Rina Lee, putri bungsu keluarga Lee, adalah sosok yang dikenal luas sebagai wanita tercantik di Riverdale. Bukan hanya memiliki paras yang menawan, Rina juga dikenal sebagai wanita cerdas dan berbakat. Di usia mudanya, ia telah menjadi Manajer R&D perusahaan fashion terkemuka milik Heaven Group dan sering muncul di sampul majalah bisnis ternama.
Kecantikan, kecerdasan, dan kesuksesannya membuat Rina menjadi idaman banyak pria, sekaligus inspirasi bagi banyak wanita. Kini, wanita sehebat itu, hadir di depan keduanya. Dan yang lebih mengejutkan, Rina mengenal Klein! Mata Chester bergantian menatap Klein dan Rina dengan ekspresi bingung. Bagaimana mungkin Rina Lee mengenal Klein? Klein mengangguk pelan, lalu berpaling pada Chester. "Chester, kau bisa kembali ke kantor duluan. Ada yang perlu kubicarakan dengan Nona Lee." "Apa? Kau serius?" bisik Chester dengan nada khawatir. "Ingat, dia saudara Rudy, Klein! Bagaimana kalau ini jebakan?" Klein tersenyum menenangkan pada sahabatnya itu. "Tenang saja, tidak akan terjadi apa-apa. Percayalah padaku." Meskipun masih ragu, Chester akhirnya mengangguk dan berjalan pergi, seraya sesekali menoleh ke belakang dengan wajah cemas. Setelah Chester pergi, Rina tersenyum lembut pada Klein. "Maukah kau ikut denganku sebentar? Ada yang ingin kubicarakan denganmu," ujarnya sambil menunjuk ke arah mobilnya. Klein mengangguk dan mengikuti Rina masuk ke dalam mobil mewah bernilai tujuh miliar itu. Begitu pintu tertutup, aroma wangi mawar yang lembut memenuhi ruang, menciptakan suasana yang menenangkan. Tanpa perlu aba-aba, sopir sekaligus bodyguard Rina itu langsung memacu pelan mobil tersebut, mengarungi jalanan kota Zephir. Rina duduk dengan anggun di samping Klein, gaun putihnya tersebar indah menutupi jok mobil. Wajahnya yang cantik dihiasi senyum manis saat ia menatap Klein. "Sudah lama sekali kita tidak bertemu seperti ini, Klein," ujarnya dengan nada rindu. Klein menatap Rina dengan ekspresi tenang, meski ada sedikit kilatan di matanya yang menunjukkan ketertarikan. "Benar, sudah lama sekali," jawabnya singkat. Ia terdiam sejenak sebelum melanjutkan, "Kalau boleh tahu, ada keperluan apa Nona Muda Lee repot-repot datang ke kota kecil ini mencariku?" Mendengar pertanyaan itu, senyum di wajah Rina semakin melembut. Matanya yang indah menatap Klein dengan pancaran kasih sayang yang dalam. "Kenapa?" tanyanya dengan suara lembut. "Apa aku masih memerlukan sebuah alasan untuk bertemu dengan calon tunanganku?" Klein terdiam sejenak, matanya menatap Rina dengan seksama selagi benaknya menguak ingatan dari kehidupan lalu. Ucapan wanita itu tidak salah, Klein … memang calon tunangan Rina. Semua itu karena perjodohan yang direncanakan tetua keluarga Lee dan keluarga Lionheart. Perjodohan ini bukan hanya tentang cinta atau pernikahan biasa, melainkan sebuah aliansi bisnis dan politik yang telah direncanakan sejak mereka masih kecil. Keluarga Lionheart, dengan kekayaan dan pengaruh mereka yang luas di berbagai sektor bisnis, akan bersatu dengan Keluarga Lee, yang memiliki Heaven Group, salah satu konglomerat terbesar di negara ini. Pernikahan Klein dan Rina akan menjadi simbol persatuan dua keluarga berpengaruh ini, menciptakan kekuatan ekonomi dan politik yang belum pernah ada sebelumnya. Bahkan ada rumor bahwa dengan pernikahan ini, gabungan kekayaan kedua keluarga akan melebihi kekayaan beberapa negara kecil! Namun, di kehidupan sebelumnya, perjodohan itu berakhir usai Klein memilih untuk menikahi Windy, mengakibatkan hubungan dua keluarga memburuk lantaran Klein menolak Rina untuk wanita biasa. Kalau dipikir-pikir lagi sekarang, Klein sendiri bingung kenapa dirinya bisa menolak wanita seperti Rina. Memang, cinta itu bisa membuat buta dan bodoh, sampai-sampai logika tidak bisa digunakan. Melihat Klein terdiam lama, Rina akhirnya berkata dengan wajah agak tertunduk, ekspresinya malu-malu, "Bibi Helda mengatakan padaku bahwa kau telah kembali. Aku ... tidak bisa menahan diri untuk tidak menemuimu secepat mungkin." Klein menghela napas panjang. Ia seharusnya tahu bahwa Bibi Helda pasti akan memberitahu Rina. Bagaimanapun, perjodohan mereka adalah hal yang telah direncanakan sejak lama oleh kedua keluarga mereka. Dan … mengingat dirinya mengakui tidak lagi menyukai Windy, pastilah Bibi Helda langsung mengusahakan perjodohan ini untuk kembali dilanjutkan. Hanya saja … "Rina," ucap Klein dengan nada serius. "Perjodohan kita hanyalah rencana politik antara keluarga Lionheart dan keluarga Lee. Kalau kau memang tidak menginginkannya, kau tahu kau bisa menolak perjodohan ini, bukan?” Rina menautkan alisnya, tampak bingung. “Apa maksud pertanyaanmu ini?” Klein menatap Rina dalam. “Terlepas dari latar belakang keluargaku, tapi wajahku cacat dan aku tidak memiliki pencapaian apa pun, sangat berbanding terbalik dengan dirimu yang cantik dan sukses. Mengetahui hal ini, kau masih bersedia menikah denganku? Tidakkah kamu merasa malu kalau memiliki suami sepertiku?”Klein bisa melihat pertanyaannya membuat Rina agak terkejut. Mungkin, di mata wanita itu, Klein sangat rendah hati. Akan tetapi, sebenarnya Klein lebih merasakan trauma akibat pernikahannya di kehidupan lalu dengan Windy. Pria itu khawatir bahwa Rina memiliki niat terselubung dengan menikahi dirinya, seseorang dengan wajah cacat dan reputasi yang kurang baik.Mungkinkah wanita itu malah hanya menargetkan posisinya sebagai calon pewaris? Atau … ada hal lain?Usai terdiam beberapa saat, Rina menundukkan kepala, lalu dia tersenyum dengan malu-malu. “Bersedia, dan aku tidak peduli dengan reputasi maupun cacat di wajahmu.” Wanita itu menatap Klein dan menyentuh wajah pria itu lembut. “Semenjak kamu membantuku dua tahun lalu, aku bersumpah akan membalas budimu dengan cara apa pun, termasuk menjadi istrimu.”Beberapa tahun lalu, saat Rina sedang mengelilingi kota seorang diri guna mencari inspirasi untuk desainnya, dia hampir saja dirampok dan dilecehkan oleh sekelompok pria berandal. Berun
"Tuan, kita sudah sampai!" Setelah memakan waktu kurang-lebih lima belas menit di perjalanan, taksi yang Klein tumpangi akhirnya sampai di Heaven General Hospital, salah satu rumah sakit terbesar dan terpercaya di kota Zephir. Setelah membayar ongkos taksi, Klein bergegas turun dan berlari menuju Unit Gawat Darurat. Jantungnya berdegup kencang, dipenuhi kekhawatiran akan nasib sahabatnya itu. ‘Chester, bertahanlah, Kawan!’ batin Klein dalam hati. Tepat di saat itu, kalung giok naga yang ada di dada Klein mendadak terasa panas, membuat pria itu menghentikan langkah sembari meringis kala menyentuhnya. 'Ada apa dengan batu giok ini?' batin Klein bertanya-tanya. Namun, sebelum ia bisa memikirkannya lebih lanjut, suara seseorang menginterupsi pikirannya. "Klein! Di sini!" Itu adalah Windy. Wanita itu tampak berdiri di depan ruang UGD bersama dengan Rudy, Jack, dan Lisa. Menghampiri Windy, Klein langsung bertanya, "Apa yang terjadi pada Chester?" Dengan wajah berurai air mata, Win
“Wah, wah! Lihat siapa yang datang! Ini pasti dokter gadungan yang kau undang ‘kan, Klein?” sindir Jack yang masih belum menyadari ekspresi terkejut Rudy dan juga dokter IGD.Lisa di sampingnya tertawa, menatap sinis pria tua yang baru saja datang seraya memaki, “Jubah putihnya memang cukup meyakinkan, tapi … tidakkah kamu merasa janggut panjangnya itu terlalu eksentrik? Dia kau panggil dari jalanan mana?”Mengabaikan makian Lisa dan juga Jack, Klein menatap Sun Simiao, atau yang lebih dikenal dengan Dokter Sun dan menyapa, “Kakek Sun, di sebelah sini.”Dokter Sun tidak banyak berbasa-basi dan langsung menghampiri Klein. Saat melihat sosok yang terbaring di tempat tidur yang berada tepat di belakang Klein, ekspresi Dokter Sun berubah buruk. “Apa-apaan ini!?” tanya Dokter Sun dengan nada tegas. "Mengapa pasien dalam kondisi seperti ini belum mendapat penanganan yang semestinya?!" Pandangannya menyapu seisi ruangan, lalu berhenti pada sang dokter I
Klein merasakan jantungnya berdegup kencang mendengar perkataan Helda. Ekspresinya mengeras dan dia pun bertanya, “Katakan detailnya.”Mendengar suara Klein, Helda tahu tuan mudanya itu sedang berusaha menahan amarah, jadi dia gegas menjelaskan keseluruhan informasi dengan ringkas.Intinya, Helda berhasil mendapatkan rekaman CCTV adegan kecelakaan Chester, dan di sana wajah pengemudi dan mobil tertangkap jelas. Walau setelah penyelidikan identitas pengemudi belum diketahui, tapi sejauh ini sudah diketahui bahwa mobil tersebut terdaftar atas nama salah satu anak perusahaan Heaven Group cabang kota Zephir!"Rudy Lee!" geram Klein dengan wajah menggelap, sudah bisa menebak siapa dalang di balik kecelakaan Chester ini.Di saat dia menyebutkan nama tersebut, giok di dada Klein memanas, membuat pria itu mendesis. Entah kenapa, hal tersebut juga membuat ingatan Klein melayang ke kehidupan sebelumnya. Di kehidupan itu, Klein ingat Chester juga t
"Ayolah, Olivia. Kita sudah lama saling mengenal. Apa salahnya kalau kita lebih dekat?" Klein yakin suara itu milik Felix Hernandez, salah satu orang kepercayaan Rudy."Felix, sudah kubilang berkali-kali. Aku tidak tertarik! Lepaskan aku!" Suara Olivia terdengar kesal dan sedikit ketakutan.Mendengar Olivia begitu terpojok, tanpa berpikir panjang Klein langsung membuka pintu ruangan Olivia. Emosinya langsung mendidih begitu melihat Felix sedang mencengkeram lengan Olivia, sementara wanita itu tampak memasang wajah hampir menangis."Lepaskan Bu Olivia!" seru Klein dengan suara dingin, membuat dua orang di dalam ruangan menoleh kaget ke arah Klein. Felix sendiri secara refleks segera melepaskan cengkeramannya pada Olivia dan mundur selangkah."Klein? Apa yang kau lakukan di sini? Bukankah kau sedang cuti?" tanya Felix, berusaha terdengar tenang meski ada sedikit keterkejutan dalam suaranya."Aku hanya mengambil beberapa dokumen,"
Klein terkejut mendengar pernyataan Sarah. "Apa maksudmu?" tanyanya dengan suara pelan, berusaha menjaga agar pembicaraan mereka tidak terdengar oleh orang lain.Sarah menelan ludah, tangannya gemetar saat ia berbicara. "Aku ... aku melihat semuanya, Klein. Siang itu, aku sedang kembali dari makan siang. Dari lobi kantor, aku melihat Chester berjalan sendirian. Tapi kemudian ..."Ia berhenti sejenak, berusaha mengatur emosinya. Klein menunggu dengan sabar, memberi waktu pada Sarah untuk mengumpulkan keberaniannya."Kemudian sebuah mobil melaju kencang. Pengemudinya ... itu Felix, Klein. Felix yang menabrak Chester!"Darah Klein mendidih mendengar pengakuan Sarah.”Kau yakin?” tanya Klein dengan mata menajam, sedikit mencengkeram kedua pundak Sarah karena emosi yang menyelimuti diri.“Y-yakin!” jawab Sarah dengan wajah meringis, tampak kesakitan akibat tindakan Klein.Dengan usaha untuk tetap tenang, Klein melep
Siang itu, Klein melangkah keluar dari gedung kantor Heaven Group, bersiap menuju restoran Sapphire untuk pertemuannya dengan Rudy.Saat sedang menunggu taksi, tiba-tiba saja, sebuah van hitam berhenti mendadak di depannya. Sebelum Klein sempat bereaksi, pintu samping terbuka dan empat pria bertopeng menyeretnya ke dalam gang sempit terdekat. Kejadian itu begitu cepat hingga orang-orang di sekitar bahkan tidak menyadarinya."Apa-apaan ini?" geram Klein, berusaha melawan cengkeraman kuat para penyerangnya. Namun, empat lawan satu, apa daya dirinya?Sesampainya di gang sempit, Klein didorong keras hingga punggungnya membentur tembok dengan keras.Salah satu pria tertawa, suaranya terdengar familiar di telinga Klein. "Takut, Klein?"Mendengar suara itu, Klein pun menggertakkan gigi, mengenalinya. "Felix ….”Telah dikenali, Felix pun membuka topengnya. "Ini adalah pelajaran agar kau tidak sok menjadi pahlawan di hadapanku,” ucap pria itu, senyum licik terpampang di wajahnya. Dia melirik
Tak butuh waktu lama, Klein dan Olivia tiba di Zephir Super Mall–pusat perbelanjaan paling mewah di kota Zephir. Karena penampilan Klein yang basah dan kotor, serta wajahnya yang memiliki tanda lahir mencolok, ada banyak orang yang sedikit menggunjing pria tersebut. “Gila, apa sekarang Zephir Super Mall menerima gembel?”“Menjijikan ….”Mendengar gunjingan tersebut, Olivia merasa sedikit bersalah mengajak Klein ke sini. Dia merasa sedikit gegabah dan seharusnya membiarkan pria itu membersihkan diri dulu di apartemennya yang dekat tempat ini, mengenakan pakaian seadanya, lalu baru membawanya kemari."Klein, maaf … karena aku tidak berpikir panjang, jadi ….”Merasa gemas dengan Olivia yang sedari tadi meminta maaf padanya, Klein tak elak berkata dengan senyuman, “Bu Olivia, dibandingkan Anda terus meminta maaf kepada saya, mungkin Anda bisa mempertimbangkan menaikkan gaji saya bulan depan?”Digoda seperti itu, Olivia memajukan bibirnya. “Konyol ….”Berjalan tidak begitu lama, Olivia m