Sebelumnya tiap berpikir seperti itu, Sinta selalu merasa bersalah. Berpikir bahwa isi hatinya terlalu gelap. Dia tidak pernah menduga bahwa ternyata ada alasan di balik semua itu.Saat ini, Reza yang biasanya tenang tiba-tiba berkata, "Sebenarnya, kamu nggak perlu merasa berutang padanya. Sejak dia menyelamatkan nyawamu, selama bertahun-tahun, Keluarga Saputra sudah sering menolong mereka di belakang layar. Tanpa bantuan kita, Keluarga Adelia nggak akan bisa jadi seperti sekarang, mereka pasti sudah lama bangkrut dan menghilang.""Benar, proyek terakhir yang diambil ayahnya Hana hampir membuat perusahaannya bangkrut. Untungnya, ayahmu menyelamatkan mereka. Di belakang layar, Keluarga Adelia telah menggunakan nama Keluarga Saputra dengan berbagai cara. Meskipun semua hal itu nggak sebanding dengan nyawamu, keluarga kita sudah melakukan lebih dari cukup untuk Keluarga Adelia. Dengan menawarkan mereka beberapa keuntungan dan berdiskusi, nggak mustahil untuk memutus hubungan dengan mereka
Mendengar nama Alya saja sudah membuatnya sesenang ini. Jika Rizki memberi tahu ibunya bahwa Alya juga telah melahirkan dua orang anak, apakah ibunya akan jadi makin senang?Akan tetapi, untuk saat ini Rizki tidak akan memberi tahu informasi ini kepada kedua orang tuanya.Lagi pula ... sekarang Alya masih belum mau menerimanya.Alya masih takut dia akan merebut anak-anaknya. Kemudian mengingat sifat ibunya, kalau ibunya sampai tahu mengenai keberadaan kedua anak itu, ibunya pasti akan senang bukan kepalang.Jika ibunya sampai tahu mengenai kedua anak itu dan ingin menemui mereka, kemungkinan besar Rizki tidak akan bisa menghentikan ibunya.Antusiasme ibunya pasti akan menakuti Alya.Jadi, sebaiknya hal ini dia rahasiakan dulu saja.Namun, jelas bahwa kalimat yang dikatakan Rizki tadi telah membuat ibunya curiga. "Kenapa aku bisa terlalu semangat sampai nggak bisa tidur? Memangnya ada berita baik apa? Apa kamu dan dia sudah balikan?"Rizki tak bisa berkata-kata.Dia bahkan belum sempat
Tadinya Tesa kira percobaan bunuh diri ini akan memancing simpati Rizki, tetapi sekarang, ternyata semuanya sia-sia.Hana memandang ibunya dengan muram."Ibu, bukankah Ibu bilang cara ini pasti akan berhasil? Tapi sekarang Rizki sama sekali nggak mengangkat telepon kita. Apa dia sudah benar-benar membuangku? Apa dia nggak mau lagi melihatku?"Tesa menggigit bibirnya. "Aku nggak menyangka kalau Rizki sekeras kepala ini.""Ini semua salah Ibu."Hana mulai menangis tersedu-sedu. "Kalau Ibu nggak memberiku ide untuk memberinya obat, semuanya nggak akan jadi seperti ini. Aku masih bisa berada di sisinya ...."Penampilan Hana yang menyedihkan membuat Tesa sangat kesal, putrinya ini bahkan sampai menyalahkannya. Dia menyipitkan mata dan memaki, "Kalau kamu bisa sedikit lebih berguna, apa aku akan memberimu ide itu? Kenapa nggak salahkan saja dirimu sendiri? Kamu sudah memegangnya di tanganmu, tapi kamu malah membiarkannya kabur. Jelas-jelas kamu sendiri yang nggak becus, tapi kamu malah menya
Ingatan-ingatan yang tidak muncul di dalam pikirannya selama bertahun-tahun itu, tiba-tiba datang bagaikan ombak setelah dia mengingat gambaran-gambaran tersebut.Hari itu, Rizki tidak sengaja jatuh ke sungai.Karena saat masih kecil Rizki pernah hampir tenggelam, Rizki selalu takut pada air dan tidak belajar berenang.Dia dan Rizki tidak sekelas, jadi saat keluar, Alya biasanya menghabiskan waktu bersama teman sekelasnya.Saat itu, teman sebangkunya mengajaknya pergi ke tepi sungai untuk menangkap udang.Mereka pun setuju, tetapi di perjalanan, temannya tiba-tiba berkata bahwa barangnya ada yang ketinggalan dan menyuruh Alya untuk pergi ke tepi sungai duluan. Alya mengiakannya. Sementara temannya kembali untuk mengambil barang, Alya pun pergi lebih dulu.Waktu itu, di tepi sungai cukup dingin. Saat Alya berjalan menyusurinya, angin yang bertiup membuatnya meringkuk kedinginan. Dia pun bertanya-tanya apakah sebaiknya dia langsung kembali dan memberi tahu temannya untuk tidak menangkap
Pada akhirnya, dia pun kehilangan kesadaran.Saat ini, kenangan masa lalu berputar di dalam kepala Alya seperti film. Hal-hal yang tidak bisa diingatnya itu, bahkan sekarang detail-detailnya dapat diingat dengan sangat jelas.Setelah mengingat semuanya, napas Alya menjadi makin berat. Dia refleks memegang dadanya dan megap-megap.Bagaimana bisa?Ternyata, orang yang menyelamatkan Rizki adalah Alya?Lalu, bagaimana dengan Hana?Bukankah waktu itu yang katanya menyelamatkan nyawa Rizki adalah Hana?Kalau begitu kenapa dia punya ingatan ini? Apakah Hana telah mencuri jasanya? Atau memang ingatannya yang salah?Namun, jika ingatannya salah, kenapa ingatan-ingatan ini terasa begitu nyata?Untuk sejenak, Alya tidak dapat memelankan napasnya.Sekitar 10 menit kemudian, Alya akhirnya berguling dan duduk di tempat tidurnya. Dia mengambil ponselnya dan mencari nomor Rizki, dia ingin menelepon pria itu.Gerakannya begitu cepat. Begitu teleponnya terhubung, Alya segera menyesalinya dan cepat-cepat
Setelah menutup telepon, Alya menaruh ponselnya di samping.Dia harus tidur.Mengenai apa yang baru dia ingat hari ini, dia harus menemukan cara untuk memastikannya. Jika tidak, kata-katanya saja tidak akan meyakinkan siapa pun.Lagi pula ... kecelakaan itu terjadi bertahun-tahun yang lalu. Sekarang, bagaimana dia bisa menemukan bukti juga merupakan sebuah masalah.Alya berbaring, tetapi dia sama sekali tidak mengantuk. Pikirannya penuh dengan ingatan-ingatan yang akhirnya kembali itu.Makin dipikirkan, hatinya makin terasa berat.Karena Hana menyelamatkan Rizki waktu itu, Rizki selalu memperlakukan Hana dengan berbeda. Awalnya Alya dan Rizki hanya bermain berdua, tetapi kemudian Hana pun juga ikut.Waktu itu, dia sering cemburu.Terkadang, dia bahkan berfantasi bahwa betapa baiknya bila dia yang menyelamatkan Rizki.Namun, dia tidak menyangka, bahwa ternyata memang dirinya yang menyelamatkan Rizki. Hanya saja saat itu, jasanya telah dicuri oleh Hana.Dicuri ....Mata indah Alya menyip
Alya baru ingin berbicara, tetapi Rizki tiba-tiba melangkah masuk dan menutup pintu di belakangnya.Rizki juga maju beberapa langkah dan langsung menekan Alya ke dinding pintu masuk."Kamu mencariku?"Suara Rizki sangat rendah dan serak, tatapannya dalam dan gelap, bagaikan seekor serigala yang telah menemukan mangsanya di tengah malam yang sunyi.Alya terdiam.Entah kenapa, dia merasa bahwa Rizki makin melewati batas, tidak seperti sebelumnya. Sebelum kemarin malam, Rizki tidak akan berani seperti ini padanya.Begitu juga dengan pagi ini. Sebelum pergi, Rizki bahkan mencium keningnya.Mengingat hal-hal itu, Alya pun mendorongnya. "Kamu mau ngapain? Bukannya aku sudah bilang kalau aku salah telepon?""Aku nggak percaya." Rizki langsung memegang tangan Alya, menahan hasratnya untuk mengatakan hal-hal manis. "Kamu sangat rasional, kamu nggak mungkin salah meneleponku malam-malam begini."Alya tertegun."Jadi kalau kamu meneleponku, pasti ada alasannya." Suara Rizki terdengar sangat lembu
Merasakan bibir tipis orang itu menekan bibirnya, Alya terkesiap dan refleks membungkuk ke belakang.Sepasang tangan besar menahan pinggangnya, menariknya ke dalam pelukan. Bibir merahnya dicium begitu mesra."Umph."Begitu menyadari apa yang terjadi, Alya sekuat tenaga mendorong pria itu. "Aku sedang berbicara denganmu, kamu ngapain?"Setelah didorong, Rizki menatapnya dengan hasrat yang masih tersisa. Suaranya terdengar serak. "Melihatmu cemburu, aku jadi ingin menciummu.""Siapa yang cemburu?" bantah Alya.Rizki hanya tersenyum dan tidak mengatakan apa-apa.Melihat sikapnya ini, Alya merasa sedikit kesal. Dia sedang berbicara dengan serius, tetapi Rizki malah sangat santai. Mungkin Rizki tidak memercayainya dan sengaja bertingkah seperti ini untuk mengalihkan perhatiannya.Alya pun langsung berkata, "Kamu sengaja mau mengalihkan perhatianku, ya?"Rizki tak bisa berkata-kata."Apa yang kamu pikirkan? Tentu saja aku memercayaimu."Rizki mencubit pipi Alya, lalu ekspresinya seketika me
Biasanya dalam situasi seperti ini, Hana akan berbalik dan pergi.Namun, sekarang Hana tidak punya apa-apa lagi. Dia maju beberapa langkah, lalu menggigit bibirnya dan berkata, "Apa maksudmu dengan bercanda menggunakan perasaanmu? Kamu nggak berpikir kalau perasaanmu padanya tulus, 'kan? Begitu tulus sampai-sampai kamu nggak peduli kalau dia jatuh ke dalam pelukan pria lain?"Irfan melihat ke arah asistennya. "Bawa dia keluar.""Irfan, Alya akan bersama dengan Rizki. Apa kamu akan membiarkan mereka bersama begitu saja? Aku tahu bahwa selama 5 tahun ini kamu terus menemani Alya, kamu telah menunggunya selama 5 tahun. Bukankah kamu ingin bersama dengannya? Apa kamu bersedia kalau hari ini dia diambil oleh orang lain?"Hana berteriak seperti orang gila dan hampir histeris, tetapi orang di depannya masih tetap tenang."Sudah cukup bicaranya?"Hana tercengang.Apa maksudnya? Dia sudah berbicara panjang lebar, tetapi Irfan bahkan tidak peduli sedikit pun?Ini tidak masuk akal. Bukankah pria
Setelah ibunya pergi, Hana jatuh ke tempat tidur rumah sakit, menutupi pipinya yang memar dan menangis kesakitan.Jangankan ibunya, dia bahkan ingin menampar dirinya sendiri.Baru sekaranglah dia sadar, bahwa dia harusnya berhenti sejak dulu ....Namun, tampaknya, sekarang sudah terlambat untuk melakukan apa pun.Apakah ada seseorang yang bisa menolongnya?Mungkin ... ada seseorang yang bisa menolongnya.Hana terpikirkan seseorang dan melompat turun dari tempat tidur. "Nanda, cepat, bawa aku mencari taksi."Malam ini adalah malam yang sibuk.Di teras yang hening.Hasan menuangkan secangkir teh panas untuk Irfan, uap teh mengepul di udara yang dingin. Hana berdiri di hadapannya, dengan Nanda yang menopangnya di samping.Dia sudah cukup lama berdiri sana, tetapi Irfan sama sekali tidak berbicara ataupun mempersilakannya duduk.Bahkan Hasan yang berada di sisinya hanya menuangkan secangkir teh panas.Dia berlari keluar dengan terburu-buru, sehingga dia masih mengenakan gaun rumah sakit da
"Sebenarnya apa yang terjadi?"Nanda secara singkat menjelaskan apa yang dia tahu."Apa? Rizki datang?" Kegembiraan melintas di mata Tesa, dia maju dan menggenggam tangan Hana. "Hana, kenapa kamu nggak memberitahuku kalau Rizki datang? Dia datang menjengukmu, 'kan?"Sayangnya, mata Hana penuh dengan keputusasaan. Dia terlihat seperti pecundang. Tesa memanggilnya berkali-kali, tetapi dia tidak merespons."Hana? Cepat bicara!"Melihatnya yang seperti ini membuat Tesa kesal.Kemudian barulah Hana mendongak, matanya penuh dengan air mata."Ibu, dia tahu, dia sudah tahu. Selanjutnya dia nggak akan membiarkanku, dia juga nggak akan membiarkan Keluarga Adelia."Tesa mengerutkan keningnya."Tahu apa? Bicaralah yang jelas.""Alya, Alya Kartika, ingatan dia sudah kembali. Dia memberi tahu Rizki kebenarannya. Sekarang Rizki sudah tahu bahwa bukan aku yang menyelamatkannya. Dia akan membereskanku, selanjutnya dia pasti akan membereskan kita. Ibu, kita harus bagaimana?"Meskipun perkataan Hana agak
Sekarang Hana pun gelisah.Namun, sekarang dia sudah menenangkan dirinya. Malam ini Rizki datang untuk mempermainkannya.Selama dia menolak untuk mengakuinya, tidak ada yang bisa melakukan apa pun padanya.Memikirkan hal ini, Hana menatap Rizki dan berkata, "Bukankah kamu nggak tahu terima kasih? Apa kamu ke sini untuk mempermainkanku dan memberikan bukti pada Alya? Rizki, biar kuberi tahu kamu, aku nggak akan memberimu apa yang kamu mau. Kamu diselamatkan olehku yang telah mempertaruhkan nyawa. Waktu itu, aku hampir tenggelam di sungai demi menyelamatkanmu. Sementara mengenai Alya, dia bukan urusanku. Tapi, nggak ada satu pun orang yang bisa merebut jasaku. Kalau kamu mau menjadi orang yang nggak tahu terima kasih, silakan. Tapi jangan harap kamu bisa memaksa atau menyogokku untuk mendapatkan bukti apa pun."Setelah mengatakan itu, Hana langsung berbalik dan berjalan ke tepi tempat tidur, dia melepaskan sepatunya, lalu naik ke tempat tidur."Selama belasan tahun ini, akulah yang telah
Jawaban ini membuat Hana benar-benar panik.Tadinya, dia kira Rizki menanyakan hal ini karena ingin mendengarnya menceritakan ulang kejadiannya. Namun, ternyata ....Begitu menyadari betapa buruknya nasib yang harus dia hadapi bila Rizki sampai mengetahui kebenarannya, Hana pun seketika menjadi panik dan mulai berbicara dengan tidak jelas."Rizki, waktu itu benar-benar aku yang menyelamatkanmu. Jangan dengarkan omong kosong Alya, dia hanya ingin membohongimu dan membuatmu membuangku."Dari ucapannya ini, Rizki akhirnya mendapatkan kata kunci yang dia cari-cari. Matanya menyipit dengan mengancam, suaranya juga menjadi sangat dingin."Memangnya aku sudah bilang siapa yang mengatakannya?"Hana pun tercengang."Waktu itu, bukankah hanya ada aku dan kamu di tepi sungai? Kenapa kamu mengira Alya yang mengatakan sesuatu padaku? Kalau dia nggak di sana, apa perkataannya itu penting?"Sampai di sini, nada bicara Rizki seketika berubah menjadi tajam."Atau maksudmu, waktu itu bukan hanya ada kit
Hana tertegun oleh pertanyaannya dan membeku di tempat, dia menatap Rizki dengan bingung.Setelah waktu yang lama, barulah dia menyadari sesuatu.Mungkinkah Rizki sudah mengetahui kebohongannya?Tidak, itu tidak mungkin.Saat diselamatkan, Rizki masih tidak sadarkan diri. Alya juga telah kehilangan ingatannya. Rizki tidak mungkin mengetahuinya, kecuali Alya mendapatkan ingatannya kembali.Namun, bertahun-tahun telah berlalu, jika Alya ingin mendapatkan kembali ingatannya dia pasti sudah lama melakukannya, kenapa harus menunggu sampai sekarang?Apalagi, jika Alya benar-benar telah mendapatkan kembali ingatannya, apakah dia bisa menahan diri untuk tidak segera datang ke sini dan menemuinya? Dia mungkin sudah memberi tahu seluruh dunia bahwa dialah yang menyelamatkan Rizki.Setelah memikirkan hal ini, Hana merasa bahwa dirinya mungkin hanya terlalu sensitif dan curiga karena mimpinya.Rizki yang sekarang menanyakan hal-hal ini, sebenarnya memberikan kesempatan yang sangat bagus untuknya.
Karena di depan Rizki, dia selalu tampil ramah dan lembut, tidak pernah bertingkah seperti perempuan jahat seperti sekarang.Hana panik, dia segera menyibakkan selimutnya dan turun dari tempat tidur."Rizki, kenapa kamu ke sini?"Sebelum Hana selesai bicara, air mata sudah mengalir di pipinya. Dia menangis dan bergegas menghampiri Rizki."Aku kira kamu nggak mau berbicara denganku lagi."Rizki menurunkan matanya, memandang pergelangan tangan Hana."Kenapa kamu marah sekali?"Mendengar ini, Hana buru-buru menjelaskan, "A ... aku kira kamu mengabaikanku, jadi suasana hatiku sangat jelek. Maaf ... aku nggak bermaksud begitu. Nanda, apa kamu baik-baik saja?"Nanda menggeleng. Sambil melangkah mundur, dia membenci Hana yang bermuka dua ini di dalam hatinya. "Kalau begitu aku keluar dulu, kalian berdua silakan mengobrol."Dia segera pergi, bahkan menutup pintu kamar tersebut untuk Hana.Hana tidak tahu sekarang pukul berapa, tetapi seharusnya sudah malam sekali. Dia tidak menyangka Rizki aka
Setelah Rizki pergi, Alya berdiri seorang diri di depan pintu, berusaha menenangkan napas dan perasaannya.Beberapa waktu kemudian, dia mengangkat tangan dan menyentuh pipinya.Masih hangat ....Jelas-jelas tadi hanya sebuah pelukan.Akan tetapi, dia tidak menyangka Rizki benar-benar memercayainya dan sama sekali tidak mempertanyakannya.Bukankah ini artinya, hati Rizki selalu lebih condong kepadanya?"Mama?"Tiba-tiba, terdengar suara anak kecil dari belakangnya.Alya kaget dan berbalik, menemukan bahwa Satya sudah bangun entah sejak kapan dan sedang berdiri di sana menatapnya.Melihat putranya, Alya pun terkejut."Satya, kenapa kamu bangun?"Bukankah dia sudah tidur?Mata Alya menghindari putranya. Sudah berapa lama Satya berdiri di sana? Barusan dia tidak melihatnya, 'kan?Sambil memikirkan hal itu, Alya berjalan menghampiri Satya, lalu berjongkok di depannya dan menggendongnya. "Kamu keluar tanpa pakai baju tebal, bagaimana kalau nanti kamu sakit?"Setelah digendong, Satya memeluk
"Ya sudahlah." Alya berbalik. "Lagi pula kejadian itu sudah sangat lama berlalu. Kalau aku nggak mengingatnya, siapa pun pasti akan mengira dia yang menyelamatkanmu."Melihat punggungnya, Rizki merapatkan bibir."Kamu tenang saja, aku nggak akan membiarkan pencapaianmu dicuri oleh orang lain tanpa alasan."Alya tertawa dengan dingin."Apa gunanya kamu mengatakan itu sekarang? Semua orang sudah mengira dia yang menyelamatkanmu, kejadiannya juga terjadi bertahun-tahun yang lalu. Apa sekarang kamu akan keluar dan berkata bahwa yang menyelamatkanmu adalah aku dan bukan dia? Apa kamu punya bukti?""Nggak.""Jadi ...."Bahunya terasa berat, Rizki tiba-tiba memegang bahunya dan menariknya, membuatnya bertatap muka dengan pria itu."Bukti adalah sesuatu yang, selama aku inginkan, pasti ada."Alya tertegun. "Apa?"Rizki berkata, "Tadinya, aku hanya ingin memutus hubungan dengannya, lagi pula dia telah menyelamatkanku. Tapi sekarang karena dia nggak menyelamatkanku, ini bukan lagi hanya tentang