa menikahinya, pasti dia sudah lama menikah, untuk apa menunggu sampai sekarang? Kalau aku adalah Hana, aku pasti sudah lama menyerah mengejar Rizki. Aku akan tetap menjadi penyelamatnya saja, lalu mencari seorang pria yang hanya mencintaiku. Bukankah itu lebih baik?""Bicara saja sih gampang, masalahnya pria ini adalah Rizki Saputra. Kalau kamu punya kesempatan untuk menghabiskan hidupmu dengan pria seperti Rizki, pria lain akan terlihat biasa saja."Setelah kalimat ini dijatuhkan, semua orang pun terdiam. Ta
Di bawah intimidasi ini, Indro pun tidak berani berbicara lagi dan keluar dari kamar rawat dengan murung.Setelah dia pergi, Hana menunduk dan berkata dengan sedih, "Ibu, haruskah aku mendengarkan Ayah dan berhenti mengejarnya?""Jangan dengarkan ayahmu, dia sama sekali nggak mengerti hati seorang pria. Hana, mendapatkan Rizki merupakan kesempatan yang sangat langka untukmu. Nggak ada yang menyelamatkan Rizki, hanya kamu, hanya kamulah yang menyelamatkan nyawanya. Jadi kamu akan selalu menjadi yang paling spesial untuknya. Saat dia datang, ancam dia dengan nyawamu, buat dia menikahimu atau kamu akan bunuh diri di hadapannya.""Tapi ... apakah dia akan mendengarkan?"Tesa mencibir, "Kecuali dia mau menjadi orang yang nggak tahu terima kasih, dia pasti akan peduli."Hana menggigit bibirnya."Percayalah pada ibumu. Ini kesempatanmu satu-satunya, paksa dia untuk menikahimu. Meskipun dia marah padamu, begitu kalian menikah, kamu tinggal menangkan hatinya kembali, 'kan? Begitulah pria. Begit
Mendengar bahwa suami istri ini kembali karena dipanggil Rizki, Hana pun menjadi khawatir.Mungkinkah pagi ini Rizki sudah mengetahui situasinya? Namun, jika dipikirkan lagi, itu memang tidak mustahil. Hanya saja ... saat ini Rizki tidak mau menemuinya. Sejak kejadian itu, Rizki sama sekali tidak mengangkat teleponnya, bahkan Rizki buru-buru memanggil orang tuanya kembali dari luar negeri. Dilihat bagaimanapun, Rizki sepertinya bukan ingin menangani masalah ini, sebaliknya pria itu ingin menangani kejadian semalam ....Memikirkan kemungkinan ini, Hana pun menjadi agak panik. Dia hanya bisa menempel pada Sinta dan menangisi penderitaannya, memohon pada Sinta untuk memercayainya.Sinta menghiburnya sejenak sebelum akhirnya pergi meninggalkan kamar rawat tersebut.Setelah meninggalkan rumah sakit, Reza dan Sinta duduk di dalam mobil."Bagaimana bisa masalahnya sampai seperti ini?"Reza mengerutkan alisnya, lalu begitu Sinta naik ke mobil dia pun menanyai istrinya.Akan tetapi, ekspresi Si
Sebelumnya tiap berpikir seperti itu, Sinta selalu merasa bersalah. Berpikir bahwa isi hatinya terlalu gelap. Dia tidak pernah menduga bahwa ternyata ada alasan di balik semua itu.Saat ini, Reza yang biasanya tenang tiba-tiba berkata, "Sebenarnya, kamu nggak perlu merasa berutang padanya. Sejak dia menyelamatkan nyawamu, selama bertahun-tahun, Keluarga Saputra sudah sering menolong mereka di belakang layar. Tanpa bantuan kita, Keluarga Adelia nggak akan bisa jadi seperti sekarang, mereka pasti sudah lama bangkrut dan menghilang.""Benar, proyek terakhir yang diambil ayahnya Hana hampir membuat perusahaannya bangkrut. Untungnya, ayahmu menyelamatkan mereka. Di belakang layar, Keluarga Adelia telah menggunakan nama Keluarga Saputra dengan berbagai cara. Meskipun semua hal itu nggak sebanding dengan nyawamu, keluarga kita sudah melakukan lebih dari cukup untuk Keluarga Adelia. Dengan menawarkan mereka beberapa keuntungan dan berdiskusi, nggak mustahil untuk memutus hubungan dengan mereka
Mendengar nama Alya saja sudah membuatnya sesenang ini. Jika Rizki memberi tahu ibunya bahwa Alya juga telah melahirkan dua orang anak, apakah ibunya akan jadi makin senang?Akan tetapi, untuk saat ini Rizki tidak akan memberi tahu informasi ini kepada kedua orang tuanya.Lagi pula ... sekarang Alya masih belum mau menerimanya.Alya masih takut dia akan merebut anak-anaknya. Kemudian mengingat sifat ibunya, kalau ibunya sampai tahu mengenai keberadaan kedua anak itu, ibunya pasti akan senang bukan kepalang.Jika ibunya sampai tahu mengenai kedua anak itu dan ingin menemui mereka, kemungkinan besar Rizki tidak akan bisa menghentikan ibunya.Antusiasme ibunya pasti akan menakuti Alya.Jadi, sebaiknya hal ini dia rahasiakan dulu saja.Namun, jelas bahwa kalimat yang dikatakan Rizki tadi telah membuat ibunya curiga. "Kenapa aku bisa terlalu semangat sampai nggak bisa tidur? Memangnya ada berita baik apa? Apa kamu dan dia sudah balikan?"Rizki tak bisa berkata-kata.Dia bahkan belum sempat
Biasanya dalam situasi seperti ini, Hana akan berbalik dan pergi.Namun, sekarang Hana tidak punya apa-apa lagi. Dia maju beberapa langkah, lalu menggigit bibirnya dan berkata, "Apa maksudmu dengan bercanda menggunakan perasaanmu? Kamu nggak berpikir kalau perasaanmu padanya tulus, 'kan? Begitu tulus sampai-sampai kamu nggak peduli kalau dia jatuh ke dalam pelukan pria lain?"Irfan melihat ke arah asistennya. "Bawa dia keluar.""Irfan, Alya akan bersama dengan Rizki. Apa kamu akan membiarkan mereka bersama begitu saja? Aku tahu bahwa selama 5 tahun ini kamu terus menemani Alya, kamu telah menunggunya selama 5 tahun. Bukankah kamu ingin bersama dengannya? Apa kamu bersedia kalau hari ini dia diambil oleh orang lain?"Hana berteriak seperti orang gila dan hampir histeris, tetapi orang di depannya masih tetap tenang."Sudah cukup bicaranya?"Hana tercengang.Apa maksudnya? Dia sudah berbicara panjang lebar, tetapi Irfan bahkan tidak peduli sedikit pun?Ini tidak masuk akal. Bukankah pria
Setelah ibunya pergi, Hana jatuh ke tempat tidur rumah sakit, menutupi pipinya yang memar dan menangis kesakitan.Jangankan ibunya, dia bahkan ingin menampar dirinya sendiri.Baru sekaranglah dia sadar, bahwa dia harusnya berhenti sejak dulu ....Namun, tampaknya, sekarang sudah terlambat untuk melakukan apa pun.Apakah ada seseorang yang bisa menolongnya?Mungkin ... ada seseorang yang bisa menolongnya.Hana terpikirkan seseorang dan melompat turun dari tempat tidur. "Nanda, cepat, bawa aku mencari taksi."Malam ini adalah malam yang sibuk.Di teras yang hening.Hasan menuangkan secangkir teh panas untuk Irfan, uap teh mengepul di udara yang dingin. Hana berdiri di hadapannya, dengan Nanda yang menopangnya di samping.Dia sudah cukup lama berdiri sana, tetapi Irfan sama sekali tidak berbicara ataupun mempersilakannya duduk.Bahkan Hasan yang berada di sisinya hanya menuangkan secangkir teh panas.Dia berlari keluar dengan terburu-buru, sehingga dia masih mengenakan gaun rumah sakit da
"Sebenarnya apa yang terjadi?"Nanda secara singkat menjelaskan apa yang dia tahu."Apa? Rizki datang?" Kegembiraan melintas di mata Tesa, dia maju dan menggenggam tangan Hana. "Hana, kenapa kamu nggak memberitahuku kalau Rizki datang? Dia datang menjengukmu, 'kan?"Sayangnya, mata Hana penuh dengan keputusasaan. Dia terlihat seperti pecundang. Tesa memanggilnya berkali-kali, tetapi dia tidak merespons."Hana? Cepat bicara!"Melihatnya yang seperti ini membuat Tesa kesal.Kemudian barulah Hana mendongak, matanya penuh dengan air mata."Ibu, dia tahu, dia sudah tahu. Selanjutnya dia nggak akan membiarkanku, dia juga nggak akan membiarkan Keluarga Adelia."Tesa mengerutkan keningnya."Tahu apa? Bicaralah yang jelas.""Alya, Alya Kartika, ingatan dia sudah kembali. Dia memberi tahu Rizki kebenarannya. Sekarang Rizki sudah tahu bahwa bukan aku yang menyelamatkannya. Dia akan membereskanku, selanjutnya dia pasti akan membereskan kita. Ibu, kita harus bagaimana?"Meskipun perkataan Hana agak
Sekarang Hana pun gelisah.Namun, sekarang dia sudah menenangkan dirinya. Malam ini Rizki datang untuk mempermainkannya.Selama dia menolak untuk mengakuinya, tidak ada yang bisa melakukan apa pun padanya.Memikirkan hal ini, Hana menatap Rizki dan berkata, "Bukankah kamu nggak tahu terima kasih? Apa kamu ke sini untuk mempermainkanku dan memberikan bukti pada Alya? Rizki, biar kuberi tahu kamu, aku nggak akan memberimu apa yang kamu mau. Kamu diselamatkan olehku yang telah mempertaruhkan nyawa. Waktu itu, aku hampir tenggelam di sungai demi menyelamatkanmu. Sementara mengenai Alya, dia bukan urusanku. Tapi, nggak ada satu pun orang yang bisa merebut jasaku. Kalau kamu mau menjadi orang yang nggak tahu terima kasih, silakan. Tapi jangan harap kamu bisa memaksa atau menyogokku untuk mendapatkan bukti apa pun."Setelah mengatakan itu, Hana langsung berbalik dan berjalan ke tepi tempat tidur, dia melepaskan sepatunya, lalu naik ke tempat tidur."Selama belasan tahun ini, akulah yang telah
Jawaban ini membuat Hana benar-benar panik.Tadinya, dia kira Rizki menanyakan hal ini karena ingin mendengarnya menceritakan ulang kejadiannya. Namun, ternyata ....Begitu menyadari betapa buruknya nasib yang harus dia hadapi bila Rizki sampai mengetahui kebenarannya, Hana pun seketika menjadi panik dan mulai berbicara dengan tidak jelas."Rizki, waktu itu benar-benar aku yang menyelamatkanmu. Jangan dengarkan omong kosong Alya, dia hanya ingin membohongimu dan membuatmu membuangku."Dari ucapannya ini, Rizki akhirnya mendapatkan kata kunci yang dia cari-cari. Matanya menyipit dengan mengancam, suaranya juga menjadi sangat dingin."Memangnya aku sudah bilang siapa yang mengatakannya?"Hana pun tercengang."Waktu itu, bukankah hanya ada aku dan kamu di tepi sungai? Kenapa kamu mengira Alya yang mengatakan sesuatu padaku? Kalau dia nggak di sana, apa perkataannya itu penting?"Sampai di sini, nada bicara Rizki seketika berubah menjadi tajam."Atau maksudmu, waktu itu bukan hanya ada kit
Hana tertegun oleh pertanyaannya dan membeku di tempat, dia menatap Rizki dengan bingung.Setelah waktu yang lama, barulah dia menyadari sesuatu.Mungkinkah Rizki sudah mengetahui kebohongannya?Tidak, itu tidak mungkin.Saat diselamatkan, Rizki masih tidak sadarkan diri. Alya juga telah kehilangan ingatannya. Rizki tidak mungkin mengetahuinya, kecuali Alya mendapatkan ingatannya kembali.Namun, bertahun-tahun telah berlalu, jika Alya ingin mendapatkan kembali ingatannya dia pasti sudah lama melakukannya, kenapa harus menunggu sampai sekarang?Apalagi, jika Alya benar-benar telah mendapatkan kembali ingatannya, apakah dia bisa menahan diri untuk tidak segera datang ke sini dan menemuinya? Dia mungkin sudah memberi tahu seluruh dunia bahwa dialah yang menyelamatkan Rizki.Setelah memikirkan hal ini, Hana merasa bahwa dirinya mungkin hanya terlalu sensitif dan curiga karena mimpinya.Rizki yang sekarang menanyakan hal-hal ini, sebenarnya memberikan kesempatan yang sangat bagus untuknya.
Karena di depan Rizki, dia selalu tampil ramah dan lembut, tidak pernah bertingkah seperti perempuan jahat seperti sekarang.Hana panik, dia segera menyibakkan selimutnya dan turun dari tempat tidur."Rizki, kenapa kamu ke sini?"Sebelum Hana selesai bicara, air mata sudah mengalir di pipinya. Dia menangis dan bergegas menghampiri Rizki."Aku kira kamu nggak mau berbicara denganku lagi."Rizki menurunkan matanya, memandang pergelangan tangan Hana."Kenapa kamu marah sekali?"Mendengar ini, Hana buru-buru menjelaskan, "A ... aku kira kamu mengabaikanku, jadi suasana hatiku sangat jelek. Maaf ... aku nggak bermaksud begitu. Nanda, apa kamu baik-baik saja?"Nanda menggeleng. Sambil melangkah mundur, dia membenci Hana yang bermuka dua ini di dalam hatinya. "Kalau begitu aku keluar dulu, kalian berdua silakan mengobrol."Dia segera pergi, bahkan menutup pintu kamar tersebut untuk Hana.Hana tidak tahu sekarang pukul berapa, tetapi seharusnya sudah malam sekali. Dia tidak menyangka Rizki aka
Setelah Rizki pergi, Alya berdiri seorang diri di depan pintu, berusaha menenangkan napas dan perasaannya.Beberapa waktu kemudian, dia mengangkat tangan dan menyentuh pipinya.Masih hangat ....Jelas-jelas tadi hanya sebuah pelukan.Akan tetapi, dia tidak menyangka Rizki benar-benar memercayainya dan sama sekali tidak mempertanyakannya.Bukankah ini artinya, hati Rizki selalu lebih condong kepadanya?"Mama?"Tiba-tiba, terdengar suara anak kecil dari belakangnya.Alya kaget dan berbalik, menemukan bahwa Satya sudah bangun entah sejak kapan dan sedang berdiri di sana menatapnya.Melihat putranya, Alya pun terkejut."Satya, kenapa kamu bangun?"Bukankah dia sudah tidur?Mata Alya menghindari putranya. Sudah berapa lama Satya berdiri di sana? Barusan dia tidak melihatnya, 'kan?Sambil memikirkan hal itu, Alya berjalan menghampiri Satya, lalu berjongkok di depannya dan menggendongnya. "Kamu keluar tanpa pakai baju tebal, bagaimana kalau nanti kamu sakit?"Setelah digendong, Satya memeluk
"Ya sudahlah." Alya berbalik. "Lagi pula kejadian itu sudah sangat lama berlalu. Kalau aku nggak mengingatnya, siapa pun pasti akan mengira dia yang menyelamatkanmu."Melihat punggungnya, Rizki merapatkan bibir."Kamu tenang saja, aku nggak akan membiarkan pencapaianmu dicuri oleh orang lain tanpa alasan."Alya tertawa dengan dingin."Apa gunanya kamu mengatakan itu sekarang? Semua orang sudah mengira dia yang menyelamatkanmu, kejadiannya juga terjadi bertahun-tahun yang lalu. Apa sekarang kamu akan keluar dan berkata bahwa yang menyelamatkanmu adalah aku dan bukan dia? Apa kamu punya bukti?""Nggak.""Jadi ...."Bahunya terasa berat, Rizki tiba-tiba memegang bahunya dan menariknya, membuatnya bertatap muka dengan pria itu."Bukti adalah sesuatu yang, selama aku inginkan, pasti ada."Alya tertegun. "Apa?"Rizki berkata, "Tadinya, aku hanya ingin memutus hubungan dengannya, lagi pula dia telah menyelamatkanku. Tapi sekarang karena dia nggak menyelamatkanku, ini bukan lagi hanya tentang