Sampai di sini, Citra pun terdiam.Dia telah yang meremehkan perasaan sahabatnya terhadap Rizki.Setelah beberapa saat, Citra menghela napasnya. "Alya, aku tahu kamu menyukainya. Tapi apa kamu pernah terpikirkan, kalau kalian nggak bisa bersama, maka apa artinya menjadi teman? Lalu, apakah kamu nggak mau mencoba? Apa kamu nggak mau tahu bagaimana perasaannya terhadapmu? Dia memperlakukanmu dengan sangat baik, aku nggak percaya dia nggak punya perasaan apa pun padamu."Benar, dia memang memperlakukan dirinya dengan sangat baik.Namun ... itu hanya sebuah transaksi.Jika bukan karena neneknya Rizki yang menyukai Alya sedang jatuh sakit, mereka berdua tidak mungkin akan menikah. Perasaan Rizki padanya hanyalah sebatas teman masa kecil.Melihat sahabatnya masih ragu, Citra tahu bahwa membujuknya lagi tidak akan berguna."Pokoknya aku sudah mengatakan apa yang perlu dikatakan, kamu pikirkan sendiri saja sisanya. Lagi pula, keputusannya ada di tanganmu. Aku juga nggak tahu mau bicara apa lag
Ketika pesannya berhasil terkirim, jantung Alya tiba-tiba berhenti berdebar.Dia sudah melakukannya.Sekarang, yang hanya perlu dia lakukan adalah menunggu balasannya.Rizki tidak langsung membalas pesannya.Alya melirik jam dan berspekulasi, mungkin saat ini pria itu sedang bekerja, mungkin dia sedang rapat, bertemu klien atau mungkin ponselnya dalam keadaan senyap. Ketika Rizki selesai bekerja, dia akan membacanya.Waktu ini sangat menyiksanya, sehingga Alya pun memutuskan untuk tidur.Alya cepat-cepat berganti dengan baju tidur, lalu menutup gorden untuk membuat kamarnya terasa lebih tenang. Kemudian, dia segera naik ke atas tempat tidur dan memejamkan mata.Ting!Di saat yang sama, di dalam ruang kantor tertentu di gedung Perusahaan Saputra.Hana yang tadinya duduk tenang di sofa, sekarang bergetar dengan tak karuan.Pandangannya terpaku pada pesan teks di depannya.Isi dari pesan teks itu sangat sederhana, hanya dua kata: "Aku hamil."Awalnya saat pesan teks itu masuk, Hana mengir
Meskipun sudah bertahun-tahun berlalu, rasanya pemandangan pada hari itu seperti baru terjadi kemarin.Waktu itu, arus sungai begitu deras. Sekujur tubuh Hana membeku, dia berdiri di tepi sungai dan menyaksikan Rizki yang terbawa arus. Pikirannya berdengung.Begitu dia tersadar dan hendak memanggil bantuan, sebuah sosok ramping tanpa pikir panjang berlari menuju sungai.Saat mereka berpapasan, Hana sudah tidak ingat untuk memanggil bantuan. Dia tanpa sadar hanya berhenti dan berbalik.Dalam sekejap mata, dia melihat gadis itu melompat ke sungai.Tanpa sedikit pun rasa ragu.Sudah bertahun-tahun sejak kejadian itu berlalu, tetapi Hana masih merasa terkejut saat mengingatnya.Gadis itu sangat berani, itulah yang membuat Hana selama ini membencinya.Melihat Hana yang sedang tenggelam dalam pikiran, Rizki pun bertanya, "Ada apa?"Seketika Hana kembali tersadar, lalu dia tersenyum dan menggelengkan kepalanya."Bukan apa-apa."Seharusnya dia tidak memikirkan masa lalu lagi. Sekarang, dialah
Alya menunggu sejak matahari terbit hingga matahari terbenam.Namun, tidak ada balasan dari Rizki.Ponselnya sangat diam, seolah-olah telah terasingkan dari dunia di luar.Sebelumnya saat dia bekerja, Alya selalu berharap ponselnya berhenti berbunyi dan memberikannya lebih banyak waktu untuk istirahat.Akan tetapi, sekarang ....Begitu hari sudah menjelang sore, ponsel Alya tiba-tiba berbunyi, menandakan adanya pesan baru.Alya kaget dan cepat-cepat mengambil ponselnya. Namun begitu melihat isinya, matanya meredup.Pesan tersebut dikirimkan oleh Citra dan berisi: "Bagaimana, sudah kamu pikirkan? Apakah kamu sudah memberitahunya?"Alya terdiam dan menatap ponselnya dengan cukup lama, lalu dia tertawa kecil.Tawa itu penuh dengan kegetiran.Sebenarnya, dia sudah lama mengetahui hasilnya.Namun, kenapa dia tidak menyerah?Dia bersikeras mengungkapkan lukanya, membiarkan orang-orang melihatnya dan membencinya.Sekarang, bagaimana dia bisa menghadapi Rizki?Alya perlahan merosot ke tempat t
Bahkan Rizki tidak menyadari, betapa jelasnya kepedulian yang muncul di matanya ketika dia mengucapkan kalimat itu."Kamu sudah menyimpan nomor teleponnya?" tanya Rizki tiba-tiba.Hana tersadar kembali dan menjawab, "Ya, sudah kusimpan. Bolehkah nanti aku mengajaknya bermain?""Boleh, supaya dia nggak terus-menerus terfokus pada pekerjaannya."Hana hanya bisa tersenyum dengan canggung. Namun, begitu dia berbalik, dirinya yang selalu lemah lembut, memiliki sedikit kegelapan di dalam matanya....Keesokan harinya.Ketika Alya terbangun, dia menemukan bahwa matanya agak bengkak.Untuk menghindari orang lain mengetahuinya, dia pun mengompres matanya dengan es untuk meredakan bengkak.Dia melirik ponselnya dan melihat beberapa pesan teks dari orang-orang.Wisnu mengirimnya pesan: "Aku sudah membereskan pekerjaanmu, kamu nggak usah khawatir. Kalau kamu nggak enak badan, kamu harus pergi ke rumah sakit.""Apa kamu sudah bangun? Bagaimana kondisimu? Kalau perlu, aku akan menemanimu ke rumah sa
Mendengar kata aborsi, Citra terdiam sejenak. Lalu, dia cepat-cepat bereaksi."Eh ... kenapa?""Apa lagi?""Tapi ...."Namun, Citra masih tidak bisa menerimanya dan berkata, "Dua tahun, kalian telah bersama selama dua tahun. Apakah dia sama sekali nggak memiliki perasaan terhadapmu? Selain itu, ini bukan anak orang lain, melainkan anaknya sendiri. Sebagai seorang suami dan seorang ayah, apakah dia nggak punya rasa iba?"Alya terdiam.Jika sebelum mengirim pesan tersebut dia masih memiliki khayalan tentang Rizki, sekarang khayalan-khayalan tersebut sudah menghilang.Ada sebuah pepatah yang tersebar di internet, bagaimana bunyinya?Oh, benar ....Hanya ketika dia mencintaimu, anakmu baru benar-benar anak.Ketika dia tidak mencintaimu, jangankan anak, bahkan dirimu pun bukan apa-apa.Citra masih melanjutkan, "Bahkan tanpa 2 tahun itu, kalian berdua telah tumbuh bersama. Apakah benar-benar nggak ada perasaan di antara kalian yang berteman sejak kecil? Alya, sudahkah kamu menjelaskannya pad
Pantas saja dia terbangun di dalam mobil Rizki."Kak Alya, kamu nggak tahu. Hari itu, saat aku memberi tahu Pak Rizki kalau kamu mungkin pingsan, dia sangat panik."Ketika Tiara mengatakan hal ini, Alya tidak tahu maksud dari ucapannya. Mungkinkah anak ini mencoba membuatnya senang atau ....Jadi, dia pun dengan hati-hati berkata, "Benarkah? Sepanik apa dia?"Tiara tersenyum dengan agak malu."Selama bertahun-tahun aku bekerja di perusahaan ini, kecuali kemarin, aku nggak pernah melihat raut wajah Pak Rizki seperti itu. Saat itu sedang ada eksekutif yang melaporkan pekerjaan padanya, tapi begitu mendengar bahwa kamu pingsan, dia bahkan mengabaikan eksekutif itu dan segera berlari menghampirimu. Kemudian, dia menggendongmu ke mobil. Dia tampak sangat panik."Di akhir cerita, Tiara mengedipkan mata padanya. "Pak Rizki pasti sangat peduli padamu.""Oh ya?"Alya menatapnya dan tiba-tiba bertanya, "Apa kemarin kamu nggak melihat wanita lain di sisinya?"Hanya dengan satu kalimat, Alya seger
"Wow, kalau kamu mengatakannya seperti itu, aku pun merasa itu mungkin.""Tentu saja seperti itu. Di mana lagi ada nyonya besar keluarga kaya yang bekerja sebagai sekretaris perusahaan?""Tapi aku nggak mengerti, kenapa harus sampai memalsukan pernikahan?""Sepertinya ada alasan tertentu. Aku dengar, Bu Alya dan Pak Rizki merupakan teman sejak kecil. Ketika Keluarga Kartika bangkrut, sepertinya Pak Rizki menikahi Bu Alya untuk menolongnya. Oleh karena itu, sekarang nggak ada yang berani mengganggu Bu Alya.""Ternyata begitu. Pak Rizki benar-benar orang yang baik, ya.""Aku juga dengar bahwa Pak Rizki terus menunggu Hana yang pergi ke luar negeri itu. Seorang pria dengan kesetiaan dan cinta yang mendalam, itulah Pak Rizki."Ketika orang-orang itu berbicara, Alya hanya berdiri di belakang dan mendengarkan. Dia sama sekali tidak menghindari mereka. Ekspresi di wajahnya tampak tenang, seolah-olah subjek pembicaraan orang-orang itu bukanlah dirinya.Akhirnya, mobil Wisnu berhenti di depan m