Klein Alexander baru saja pulang dari perjalanan bisnisnya dengan sekotak kue di tangan. Senyuman tipis menghiasi wajahnya yang memiliki cacat di bagian kanan saat dia masuk ke dalam apartemennya.
Di otak Klein, dia bisa membayangkan merekahnya senyuman cantik sang istri, Windy Brown, ketika diberikan kejutan di hari ulang tahun wanita itu ini.
KLIK!
“Ah, sayang! Jangan nakal! Mau berapa kali kamu melakukannya? Apa kamu lupa aku sedang hamil?" Suara lantunan manja seorang wanita terdengar dari dalam ruang tidur, membuat Klein mengerutkan kening.
“Perutmu belum begitu besar, masih bisalah melakukannya lagi denganku,” balas seorang pria yang diikuti dengan tawa genit sang wanita.
Mengenali suara tersebut, perasaan Klein tidak enak. Dia pun mendekati pintu kamarnya dan mengintip dari celah pintu.
Seketika, Klein melihat pemandangan yang mengejutkan!
Istrinya, Windy, sedang berselingkuh dengan sahabat sekaligus bos Klein, Rudy Lee!
Dengan tubuh bergetar marah, Klein langsung mendorong pintu hingga terbuka lebar. “Windy! Rudy! Apa yang kalian lakukan?!”
Kedatangan Klein mengejutkan orang di dalam ruangan.
“K-Klein? K-kenapa kamu di sini!?” tanya Windy dengan kaget, gegas menarik selimut untuk menutupi tubuhnya selagi Rudy turun dari tempat tidur untuk mengenakan celananya.
“Bukankah kamu masih dinas di luar kota?!” imbuh Rudy lagi dengan wajah bingung.
Memang, Klein seharusnya pulang besok dan bukan hari ini dari perjalanan bisnisnya. Akan tetapi, mengingat hari ini adalah hari ulang tahun sang istri, Klein berusaha menyelesaikan tugasnya secepat mungkin agar bisa pulang lebih awal dan mengejutkan Windy.
Namun, siapa yang menyangka malah dirinya yang dikejutkan dengan pengkhianatan ini!?
Dengan wajah kecewa dan marah, Klein tak elak bertanya, “Baru setengah tahun usia pernikahan kita, apa aku memperlakukanmu dengan tidak baik sampai kamu membalasku dengan pengkhianatan ini!?”
Ditanya seperti itu, Windy memasang wajah panik dan kebingungan. “Aku … aku–”
“Sudah ketahuan, untuk apa bersandiwara lagi? Kita jujur saja,” potong Rudy dengan wajah angkuh. Tidak ada rasa bersalah sedikit pun saat dia menatap Klein dan berkata, “Istrimu dari awal adalah wanitaku.”
Mata Klein membola. “Apa?”
Rudy mendengus dingin dan menarik pinggang Windy untuk memeluknya dekat. “Menurutmu, apa wanita secantik Windy bisa suka kepada pria jelek dan miskin sepertimu?” Dia menunjuk ke arah tanda lahir aneh di wajah Klein. “Tentu saja, tidak!”
Klein mengalihkan pandangan pada Windy. Wajahnya penuh kekecewaan. “Apa itu … benar?” tanyanya. “Sebelum menikah denganku … kamu sudah berhubungan dengan pria ini!?”
Windy menggigit bibir, tampak menyesalkan sesuatu. Sampai akhirnya, wanita itu menghela napas dan menganggukkan kepala. “Itu benar.”
Hati Klein terasa tertusuk seribu belati, sakit dan berdarah. “Kalau begitu, kenapa kamu bersedia menikah denganku!?” Dia menghampiri Windy dan mencengkeram pundak wanita itu untuk mengguncangnya. “Kenapa setengah tahun yang lalu kamu mengatakan cinta dan mengajakku menikah!? Apa itu semua juga sandiwara?!”
“Ah! Lepaskan aku!” Windy yang merasa takut meringis dan meronta.
“Bajingan!” maki Rudy. “Menyingkir dari Windy!” Dia mendorong tubuh Klein hingga pria itu terjatuh ke belakang dan kepalanya membentur ujung lemari!
KRAK!
Suara memilukan terdengar dari kepala Klein, diikuti dengan pandangan yang membuyar dan rasa sakit menusuk.
“Bagaimana ini!? Kepalanya berdarah!" Teriakan panik Windy terdengar oleh Klein. “Kita harus panggil ambulans!” Wanita itu berlari ke arah nakas untuk mengambil ponsel, tapi tindakannya dihentikan oleh Rudy.
“Apa yang kamu lakukan Rudy!? Kita harus panggil bantuan sebelum dia mati!”
“Biarkan saja dia mati. Bukankah dengan begitu, kita bisa menutupi apa yang terjadi di sini?” Rudy tersenyum licik seraya melanjutkan, “Sebaliknya, kalau dia hidup, bukan hanya hubungan kita akan terbongkar, tapi dia bisa melaporkan kita atas usaha pembunuhan. Di saat itulah kita akan sungguh-sungguh masuk ke dalam penjara!”
Mendengar ide Rudy, Wendy mengerjapkan mata. Kemudian, dia tersenyum senang dan langsung mencium pipi pria itu.
“Kamu benar! Astaga, Rudy! Kamu adalah seorang genius!”
Terkapar di lantai, Klein sungguh tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Bisa-bisanya dua orang yang selama ini begitu dia percaya bertindak sekeji ini!?
Di saat ini, Klein samar-samar melihat Rudy dan Windy menghampiri dirinya. Kedua orang itu seperti sedang menatap seonggok mayat yang tidak lagi bernyawa.
“Tadi dia bertanya, kenapa kamu menikahinya ketika memiliki hubungan denganku, ‘kan?” Rudy mendecak-decakkan lidah selagi berkata dengan nada mengejek, “Andai dia tahu, semua adalah rencanaku untuk menutupi kenyataan bahwa anak dalam kandunganmu adalah anakku.”
Klein membeku.
Pria itu … bilang apa?!
Windy tertawa kecil dan mengelus dada Rudy. “Sayang, dia tidak akan pernah tahu maupun melakukan apa pun.” Dia pun tertawa begitu puas bersama Rudy.
Klein merasa amarahnya membara. Dia ingin sekali memberi pelajaran pada Rudy dan Windy, tapi … darah terus mengalir deras dari luka di kepalanya, membuat tubuh Klein semakin lama semakin lemah.
Apa dirinya akan mati seperti ini? Mati setelah menemukan perselingkuhan istrinya, yang menikahinya karena suruhan pria lain!? Bahkan anak dalam kandungan wanita itu yang selama ini sangat Klein nantikan … ternyata sama sekali bukan darah dagingnya!?
Tidak terima … Klein tidak terima!!
Saat Klein meneriakkan itu dalam hati, tiba-tiba kalung batu giok yang berada dalam kemejanya mengeluarkan cahaya yang membutakan!
“Ugh ….”
“Sayang, ada apa denganmu? Apa kamu sakit?”
Mendengar suara itu, Klein tersentak. Dia yang merasakan tubuhnya bisa digerakkan lagi, langsung membuka mata dan terkejut mendapati wajah Windy begitu dekat dengannya.
“Menjauh dariku!” seru Klein yang langsung mendorong Windy.
“Ah!” Windy berseru, terhuyung mundur dan hampir jatuh kalau bukan ada orang yang menahan tubuhnya.
“Klein, apa kau sudah tidak waras?! Kenapa mendorong Windy seperti itu?!” seru seorang wanita berpakaian formal yang menyelamatkan Windy.
“Ha ha! Waduh, belum menikah saja sudah kasar. Gimana setelah bulan depan nanti menikah?” sahut seorang pria lain dengan tawa menggelegar. “Windy, yakin kamu masih mau menikahi pria buruk rupa ini?!”
Melihat wanita dan pria itu, Klein mengerutkan kening. Kedua orang itu adalah teman dekat Windy sekaligus teman sekantor mereka. Dua orang yang paling sering menghinanya karena merasa dirinya tak pantas untuk wanita seperti Windy.
Namun, bukankah tadi dia di rumah dan berada di ambang kematian? Lalu, bagaimana dia bisa berakhir di kantor!?
Langsung, Klein menyentuh belakang kepalanya. Tidak terasa sakit!
Masih bingung, cepat-cepat dia berlari ke toilet dan melihat pantulan belakang kepalanya di cermin.
Tidak ada luka!?
Selagi masih kaget dan bingung dengan semua yang terjadi, tiba-tiba sebuah tangan menyentuh pundak Klein, membuatnya tersentak dan menoleh ke belakang.
“Oi, Klein. Kudengar kau akan menikah. Selamat ya, Bung ….”
Klein terkejut bukan main melihat pria di depan matanya sekarang.
Bagaimana tidak? Pria yang baru saja mengucapkan selamat padanya itu adalah sahabat baiknya, Chester, pria yang seharusnya sudah meninggal karena sebuah tabrak lari beberapa hari sebelum Klein menikah!
Klein terdiam, mengingat kembali bagaimana teman-teman kantornya juga menyebut pernikahannya dengan Windy akan berlangsung satu bulan lagi.
Seketika, Klein pun mengajukan satu pertanyaan.
‘Mungkinkah … aku kembali ke masa lalu!?’
Sepanjang siang, Klein hanya terduduk di kursi kantornya dan menatap kosong ke arah kalung batu giok di tangan. Dia mencoba memproses segala hal yang terjadi.Usai memergoki sang istri berselingkuh, Klein bertengkar dengan Rudy sampai kepalanya membentur lemari. Kemudian, saat dia hampir kehilangan kesadaran, kalung batu giok yang dia dapatkan dari mendiang orang tuanya mengeluarkan cahaya membutakan, membuatnya tiba-tiba telah berada di kantor, di masa dirinya dan Windy belum menikah, dan Chester–teman baiknya–yang seharusnya sudah mati juga masih hidup!Bagaimanapun Klein melihatnya, tidak ada penjelasan lain selain dirinya telah melakukan perjalanan waktu!‘Apa … karena giok ini?’ batin Klein bertanya-tanya.“... ein … Klein!” Panggilan itu menyentak Klein, membuatnya menoleh ke belakang. Tampak seorang wanita berdada besar dengan lekuk tubuh mencolok tengah menatapnya dengan khawatir.“Bu Olivia?” panggil Klein seiring dirinya berdiri.Olivia Harper, supervisor Klein dan Chester
Keluarga Lionheart, sebuah keluarga yang telah lama dikenal sebagai salah satu keluarga terkaya dan paling berpengaruh di negara ini. Dengan aset yang tersebar di berbagai sektor bisnis, dari real estate hingga teknologi, kekayaan mereka diperkirakan mencapai triliunan.Kepala keluarga Lionheart, Tuan Besar Lionheart, sudah berusia 70 tahun dan hanya memiliki satu anak. Sayangnya, anaknya itu telah terlebih dulu meninggalkan dunia akibat sebuah kecelakaan yang menimpanya dengan sang istri, meninggalkan seorang putra semata wayang yang berujung dibesarkan oleh Tuan Besar Lionheart.Klein … adalah putra semata wayang itu."Tuan Muda, tujuan Anda datang ke Lionheart Palace hari ini, apakah untuk menerima kembali posisi ahli waris keluarga Lionheart?" tanya Helda, matanya berkaca-kaca.Helda adalah pelayan pribadi Klein yang telah merawat pria tersebut sejak masih bayi. Dia ditugaskan sementara menjadi direktur hotel bukan untuk mengatur tempat itu, tapi lebih kepada menanti hari di mana
Klein menatap Rudy dengan pandangan dingin, mengingat kembali semua kebaikan palsu yang pernah diterimanya dari pria itu di kehidupan sebelumnya. Sebagai manajer dan atasan langsung Klein, Rudy selalu bersikap baik dan penuh perhatian. Bahkan saat pernikahan Klein dan Windy, Rudy memberi hadiah pernikahan yang sangat mewah: bulan madu keliling Eropa.Tentu saja, Rudy juga ikut dalam perjalanan itu. Klein ingat betapa bahagianya dia saat itu, merasa beruntung memiliki atasan dan kawan sebaik Rudy. Namun kini, setelah mengetahui pengkhianatan Rudy dan Windy, Klein akhirnya sadar. Semua kebaikan itu hanyalah topeng, sebuah sandiwara licik untuk membuat Klein bersedia menikahi Windy yang telah mengandung anak Rudy.Lamunan Klein buyar saat mendengar suara mengejek Jack Thompson. Pria bertubuh tegap dengan rambut pirang itu berdiri angkuh di hadapannya, sementara pasangannya, Lisa Moore—wanita berambut merah dengan tubuh langsing—berdiri di sampingnya dengan senyum mencemooh.“Windy, calo
Teriakan itu membuat semua mata langsung tertuju ke arah pintu masuk restoran. Di sana, berdiri seorang wanita cantik nan seksi yang berjalan cepat menghampiri mereka. Tubuhnya yang sempurna dibalut blazer ketat berwarna hitam dan rok pensil merah yang memperlihatkan lekuk indahnya. Rambut hitam panjangnya yang tergerai indah bergoyang mengikuti langkahnya yang anggun namun tegas, membuat para pria di sekitarnya tak bisa lepas dari sosoknya yang begitu memesona itu.Klein menatap wanita tersebut dengan mata mengawasi. Dari gestur dan penampilannya yang menawan, jelas bahwa wanita itu memiliki jabatan tinggi di hotel tersebut."M-manajer Kim!" seru pelayan senior itu tergagap, wajahnya memucat, mengenali wanita itu.Kim Eun-Ji atau yang lebih sering dipanggil sebagai Manajer Kim, merupakan manajer yang mengatur segala hal di restoran hotel Lionheart Palace. Dia adalah seorang wanita yang sangat dihormati akibat kemampuan dan sikap tegasnya, bahkan para eksekutif pria tidak ada yang be
Ancaman itu membuat Rudy merasa sangat kesal dan dipermalukan. Ia menatap tajam ke arah Manajer Kim.”Tunggu saja, kau akan menyesal!” ucapnya sebelum akhirnya pergi dengan wajah merah padam.“Apa kita akan pergi begitu saja dari sini!?” Windy yang berusaha mengejar Rudy merengek, tidak senang pergi begitu saja setelah dijanjikan makan enak dan mewah hari itu.“Diam dan ikut saja!” bentak Rudy dengan kesal, membuat Windy langsung bungkam. Selama berhubungan, tidak pernah dirinya dibentak seperti itu oleh pria tersebut, tapi sekarang Rudy membentaknya di depan semua orang, membuatnya sangat malu! ‘Ini semua karena Klein!’ gerutu Windy seraya menghentakkan kaki untuk mengikuti kepergian Rudy dari tempat tersebut.Tak jauh berbeda dengan Windy, dalam hatinya, Rudy mengucapkan sumpah penuh dendam, ‘Klein Alexander, akan kupastikan dirimu menyesali apa yang terjadi hari ini!’**Sementara itu, di ruang VIP, Klein dan Chester menikmati hidangan mewah mereka dengan santai. Di meja, terdapat
Rina Lee, putri bungsu keluarga Lee, adalah sosok yang dikenal luas sebagai wanita tercantik di Riverdale. Bukan hanya memiliki paras yang menawan, Rina juga dikenal sebagai wanita cerdas dan berbakat. Di usia mudanya, ia telah menjadi Manajer R&D perusahaan fashion terkemuka milik Heaven Group dan sering muncul di sampul majalah bisnis ternama. Kecantikan, kecerdasan, dan kesuksesannya membuat Rina menjadi idaman banyak pria, sekaligus inspirasi bagi banyak wanita.Kini, wanita sehebat itu, hadir di depan keduanya. Dan yang lebih mengejutkan, Rina mengenal Klein!Mata Chester bergantian menatap Klein dan Rina dengan ekspresi bingung. Bagaimana mungkin Rina Lee mengenal Klein?Klein mengangguk pelan, lalu berpaling pada Chester. "Chester, kau bisa kembali ke kantor duluan. Ada yang perlu kubicarakan dengan Nona Lee.""Apa? Kau serius?" bisik Chester dengan nada khawatir. "Ingat, dia saudara Rudy, Klein! Bagaimana kalau ini jebakan?"Klein tersenyum menenangkan pada sahabatnya itu. "T
Klein bisa melihat pertanyaannya membuat Rina agak terkejut. Mungkin, di mata wanita itu, Klein sangat rendah hati. Akan tetapi, sebenarnya Klein lebih merasakan trauma akibat pernikahannya di kehidupan lalu dengan Windy. Pria itu khawatir bahwa Rina memiliki niat terselubung dengan menikahi dirinya, seseorang dengan wajah cacat dan reputasi yang kurang baik.Mungkinkah wanita itu malah hanya menargetkan posisinya sebagai calon pewaris? Atau … ada hal lain?Usai terdiam beberapa saat, Rina menundukkan kepala, lalu dia tersenyum dengan malu-malu. “Bersedia, dan aku tidak peduli dengan reputasi maupun cacat di wajahmu.” Wanita itu menatap Klein dan menyentuh wajah pria itu lembut. “Semenjak kamu membantuku dua tahun lalu, aku bersumpah akan membalas budimu dengan cara apa pun, termasuk menjadi istrimu.”Beberapa tahun lalu, saat Rina sedang mengelilingi kota seorang diri guna mencari inspirasi untuk desainnya, dia hampir saja dirampok dan dilecehkan oleh sekelompok pria berandal. Berun
"Tuan, kita sudah sampai!" Setelah memakan waktu kurang-lebih lima belas menit di perjalanan, taksi yang Klein tumpangi akhirnya sampai di Heaven General Hospital, salah satu rumah sakit terbesar dan terpercaya di kota Zephir. Setelah membayar ongkos taksi, Klein bergegas turun dan berlari menuju Unit Gawat Darurat. Jantungnya berdegup kencang, dipenuhi kekhawatiran akan nasib sahabatnya itu. ‘Chester, bertahanlah, Kawan!’ batin Klein dalam hati. Tepat di saat itu, kalung giok naga yang ada di dada Klein mendadak terasa panas, membuat pria itu menghentikan langkah sembari meringis kala menyentuhnya. 'Ada apa dengan batu giok ini?' batin Klein bertanya-tanya. Namun, sebelum ia bisa memikirkannya lebih lanjut, suara seseorang menginterupsi pikirannya. "Klein! Di sini!" Itu adalah Windy. Wanita itu tampak berdiri di depan ruang UGD bersama dengan Rudy, Jack, dan Lisa. Menghampiri Windy, Klein langsung bertanya, "Apa yang terjadi pada Chester?" Dengan wajah berurai air mata, Win
Di ruang pengantin wanita, Rina tampak cantik luar biasa dalam gaun putih yang dihiasi ribuan kristal kecil. Wajahnya berseri-seri, pancaran kebahagiaan terpancar jelas dari matanya. Musik orchestra mulai mengalun lembut saat Klein melangkah ke altar. Para tamu berdiri, menanti kedatangan pengantin wanita. Saat Rina muncul, dipimpin oleh ayahnya, seluruh hadirin terpesona oleh kecantikannya. Upacara pernikahan berlangsung dengan khidmat di bawah kanopi bunga mawar putih yang menaungi altar. Ratusan tamu undangan menahan napas saat Klein dan Rina berdiri berhadapan, tangan mereka saling menggenggam. Klein, meski wajahnya tetap tenang, menatap Rina dengan intensitas yang belum pernah dilihat siapapun sebelumnya. Matanya yang biasanya dingin kini menyiratkan kehangatan dan kasih sayang yang dalam. Rina, dengan mata berkaca-kaca, membalas tatapan Klein dengan senyum lembut. Pendeta memulai prosesi dengan suara yang jernih, "Klein Lionheart, bersediakah engkau menerima Rina Lee seb
Satu hari telah berlalu sejak penyerangan keluarga Xie ke Paviliun Lionheart. Pagi itu, Klein berdiri di balkon kamarnya, matanya yang tajam memandang ke arah kota Riverdale yang mulai sibuk. Wajahnya tetap tanpa ekspresi, namun ada kilatan tekad yang kuat di matanya.Paviliun Lionheart masih dalam proses perbaikan. Bekas-bekas pertempuran masih terlihat jelas di beberapa bagian bangunan dan halaman. Para pekerja sibuk mondar-mandir, memperbaiki kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan keluarga Xie.Klein mendengar suara langkah kaki mendekat. Ia tidak perlu berbalik untuk tahu siapa yang datang."Bagaimana keadaanmu, Klein?" tanya Cornelius, berdiri di samping cucunya."Baik-baik saja, Kek," jawab Klein singkat, matanya tetap memandang ke kejauhan.Cornelius mengangguk. "Baguslah. Kau tahu, kita beruntung Kakek Buyutmu, Ryan datang tepat waktu. Jika tidak..."Klein hanya mengangguk pelan. Ia tahu betul bahwa tanpa campur tangan Ryan, mungkin mereka tidak akan selamat dari serangan
"Apa yang terjadi?" tanya salah satu tetua, wajahnya pucat pasi.Belum sempat ada yang menjawab, sebuah portal dimensi terbuka di tengah halaman utama. Dari dalamnya, muncul sosok Ryan Pendragon dengan senyum lebar di wajahnya."Halo, keluarga Xie!" serunya riang. "Maaf mengganggu pesta kecil kalian. Tapi kurasa sudah waktunya kita bermain-main sedikit!"Para anggota keluarga Xie langsung bersiaga. Puluhan praktisi bela diri tingkat tinggi mengepung Ryan, siap menyerang.Ryan tertawa. "Oh, ayolah! Kalian pikir jumlah bisa mengalahkan kualitas? Baiklah, biar kutunjukkan pada kalian apa arti kekuatan sejati!"Dengan satu gerakan tangan, Ryan melepaskan gelombang energi Qi yang luar biasa kuat. Gelombang ini menghempaskan sebagi
Wajah Xie Wei memerah, campuran antara malu dan marah. "Omong kosong! Tidak mungkin kau lebih tua dariku! Aku tidak akan tertipu oleh kebohonganmu!""Tertipu?" Ryan mengangkat alisnya, senyum mengejek masih terpasang di wajahnya. "Oh, bocah tua. Kau benar-benar masih hijau dalam hal ini."Merasa terhina, Xie Wei tidak bisa menahan amarahnya lagi. "Cukup omong kosongmu! Akan kubuat kau menyesali kata-katamu!"Xie Wei melesat maju, tangannya diselimuti energi Qi putih kebiruan yang membentuk cakar harimau. Namun, sebelum serangannya mencapai Ryan, pria itu sudah menghilang dari pandangan.Tanpa peringatan, Ryan muncul di belakang Xie Wei, bergerak dengan kecepatan yang bahkan melampaui Xie Wei. Energi Qi merah keemasan menyelimuti tubuhnya, membentuk aura matahari yang menyilaukan."Terlalu lambat, bocah," ejek Ryan. "Biar kutunjukkan padamu apa itu kekuatan sejati. Teknik Matahari Surgawi: Sembilan Matahari Membakar Surga!"Xie Wei berusaha menangkis serangan itu, tapi kekuatan di bali
Klein memulai serangan pertamanya dengan pukulan lurus yang diselimuti energi Qi merah keemasan. "Tinju Matahari Membara!" teriaknya, suaranya dipenuhi amarah yang tak terbendung. Pukulannya menciptakan gelombang panas yang menghantam pertahanan Xie Wei, udara di sekitar tinjunya berpendar bagai bara api.Xie Wei berhasil menangkis serangan ini, tapi ia terdorong beberapa langkah ke belakang, tangannya terasa terbakar. "Hoh, rupanya bocah Lionheart punya nyali juga," ejeknya, senyum kejam tersungging di bibirnya.Tak memberi kesempatan Xie Wei untuk bernapas, Klein melanjutkan dengan tendangan berputar. Kakinya yang diselimuti energi Qi membentuk busur api, menciptakan jejak merah menyala di udara. "Tendangan Korona Matahari!" Serangan ini nyaris mengenai kepala Xie Wei, yang berhasil menghindar pada detik-detik terakhir, rambut di pelipisnya terbakar sedikit.Klein terus melancarkan kombinasi pukulan dan tendangan dalam ritme yang cepat dan tak terduga. Setiap serangannya dipenuhi a
Pertarungan sengit pun pecah. Xie Wei dan sosok tua itu bergerak dengan kecepatan luar biasa, menciptakan gelombang kejut energi setiap kali serangan mereka beradu. Tanah retak, pohon-pohon tumbang, dan udara bergetar hebat akibat pertarungan dahsyat ini.Xie Wei mengerahkan seluruh kekuatannya, mengaktifkan jurus rahasia keluarga Xie. "Jurus Rahasia: Sembilan Roh Harimau Putih!" teriaknya.Seketika, udara di sekitar Xie Wei bergetar hebat. Energi Qi putih kebiruan meledak dari tubuhnya, membentuk sembilan sosok harimau putih raksasa yang mengelilinginya. Mata harimau-harimau itu berkilat ganas, taring dan cakar mereka tampak siap mencabik apa pun yang menghalangi.Sosok tua itu, meski powerful, tampak terkejut melihat jurus ini. "Jurus legendaris keluarga Xie," gumamnya. "Tak kusangka masih ada yang bisa menguasainya."Xie Wei tidak memberi kesempatan pada sosok tua itu untuk mempersiapkan diri. Dengan satu gerakan tangan, ia mengarahkan kesembilan harimau itu untuk menyerang. Har
Cahaya merah menyilaukan memancar dari kalung giok naga yang dikenakan Klein, menerangi area pertempuran dengan aura mistis. Raungan naga yang menggelegar seolah membelah langit malam, membuat semua pihak yang terlibat dalam pertarungan terdiam sejenak.Dari dalam kalung tersebut, muncul sosok semi-transparan seorang pria tua. Rambutnya yang panjang dan janggut putihnya bergerak pelan seolah tertiup angin yang tak kasat mata. Matanya yang tajam memindai area sekitar sebelum akhirnya terpaku pada Klein."Ah, jadi kau pemilik baru makam pedang ini," ujar sosok itu, suaranya berat dan dalam. "Kau mengingatkanku pada pemilik sebelumnya. Sama-sama keras kepala dan selalu terlihat tenang."Klein menatap sosok itu dengan ekspresi datar, meski ada kilatan kebingungan di matanya. ‘Makam Pedang? Apa maksudnya? Dan siapa dia sebenarnya?’Ia tidak mengerti apa yang sedang terjadi, tapi instingnya mengatakan bahwa sosok ini bukanlah ancaman baginya.Sosok tua itu mengalihkan pandangannya, mengama
Situasi pertarungan antara Klein dan Xie Hu semakin tidak menguntungkan bagi Klein. Meski ia berhasil menangkis sebagian besar serangan, beberapa pukulan Xie Hu berhasil menembus pertahanannya.Klein merasakan tulang rusuknya retak saat pukulan Xie Hu mengenai dadanya telak. Ia terhuyung ke belakang, darah segar mengalir dari sudut bibirnya. Namun, berkat kemampuan regenerasinya, luka-luka itu mulai pulih dengan cepat."Menarik," komentar Xie Hu, matanya menyipit melihat luka-luka Klein yang sembuh dengan cepat. "Kau punya kemampuan regenerasi yang luar biasa. Tapi itu tidak akan cukup untuk menyelamatkanmu."Klein tidak menjawab. Ia menggunakan jeda ini untuk mengatur napasnya dan memfokuskan Qi-nya. Matanya yang tajam memindai area di sekitarnya, mencari sesuatu yang bisa ia gunakan untuk mengubah situasi.Tiba-tiba, Klein mendengar suara jeritan familiar. Matanya melebar saat melihat Bella dan Ella ditangkap oleh dua orang penyerbu keluarga Xie."Kak Klein!" teriak Ella, air mata
Klein bergerak dengan cepat, mengandalkan set tinju yang telah ia latih intensif. Setiap pukulannya diperkuat oleh Teknik Matahari Surgawi, menciptakan gelombang energi yang menghempaskan para penyerang."Kau jelas hanya seorang Master Bela Diri, tapi kau sanggup mengalahkan beberapa anggota keluarga Xie sekaligus, impresif…" Xie Hu berjalan maju sambil bertepuk tangan.Dia lalu memberi aba-aba pada anggota keluarga Xie lainnya untuk tidak menyerang Klein dan mencari target lainnya.“Nah, sekarang hanya tinggal kita berdua. Klein …" Xie Hu dengan santai menggerakkan telapak tangannya, mengundang Klein untuk maju. "Tunjukkan kemampuanmu."Tanpa membalas ucapan Xie Hu, Klein melesat maju, tinju kanannya berkilau dengan energi panas yang inte