Setelah menutup telepon, Alya menaruh ponselnya di samping.Dia harus tidur.Mengenai apa yang baru dia ingat hari ini, dia harus menemukan cara untuk memastikannya. Jika tidak, kata-katanya saja tidak akan meyakinkan siapa pun.Lagi pula ... kecelakaan itu terjadi bertahun-tahun yang lalu. Sekarang, bagaimana dia bisa menemukan bukti juga merupakan sebuah masalah.Alya berbaring, tetapi dia sama sekali tidak mengantuk. Pikirannya penuh dengan ingatan-ingatan yang akhirnya kembali itu.Makin dipikirkan, hatinya makin terasa berat.Karena Hana menyelamatkan Rizki waktu itu, Rizki selalu memperlakukan Hana dengan berbeda. Awalnya Alya dan Rizki hanya bermain berdua, tetapi kemudian Hana pun juga ikut.Waktu itu, dia sering cemburu.Terkadang, dia bahkan berfantasi bahwa betapa baiknya bila dia yang menyelamatkan Rizki.Namun, dia tidak menyangka, bahwa ternyata memang dirinya yang menyelamatkan Rizki. Hanya saja saat itu, jasanya telah dicuri oleh Hana.Dicuri ....Mata indah Alya menyip
Alya baru ingin berbicara, tetapi Rizki tiba-tiba melangkah masuk dan menutup pintu di belakangnya.Rizki juga maju beberapa langkah dan langsung menekan Alya ke dinding pintu masuk."Kamu mencariku?"Suara Rizki sangat rendah dan serak, tatapannya dalam dan gelap, bagaikan seekor serigala yang telah menemukan mangsanya di tengah malam yang sunyi.Alya terdiam.Entah kenapa, dia merasa bahwa Rizki makin melewati batas, tidak seperti sebelumnya. Sebelum kemarin malam, Rizki tidak akan berani seperti ini padanya.Begitu juga dengan pagi ini. Sebelum pergi, Rizki bahkan mencium keningnya.Mengingat hal-hal itu, Alya pun mendorongnya. "Kamu mau ngapain? Bukannya aku sudah bilang kalau aku salah telepon?""Aku nggak percaya." Rizki langsung memegang tangan Alya, menahan hasratnya untuk mengatakan hal-hal manis. "Kamu sangat rasional, kamu nggak mungkin salah meneleponku malam-malam begini."Alya tertegun."Jadi kalau kamu meneleponku, pasti ada alasannya." Suara Rizki terdengar sangat lembu
Merasakan bibir tipis orang itu menekan bibirnya, Alya terkesiap dan refleks membungkuk ke belakang.Sepasang tangan besar menahan pinggangnya, menariknya ke dalam pelukan. Bibir merahnya dicium begitu mesra."Umph."Begitu menyadari apa yang terjadi, Alya sekuat tenaga mendorong pria itu. "Aku sedang berbicara denganmu, kamu ngapain?"Setelah didorong, Rizki menatapnya dengan hasrat yang masih tersisa. Suaranya terdengar serak. "Melihatmu cemburu, aku jadi ingin menciummu.""Siapa yang cemburu?" bantah Alya.Rizki hanya tersenyum dan tidak mengatakan apa-apa.Melihat sikapnya ini, Alya merasa sedikit kesal. Dia sedang berbicara dengan serius, tetapi Rizki malah sangat santai. Mungkin Rizki tidak memercayainya dan sengaja bertingkah seperti ini untuk mengalihkan perhatiannya.Alya pun langsung berkata, "Kamu sengaja mau mengalihkan perhatianku, ya?"Rizki tak bisa berkata-kata."Apa yang kamu pikirkan? Tentu saja aku memercayaimu."Rizki mencubit pipi Alya, lalu ekspresinya seketika me
"Ya sudahlah." Alya berbalik. "Lagi pula kejadian itu sudah sangat lama berlalu. Kalau aku nggak mengingatnya, siapa pun pasti akan mengira dia yang menyelamatkanmu."Melihat punggungnya, Rizki merapatkan bibir."Kamu tenang saja, aku nggak akan membiarkan pencapaianmu dicuri oleh orang lain tanpa alasan."Alya tertawa dengan dingin."Apa gunanya kamu mengatakan itu sekarang? Semua orang sudah mengira dia yang menyelamatkanmu, kejadiannya juga terjadi bertahun-tahun yang lalu. Apa sekarang kamu akan keluar dan berkata bahwa yang menyelamatkanmu adalah aku dan bukan dia? Apa kamu punya bukti?""Nggak.""Jadi ...."Bahunya terasa berat, Rizki tiba-tiba memegang bahunya dan menariknya, membuatnya bertatap muka dengan pria itu."Bukti adalah sesuatu yang, selama aku inginkan, pasti ada."Alya tertegun. "Apa?"Rizki berkata, "Tadinya, aku hanya ingin memutus hubungan dengannya, lagi pula dia telah menyelamatkanku. Tapi sekarang karena dia nggak menyelamatkanku, ini bukan lagi hanya tentang
Setelah Rizki pergi, Alya berdiri seorang diri di depan pintu, berusaha menenangkan napas dan perasaannya.Beberapa waktu kemudian, dia mengangkat tangan dan menyentuh pipinya.Masih hangat ....Jelas-jelas tadi hanya sebuah pelukan.Akan tetapi, dia tidak menyangka Rizki benar-benar memercayainya dan sama sekali tidak mempertanyakannya.Bukankah ini artinya, hati Rizki selalu lebih condong kepadanya?"Mama?"Tiba-tiba, terdengar suara anak kecil dari belakangnya.Alya kaget dan berbalik, menemukan bahwa Satya sudah bangun entah sejak kapan dan sedang berdiri di sana menatapnya.Melihat putranya, Alya pun terkejut."Satya, kenapa kamu bangun?"Bukankah dia sudah tidur?Mata Alya menghindari putranya. Sudah berapa lama Satya berdiri di sana? Barusan dia tidak melihatnya, 'kan?Sambil memikirkan hal itu, Alya berjalan menghampiri Satya, lalu berjongkok di depannya dan menggendongnya. "Kamu keluar tanpa pakai baju tebal, bagaimana kalau nanti kamu sakit?"Setelah digendong, Satya memeluk
Karena di depan Rizki, dia selalu tampil ramah dan lembut, tidak pernah bertingkah seperti perempuan jahat seperti sekarang.Hana panik, dia segera menyibakkan selimutnya dan turun dari tempat tidur."Rizki, kenapa kamu ke sini?"Sebelum Hana selesai bicara, air mata sudah mengalir di pipinya. Dia menangis dan bergegas menghampiri Rizki."Aku kira kamu nggak mau berbicara denganku lagi."Rizki menurunkan matanya, memandang pergelangan tangan Hana."Kenapa kamu marah sekali?"Mendengar ini, Hana buru-buru menjelaskan, "A ... aku kira kamu mengabaikanku, jadi suasana hatiku sangat jelek. Maaf ... aku nggak bermaksud begitu. Nanda, apa kamu baik-baik saja?"Nanda menggeleng. Sambil melangkah mundur, dia membenci Hana yang bermuka dua ini di dalam hatinya. "Kalau begitu aku keluar dulu, kalian berdua silakan mengobrol."Dia segera pergi, bahkan menutup pintu kamar tersebut untuk Hana.Hana tidak tahu sekarang pukul berapa, tetapi seharusnya sudah malam sekali. Dia tidak menyangka Rizki aka
Hana tertegun oleh pertanyaannya dan membeku di tempat, dia menatap Rizki dengan bingung.Setelah waktu yang lama, barulah dia menyadari sesuatu.Mungkinkah Rizki sudah mengetahui kebohongannya?Tidak, itu tidak mungkin.Saat diselamatkan, Rizki masih tidak sadarkan diri. Alya juga telah kehilangan ingatannya. Rizki tidak mungkin mengetahuinya, kecuali Alya mendapatkan ingatannya kembali.Namun, bertahun-tahun telah berlalu, jika Alya ingin mendapatkan kembali ingatannya dia pasti sudah lama melakukannya, kenapa harus menunggu sampai sekarang?Apalagi, jika Alya benar-benar telah mendapatkan kembali ingatannya, apakah dia bisa menahan diri untuk tidak segera datang ke sini dan menemuinya? Dia mungkin sudah memberi tahu seluruh dunia bahwa dialah yang menyelamatkan Rizki.Setelah memikirkan hal ini, Hana merasa bahwa dirinya mungkin hanya terlalu sensitif dan curiga karena mimpinya.Rizki yang sekarang menanyakan hal-hal ini, sebenarnya memberikan kesempatan yang sangat bagus untuknya.
Jawaban ini membuat Hana benar-benar panik.Tadinya, dia kira Rizki menanyakan hal ini karena ingin mendengarnya menceritakan ulang kejadiannya. Namun, ternyata ....Begitu menyadari betapa buruknya nasib yang harus dia hadapi bila Rizki sampai mengetahui kebenarannya, Hana pun seketika menjadi panik dan mulai berbicara dengan tidak jelas."Rizki, waktu itu benar-benar aku yang menyelamatkanmu. Jangan dengarkan omong kosong Alya, dia hanya ingin membohongimu dan membuatmu membuangku."Dari ucapannya ini, Rizki akhirnya mendapatkan kata kunci yang dia cari-cari. Matanya menyipit dengan mengancam, suaranya juga menjadi sangat dingin."Memangnya aku sudah bilang siapa yang mengatakannya?"Hana pun tercengang."Waktu itu, bukankah hanya ada aku dan kamu di tepi sungai? Kenapa kamu mengira Alya yang mengatakan sesuatu padaku? Kalau dia nggak di sana, apa perkataannya itu penting?"Sampai di sini, nada bicara Rizki seketika berubah menjadi tajam."Atau maksudmu, waktu itu bukan hanya ada kit