Alya melihat ke sekelilingnya dan merasa cukup puas. "Taruh beberapa tanaman hijau, ganti warna gordennya dengan yang lebih elegan, juga tambahkan pengharum ruangan yang dapat membantu tidur."Para pelayan pun mengangguk.Satu jam kemudian, mereka berdua berangkat lagi ke sanatorium untuk menjemput sang nenek.Selama 2 jam menunggu Rizki dan Alya yang mengatakan akan membawanya pulang, sesungguhnya Wulan merasa senang, tetapi dia juga merasa rumit.Dia merasa senang, karena akhirnya dia dapat meninggalkan sanatorium ini. Dia merasa rumit, karena dirinya yang sekarang, tampaknya akan merepotkan mereka di rumah.Walaupun rumah mereka sudah dipersiapkan dengan menyeluruh, tempat itu bukanlah sanatorium. Mau tak mau, mereka pasti akan memberikan lebih banyak perhatian padanya.Akan tetapi, sebelum dia dapat memikirkannya lebih lama, suara seorang perawat memasuki telinganya,"Nyonya, cucumu dan istrinya sudah datang menjemput."Mendengar ini, seketika Wulan menjadi agak gugup.Namun, kedua
Jantung Alya berdegap kencang, saat ini dia tidak tahu bagaimana dia harus menjawab pertanyaan Wulan.Pandangannya pun beralih pada Rizki.Mereka yang duduk di belakang saja sudah melihat Hana, apalagi Rizki yang duduk di depan.Apalagi, Hana adalah orang yang disukai Rizki, jadi harusnya pria itu yang lebih khawatir.Tentu saja di saat berikutnya, Rizki melambatkan laju mobilnya dan berhenti di depan gerbang rumah.Begitu mobilnya berhenti, Hana yang membawa tas di tangannya segera berjalan memutar ke sisi pengemudi, lalu dia mengetuk jendelanya.Jendela mobil pun diturunkan. Hana tersenyum manis dan suaranya terdengar sangat lembut."Rizki, kamu sudah pulang. Bagaimana dengan Nenek? Maaf, meskipun kamu bilang aku nggak usah khawatir, aku masih ingin datang dan bertanya langsung."Setelah mengatakan itu, Hana melirik ke kursi belakang. Karena dia tidak melihat Alya di kursi depan, dia menebak bahwa kalau Alya memang ada, wanita itu pasti ada di kursi belakang.Dia merasa senang. Ketik
Namun, Alya takut Rizki akan mengungkapkan sesuatu saat membuka mulut. Jadi, Alya mengambil inisiatif untuk berkata, "Belum selarut itu, kamu naik ke mobil dulu saja. Kebetulan hari ini Nenek pulang, duduk saja di dalam sebentar. Nanti aku akan meminta sopir untuk mengantarmu pulang."Dia dengan santai mengundang Hana.Hana meliriknya, jelas tidak menyangka Alya akan mengambil inisiatif untuk berbicara. Namun, dia segera memahami alasannya dan mengangguk."Terima kasih, Alya."Setelah itu, Hana berjalan memutar ke kursi belakang dan membuka pintunya.Mereka bertiga sangat ramping, jadi tidak masalah bila mereka semua duduk di belakang. Setelah naik ke mobil, Alya terus menempel pada sang nenek, sehingga posisi duduknya berada di tengah dan terdapat tempat kosong di sampingnya.Setelah naik ke mobil, Hana menyapa Wulan dengan lebih hangat.Alya menghela napas lega ketika melihat Hana tidak duduk di depan.Untung saja Hana cukup pintar."Hana, terima kasih sudah repot-repot ke sini untuk
Setelah pertunjukkan berakhir, semua orang pun masuk ke dalam.Kepala Pelayan juga telah menyuruh orang-orang dapur untuk menyiapkan Wulan makanan. Tentu saja, semuanya disiapkan sesuai dengan aturan. Namun, karena sudah larut, Wulan tidak makan banyak. Setelah beberapa suap, dia sudah meletakkan sendoknya."Terima kasih, semuanya. Kalian perhatian sekali."Kemudian, Wulan ingin bersiap untuk membersihkan diri. Alya hendak ikut pergi untuk membantunya, tetapi sang nenek melambaikan tangan."Membantu apa? Aku cuma mau mandi. Aku masih bisa bergerak sendiri."Alya ingin berbicara lagi, tetapi Wulan sudah menoleh dan dengan lembut berkata pada Hana, "Hana, sekarang sudah malam. Bagaimana kalau hari ini kamu menginap saja? Kita bisa meminta pelayan menyiapkan kamar tamu untukmu."Hana yang tadinya sedang makan sambil melamun, tiba-tiba dipanggil oleh sang nenek. Dia segera menggelengkan kepalanya dan berkata, "Nggak usah, Nenek. Nggak sopan kalau aku tinggal di sini lebih lama.""Kenapa ng
Hana memandang Rizki dengan wajah sedih. "Rizki, apa tadi aku salah bicara? Maaf, aku nggak tahu dia akan marah. Mungkin sebaiknya aku pulang saja."Setelah mengatakan itu Hana buru-buru berdiri, lalu cepat-cepat berjalan ke arah pintu keluar.Ketika melewati Rizki, lengannya digenggam oleh pria itu. Rizki mengerutkan kening dan berkata, "Kalau kamu sudah diperbolehkan menginap ya menginaplah, jangan pedulikan apa yang dia katakan.""Tapi ....""Tuan, kamar Nona Hana sudah siap," sela Kepala Pelayan yang tiba-tiba berlari dari jauh.Apa? Sudah siap?Hana memandang sang kepala pelayan dengan terkejut. Mereka baru pergi beberapa menit yang lalu, bagaimana bisa mereka menyiapkannya secepat ini? Apa mereka menyiapkannya dengan benar?"Hm." Saat ini Rizki tidak memedulikan hal tersebut, dia mendongak dan berkata pada Hana, "Ikutilah Pak Joko untuk pergi ke kamarmu. Sekarang sudah sangat larut, cepatlah tidur."Setelah mengatakan itu, Rizki bergegas pergi mengejar Alya."Rizki ...."Meskipun
Bahkan dengan mantel tebal yang dipakainya, Alya dapat merasakan dinginnya dinding kamar mandi di cuaca ini.Sementara itu di atas pundaknya terdapat tangan Rizki, berat dan kuat. Tangan pria itu mencengkeramnya dengan erat, membuatnya tidak dapat bergerak.Alya beberapa kali memberontak dengan sia-sia, hingga akhirnya dia pun kelelahan dan terengah-engah.Dia mendongak dan menatap orang yang menahannya. Kemudian, dia tertawa dingin sambil terengah-engah. "Apa yang kamu lakukan? Apa aku menyinggungmu, sehingga kamu marah karena dipermalukan?"Rizki menatapnya dengan ekspresi suram.Mata wanita di depannya ini sangatlah cerah, berair, serta bercahaya. Di bawah cahaya lampu, mereka berkilau seperti pecahan bintang dan terlihat sangat indah.Hidungnya mancung dan bibirnya yang semerah ceri berkilau memesona.Akan tetapi, di samping penampilannya yang cantik, kata-kata yang keluar dari mulutnya sangatlah tajam. Begitu tajam hingga menusuk hati, mengakibatkan rasa sakit yang membuat seseora
"Salah paham?"Alya melihatnya dengan mata sendiri, tetapi orang ini masih berani bilang salah paham?Rizki menatap wanita di depannya. Dia akhirnya tahu kenapa emosi Alya tiba-tiba berubah, wanita ini telah salah paham dan mengira dirinya telah menghabiskan malam di luar bersama Hana. Tanpa diduga, dada Rizki tidak terasa sesesak itu lagi.Ekspresinya juga jadi lebih tenang dan tidak sesuram tadi. Rizki mengatupkan bibir tipisnya, lalu dia mulai menjelaskan, "Hal itu nggak seperti yang kamu pikirkan, malam itu ...."Dia hendak menjelaskan pada Alya apa yang terjadi pada hari itu, tetapi tanpa diduga, Alya segera memotongnya perkataannya ketika dia membicarakan malam itu."Aku sama sekali nggak mau tahu apa yang terjadi pada malam itu, kamu nggak perlu sampai memberitahuku."Rizki pasti ingin mengatakan bahwa dia tidak menghabiskan malam bersama Hana, bahwa semuanya tidak seperti yang Alya pikirkan. Seolah-seolah, Rizki mengira Alya tidak pergi ke sana, sehingga dia dapat membodohinya.
Rizki mengerutkan keningnya, matanya penuh dengan binar yang dingin. Aura di sekitarnya terasa sangat berat, sehingga Alya mengira dia akan melakukan sesuatu lagi.Namun, pria itu hanya berbalik dan pergi.Alya menghela napas lega, tetapi di saat yang sama, dia juga tersenyum mencemooh.Hana menunggu di luar sambil mengepalkan tangannya dengan gelisah. Kalau dia tidak salah dengar barusan, suara Rizki terdengar sangat kesal.Seolah-olah dia telah mengganggu sesuatu yang penting.Situasi semacam ini membuat Hana sangat gelisah.Apalagi setelah menjelaskan bahwa dia yang mengetuk pintunya, waktu sudah cukup lama berlalu, tetapi Rizki masih belum membukakan pintu. Hana menjadi makin gelisah.Apa yang pria itu lakukan di dalam sana? Kenapa Rizki masih belum juga membuka pintunya?Pikiran Hana sangat kacau. Akhirnya, pintu kamar itu dibuka.Dia segera mendongak dan melihat Rizki, lalu dengan saksama dia pun mengamati pria itu.Hm, baju Rizki masih sama dengan yang dipakainya sebelum naik ke