Share

Kebangkitan Sang Pewaris Tunggal
Kebangkitan Sang Pewaris Tunggal
Penulis: Rianoir

Bab 1 - Kembali ke Masa Lalu

Klein Alexander baru saja pulang dari perjalanan bisnisnya dengan sekotak kue di tangan. Senyuman tipis menghiasi wajahnya yang memiliki cacat di bagian kanan saat dia masuk ke dalam apartemennya. 

Di otak Klein, dia bisa membayangkan merekahnya senyuman cantik sang istri, Windy Brown, ketika diberikan kejutan di hari ulang tahun wanita itu ini.

KLIK!

“Ah, sayang! Jangan nakal! Mau berapa kali kamu melakukannya? Apa kamu lupa aku sedang hamil?" Suara lantunan manja seorang wanita terdengar dari dalam ruang tidur, membuat Klein mengerutkan kening.

“Perutmu belum begitu besar, masih bisalah melakukannya lagi denganku,” balas seorang pria yang diikuti dengan tawa genit sang wanita.

Mengenali suara tersebut, perasaan Klein tidak enak. Dia pun mendekati pintu kamarnya dan mengintip dari celah pintu.

Seketika, Klein melihat pemandangan yang mengejutkan!

Istrinya, Windy, sedang berselingkuh dengan sahabat sekaligus bos Klein, Rudy Lee!

Dengan tubuh bergetar marah, Klein langsung mendorong pintu hingga terbuka lebar. “Windy! Rudy! Apa yang kalian lakukan?!”

Kedatangan Klein mengejutkan orang di dalam ruangan.

“K-Klein? K-kenapa kamu di sini!?” tanya Windy dengan kaget, gegas menarik selimut untuk menutupi tubuhnya selagi Rudy turun dari tempat tidur untuk mengenakan celananya. 

“Bukankah kamu masih dinas di luar kota?!” imbuh Rudy lagi dengan wajah bingung.

Memang, Klein seharusnya pulang besok dan bukan hari ini dari perjalanan bisnisnya. Akan tetapi, mengingat hari ini adalah hari ulang tahun sang istri, Klein berusaha menyelesaikan tugasnya secepat mungkin agar bisa pulang lebih awal dan mengejutkan Windy.

Namun, siapa yang menyangka malah dirinya yang dikejutkan dengan pengkhianatan ini!?

Dengan wajah kecewa dan marah, Klein tak elak bertanya, “Baru setengah tahun usia pernikahan kita, apa aku memperlakukanmu dengan tidak baik sampai kamu membalasku dengan pengkhianatan ini!?”

Ditanya seperti itu, Windy memasang wajah panik dan kebingungan. “Aku … aku–”

“Sudah ketahuan, untuk apa bersandiwara lagi? Kita jujur saja,” potong Rudy dengan wajah angkuh. Tidak ada rasa bersalah sedikit pun saat dia menatap Klein dan berkata, “Istrimu dari awal adalah wanitaku.”

Mata Klein membola. “Apa?”

Rudy mendengus dingin dan menarik pinggang Windy untuk memeluknya dekat. “Menurutmu, apa wanita secantik Windy bisa suka kepada pria jelek dan miskin sepertimu?” Dia menunjuk ke arah tanda lahir aneh di wajah Klein. “Tentu saja, tidak!”

Klein mengalihkan pandangan pada Windy. Wajahnya penuh kekecewaan. “Apa itu … benar?” tanyanya. “Sebelum menikah denganku … kamu sudah berhubungan dengan pria ini!?”

Windy menggigit bibir, tampak menyesalkan sesuatu. Sampai akhirnya, wanita itu menghela napas dan menganggukkan kepala. “Itu benar.”

Hati Klein terasa tertusuk seribu belati, sakit dan berdarah. “Kalau begitu, kenapa kamu bersedia menikah denganku!?” Dia menghampiri Windy dan mencengkeram pundak wanita itu untuk mengguncangnya. “Kenapa setengah tahun yang lalu kamu mengatakan cinta dan mengajakku menikah!? Apa itu semua juga sandiwara?!”

“Ah! Lepaskan aku!” Windy yang merasa takut meringis dan meronta.

“Bajingan!” maki Rudy. “Menyingkir dari Windy!” Dia mendorong tubuh Klein hingga pria itu terjatuh ke belakang dan kepalanya membentur ujung lemari!

KRAK!

Suara memilukan terdengar dari kepala Klein, diikuti dengan pandangan yang membuyar dan rasa sakit menusuk. 

“Bagaimana ini!? Kepalanya berdarah!" Teriakan panik Windy terdengar oleh Klein. “Kita harus panggil ambulans!” Wanita itu berlari ke arah nakas untuk mengambil ponsel, tapi tindakannya dihentikan oleh Rudy. 

“Apa yang kamu lakukan Rudy!? Kita harus panggil bantuan sebelum dia mati!”

“Biarkan saja dia mati. Bukankah dengan begitu, kita bisa menutupi apa yang terjadi di sini?” Rudy tersenyum licik seraya melanjutkan, “Sebaliknya, kalau dia hidup, bukan hanya hubungan kita akan terbongkar, tapi dia bisa melaporkan kita atas usaha pembunuhan. Di saat itulah kita akan sungguh-sungguh masuk ke dalam penjara!”

Mendengar ide Rudy, Wendy mengerjapkan mata. Kemudian, dia tersenyum senang dan langsung mencium pipi pria itu. 

“Kamu benar! Astaga, Rudy! Kamu adalah seorang genius!”

Terkapar di lantai, Klein sungguh tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Bisa-bisanya dua orang yang selama ini begitu dia percaya bertindak sekeji ini!?

Di saat ini, Klein samar-samar melihat Rudy dan Windy menghampiri dirinya. Kedua orang itu seperti sedang menatap seonggok mayat yang tidak lagi bernyawa.

“Tadi dia bertanya, kenapa kamu menikahinya ketika memiliki hubungan denganku, ‘kan?” Rudy mendecak-decakkan lidah selagi berkata dengan nada mengejek, “Andai dia tahu, semua adalah rencanaku untuk menutupi kenyataan bahwa anak dalam kandunganmu adalah anakku.”

Klein membeku. 

Pria itu … bilang apa?!

Windy tertawa kecil dan mengelus dada Rudy. “Sayang, dia tidak akan pernah tahu maupun melakukan apa pun.” Dia pun tertawa begitu puas bersama Rudy.

Klein merasa amarahnya membara. Dia ingin sekali memberi pelajaran pada Rudy dan Windy, tapi … darah terus mengalir deras dari luka di kepalanya, membuat tubuh Klein semakin lama semakin lemah.

Apa dirinya akan mati seperti ini? Mati setelah menemukan perselingkuhan istrinya, yang menikahinya karena suruhan pria lain!? Bahkan anak dalam kandungan wanita itu yang selama ini sangat Klein nantikan … ternyata sama sekali bukan darah dagingnya!?

Tidak terima … Klein tidak terima!!

Saat Klein meneriakkan itu dalam hati, tiba-tiba kalung batu giok yang berada dalam kemejanya mengeluarkan cahaya yang membutakan!

“Ugh ….”

“Sayang, ada apa denganmu? Apa kamu sakit?”

Mendengar suara itu, Klein tersentak. Dia yang merasakan tubuhnya bisa digerakkan lagi, langsung membuka mata dan terkejut mendapati wajah Windy begitu dekat dengannya.

“Menjauh dariku!” seru Klein yang langsung mendorong Windy.

“Ah!” Windy berseru, terhuyung mundur dan hampir jatuh kalau bukan ada orang yang menahan tubuhnya.

“Klein, apa kau sudah tidak waras?! Kenapa mendorong Windy seperti itu?!” seru seorang wanita berpakaian formal yang menyelamatkan Windy.

“Ha ha! Waduh, belum menikah saja sudah kasar. Gimana setelah bulan depan nanti menikah?” sahut seorang pria lain dengan tawa menggelegar. “Windy, yakin kamu masih mau menikahi pria buruk rupa ini?!”

Melihat wanita dan pria itu, Klein mengerutkan kening. Kedua orang itu adalah teman dekat Windy sekaligus teman sekantor mereka. Dua orang yang paling sering menghinanya karena merasa dirinya tak pantas untuk wanita seperti Windy.

Namun, bukankah tadi dia di rumah dan berada di ambang kematian? Lalu, bagaimana dia bisa berakhir di kantor!?

Langsung, Klein menyentuh belakang kepalanya. Tidak terasa sakit!

Masih bingung, cepat-cepat dia berlari ke toilet dan melihat pantulan belakang kepalanya di cermin.

Tidak ada luka!?

Selagi masih kaget dan bingung dengan semua yang terjadi, tiba-tiba sebuah tangan menyentuh pundak Klein, membuatnya tersentak dan menoleh ke belakang. 

“Oi, Klein. Kudengar kau akan menikah. Selamat ya, Bung ….”

Klein terkejut bukan main melihat pria di depan matanya sekarang. 

Bagaimana tidak?  Pria yang baru saja mengucapkan selamat padanya itu adalah sahabat baiknya, Chester, pria yang seharusnya sudah meninggal karena sebuah tabrak lari beberapa hari sebelum Klein menikah!

Klein terdiam, mengingat kembali bagaimana teman-teman kantornya juga menyebut pernikahannya dengan Windy akan berlangsung satu bulan lagi.

Seketika, Klein pun mengajukan satu pertanyaan.

Mungkinkah … aku kembali ke masa lalu!?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status