Ancaman itu membuat Rudy merasa sangat kesal dan dipermalukan. Ia menatap tajam ke arah Manajer Kim.”Tunggu saja, kau akan menyesal!” ucapnya sebelum akhirnya pergi dengan wajah merah padam.
“Apa kita akan pergi begitu saja dari sini!?” Windy yang berusaha mengejar Rudy merengek, tidak senang pergi begitu saja setelah dijanjikan makan enak dan mewah hari itu.
“Diam dan ikut saja!” bentak Rudy dengan kesal, membuat Windy langsung bungkam.
Selama berhubungan, tidak pernah dirinya dibentak seperti itu oleh pria tersebut, tapi sekarang Rudy membentaknya di depan semua orang, membuatnya sangat malu!
‘Ini semua karena Klein!’ gerutu Windy seraya menghentakkan kaki untuk mengikuti kepergian Rudy dari tempat tersebut.
Tak jauh berbeda dengan Windy, dalam hatinya, Rudy mengucapkan sumpah penuh dendam, ‘Klein Alexander, akan kupastikan dirimu menyesali apa yang terjadi hari ini!’
**
Sementara itu, di ruang VIP, Klein dan Chester menikmati hidangan mewah mereka dengan santai. Di meja, terdapat Steak Wagyu, Lobster Thermidor, Salmon dengan saus lemon, bebek peking, dan hidangan mewah lainnya. Semua dibuat dengan bahan yang berkualitas tinggi. Jika ditotal, semua nilai hidangan tersebut mencapai ratusan juta rupiah!
Tentu saja, Chester tidak menyadari betapa mahalnya hidangan yang disantapnya itu. Ia hanya terus melahap makanan yang ada di depannya dan tak henti-hentinya memuji betapa lezatnya makanan tersebut.
"Astaga, Klein! Ini luar biasa! Aku tidak pernah makan makanan seenak ini seumur hidupku!" seru Chester dengan mulut penuh.
Klein tersenyum melihat antusiasme sahabatnya. "Kalau kurang, pesan lagi saja. Bukan masalah besar."
“He he, dasar sombong.”
Kedua orang itu pun menikmati makan siang mereka dengan santai, tanpa ada gangguan sedikit pun dan pelayanan yang luar biasa.
Setelah selesai, keduanya pun keluar dari restoran diantar oleh Manager Kim sampai ke lobi depan hotel.
Mengambil kesempatan Chester pergi ke toilet untuk sesaat, meninggalkan Klein berdua dengannya, Manager Kim menyodorkan kartu namanya kepada pria tersebut.
“Tuan Muda, ini adalah kartu nama saya. Anda bisa menghubungi saya kapan pun jika membutuhkan bantuan terkait perhotelan maupun perjamuan,” jelas Manager Kim dengan senyum cantik merekah, membuat sejumlah pegawai di tempat tersebut agak terkejut, sangat jarang melihat wanita menawan itu tersenyum seperti itu.
Klein menerima kartu nama yang diberikan oleh Manager Kim dan menganggukkan kepala. “Oke,” ucapnya singkat sebelum menambahkan, “tapi pastikan masalah hari ini tidak diketahui siapa pun. Aku tidak ingin sembarang orang mengetahui hubunganku dengan Lionheart Palace.”
Manager Kim menganggukkan kepala. “Saya mengerti. Saya akan memastikan semua orang hanya tahu bahwa Anda sempat membantu Nyonya Helda dan jamuan hari ini adalah bentuk terima kasih beliau.”
Mendengar itu, Klein tersenyum puas. Sungguh wanita yang cekatan. Sepertinya, kalau ada sesuatu yang dia perlukan ke depannya, dia bisa meminta Manager Kim ini untuk melaksanakannya.
Tepat di saat itu, Klein melihat Chester kembali dari toilet. Dia melirik Manager Kim untuk yang terakhir kalinya, mengisyaratkan kepergiannya, lalu berjalan menghampiri Chester. “Ayo, kita kembali ke kantor.”
Dalam perjalanan kembali ke kantor, Chester menepuk-nepuk perutnya dengan wajah puas. Dia tak bisa berhenti bersenandung kala teringat kejadian tadi bersama rombongan Rudy dan Windy.
"Hari ini sungguh hari baik. Bukan hanya makan enak,tapi aku juga bisa melihat Rudy dan kelompoknya yang menyebalkan itu dipermalukan!” seru Chester. “Kau lihat wajah mereka saat diusir? Luar biasa!" Pria itu tertawa, sebelum akhirnya memasang wajah sulit.
“Tapi, Klein, bukan maksudku menjelekkan Windy, hanya saja … bisa-bisanya dia diam dan tidak membelamu? Tidak cuma itu, saat tahu kau akan dapat pelayanan spesial, dia baru bersikap dekat denganmu? Keterlaluan!” makinya. “Jujur ya, Bung, aku masih tidak menyukai wanita itu, bahkan bila dia akan segera menjadi istrimu!”
Klein hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan Chester. Dia tidak ingin mengejutkan temannya itu dengan kenyataan bahwa sebenarnya … dia tidak akan pernah menikahi Windy di kehidupan ini.
Setelah beberapa saat, Klein pun tak elak bertanya, "Chester, apa kau tidak penasaran kenapa semua hal tadi bisa terjadi?" Dia menatap serius temannya itu dan menambahkan, “Kau … tidak ingin bertanya apa hubunganku dengan direktur Lionheart Palace?”
Chester yang tadi berjalan berujung menghentikan langkah dan terdiam sejenak. Kemudian, pria bertubuh tambun itu pun menggeleng. "Setiap orang punya rahasia, termasuk aku dan dirimu. Jadi, aku tidak akan bertanya sampai kau siap menceritakannya.”
Mendengar ucapan sahabatnya itu, Klein agak terkejut. Kemudian, dia melingkarkan tangan di pundak sahabatnya itu dan berkata, “Memang kawanku ini yang terbaik!”
Tepat pada saat itu, sebuah mobil Aston Martin Rapid S berwarna hitam mengkilap berhenti mendadak di dekat Klein dan Chester. Suara decitan ban yang bergesekan dengan aspal membuat keduanya terlonjak kaget.
“Orang gila mana yang berhenti mendadak seperti itu?!” maki Chester dengan alis tertaut.
Kemudian, pria itu langsung bungkam dan terpana saat pintu mobil terbuka perlahan dan memperlihatkan sosok yang keluar dari dalamnya.
Seorang wanita cantik bak bidadari turun dengan anggun dari mobil tersebut. Rambut hitam panjangnya yang berkilau tertiup angin lembut, menambah pesona alaminya. Gaun putih yang dikenakannya melekat sempurna pada tubuh rampingnya, memperlihatkan lekuk indah yang memukau setiap mata yang memandang. Wajahnya yang cantik dengan kulit seputih salju tampak bersinar di bawah sinar matahari.
Sial, seumur hidupnya, Chester baru pertama kali ini melihat wanita secantik itu secara langsung!
“B-Bung, apa aku sedang bermimpi? Bidadari di depan ini datang dari mana!?” bisik Chester sambil menepuk-nepuk lengan Klein. Namun, dia tidak menyadari kalau sahabatnya itu juga terpaku dengan sosok yang baru muncul tersebut.
Setelah beberapa saat memerhatikan wanita cantik itu, Chester mengerutkan kening. Ada sesuatu yang familiar dari wanita tersebut.
Usai beberapa detik berpikir keras, tiba-tiba mata Chester terbelalak lebar saat menyadari identitas wanita tersebut.
"Astaga! Itu ... itu Rina Lee! Putri bungsu keluarga Lee dan … adik Rudy!" pekik Chester dengan nada tak percaya. Dia gegas menarik lengan Klein, berniat untuk segera berlari pergi. “Ayo cepat pergi! Bisa jadi dia ingin memperhitungkan masalahmu dengan kakaknya tadi!”
Namun, Klein bergeming. Dia terdiam di tempat selagi menatap lurus sosok Rina.
Melihat putri bungsu keluarga Lee itu semakin dekat, Chester menjadi semakin panik. “Klein! Berhenti memperhatikan wanita itu dan–”
“Klein Alexander,” panggil suara merdu yang menggelitik telinga, seketika membuat Chester langsung menoleh.
Itu Rina!
Dengan tatapan lurus kepada Klein, wanita tersebut lanjut berkata, “Boleh aku meminta waktumu sebentar?”
Rina Lee, putri bungsu keluarga Lee, adalah sosok yang dikenal luas sebagai wanita tercantik di Riverdale. Bukan hanya memiliki paras yang menawan, Rina juga dikenal sebagai wanita cerdas dan berbakat. Di usia mudanya, ia telah menjadi Manajer R&D perusahaan fashion terkemuka milik Heaven Group dan sering muncul di sampul majalah bisnis ternama. Kecantikan, kecerdasan, dan kesuksesannya membuat Rina menjadi idaman banyak pria, sekaligus inspirasi bagi banyak wanita.Kini, wanita sehebat itu, hadir di depan keduanya. Dan yang lebih mengejutkan, Rina mengenal Klein!Mata Chester bergantian menatap Klein dan Rina dengan ekspresi bingung. Bagaimana mungkin Rina Lee mengenal Klein?Klein mengangguk pelan, lalu berpaling pada Chester. "Chester, kau bisa kembali ke kantor duluan. Ada yang perlu kubicarakan dengan Nona Lee.""Apa? Kau serius?" bisik Chester dengan nada khawatir. "Ingat, dia saudara Rudy, Klein! Bagaimana kalau ini jebakan?"Klein tersenyum menenangkan pada sahabatnya itu. "T
Klein bisa melihat pertanyaannya membuat Rina agak terkejut. Mungkin, di mata wanita itu, Klein sangat rendah hati. Akan tetapi, sebenarnya Klein lebih merasakan trauma akibat pernikahannya di kehidupan lalu dengan Windy. Pria itu khawatir bahwa Rina memiliki niat terselubung dengan menikahi dirinya, seseorang dengan wajah cacat dan reputasi yang kurang baik.Mungkinkah wanita itu malah hanya menargetkan posisinya sebagai calon pewaris? Atau … ada hal lain?Usai terdiam beberapa saat, Rina menundukkan kepala, lalu dia tersenyum dengan malu-malu. “Bersedia, dan aku tidak peduli dengan reputasi maupun cacat di wajahmu.” Wanita itu menatap Klein dan menyentuh wajah pria itu lembut. “Semenjak kamu membantuku dua tahun lalu, aku bersumpah akan membalas budimu dengan cara apa pun, termasuk menjadi istrimu.”Beberapa tahun lalu, saat Rina sedang mengelilingi kota seorang diri guna mencari inspirasi untuk desainnya, dia hampir saja dirampok dan dilecehkan oleh sekelompok pria berandal. Berun
"Tuan, kita sudah sampai!" Setelah memakan waktu kurang-lebih lima belas menit di perjalanan, taksi yang Klein tumpangi akhirnya sampai di Heaven General Hospital, salah satu rumah sakit terbesar dan terpercaya di kota Zephir. Setelah membayar ongkos taksi, Klein bergegas turun dan berlari menuju Unit Gawat Darurat. Jantungnya berdegup kencang, dipenuhi kekhawatiran akan nasib sahabatnya itu. ‘Chester, bertahanlah, Kawan!’ batin Klein dalam hati. Tepat di saat itu, kalung giok naga yang ada di dada Klein mendadak terasa panas, membuat pria itu menghentikan langkah sembari meringis kala menyentuhnya. 'Ada apa dengan batu giok ini?' batin Klein bertanya-tanya. Namun, sebelum ia bisa memikirkannya lebih lanjut, suara seseorang menginterupsi pikirannya. "Klein! Di sini!" Itu adalah Windy. Wanita itu tampak berdiri di depan ruang UGD bersama dengan Rudy, Jack, dan Lisa. Menghampiri Windy, Klein langsung bertanya, "Apa yang terjadi pada Chester?" Dengan wajah berurai air mata, Win
“Wah, wah! Lihat siapa yang datang! Ini pasti dokter gadungan yang kau undang ‘kan, Klein?” sindir Jack yang masih belum menyadari ekspresi terkejut Rudy dan juga dokter IGD.Lisa di sampingnya tertawa, menatap sinis pria tua yang baru saja datang seraya memaki, “Jubah putihnya memang cukup meyakinkan, tapi … tidakkah kamu merasa janggut panjangnya itu terlalu eksentrik? Dia kau panggil dari jalanan mana?”Mengabaikan makian Lisa dan juga Jack, Klein menatap Sun Simiao, atau yang lebih dikenal dengan Dokter Sun dan menyapa, “Kakek Sun, di sebelah sini.”Dokter Sun tidak banyak berbasa-basi dan langsung menghampiri Klein. Saat melihat sosok yang terbaring di tempat tidur yang berada tepat di belakang Klein, ekspresi Dokter Sun berubah buruk. “Apa-apaan ini!?” tanya Dokter Sun dengan nada tegas. "Mengapa pasien dalam kondisi seperti ini belum mendapat penanganan yang semestinya?!" Pandangannya menyapu seisi ruangan, lalu berhenti pada sang dokter I
Klein merasakan jantungnya berdegup kencang mendengar perkataan Helda. Ekspresinya mengeras dan dia pun bertanya, “Katakan detailnya.”Mendengar suara Klein, Helda tahu tuan mudanya itu sedang berusaha menahan amarah, jadi dia gegas menjelaskan keseluruhan informasi dengan ringkas.Intinya, Helda berhasil mendapatkan rekaman CCTV adegan kecelakaan Chester, dan di sana wajah pengemudi dan mobil tertangkap jelas. Walau setelah penyelidikan identitas pengemudi belum diketahui, tapi sejauh ini sudah diketahui bahwa mobil tersebut terdaftar atas nama salah satu anak perusahaan Heaven Group cabang kota Zephir!"Rudy Lee!" geram Klein dengan wajah menggelap, sudah bisa menebak siapa dalang di balik kecelakaan Chester ini.Di saat dia menyebutkan nama tersebut, giok di dada Klein memanas, membuat pria itu mendesis. Entah kenapa, hal tersebut juga membuat ingatan Klein melayang ke kehidupan sebelumnya. Di kehidupan itu, Klein ingat Chester juga t
"Ayolah, Olivia. Kita sudah lama saling mengenal. Apa salahnya kalau kita lebih dekat?" Klein yakin suara itu milik Felix Hernandez, salah satu orang kepercayaan Rudy."Felix, sudah kubilang berkali-kali. Aku tidak tertarik! Lepaskan aku!" Suara Olivia terdengar kesal dan sedikit ketakutan.Mendengar Olivia begitu terpojok, tanpa berpikir panjang Klein langsung membuka pintu ruangan Olivia. Emosinya langsung mendidih begitu melihat Felix sedang mencengkeram lengan Olivia, sementara wanita itu tampak memasang wajah hampir menangis."Lepaskan Bu Olivia!" seru Klein dengan suara dingin, membuat dua orang di dalam ruangan menoleh kaget ke arah Klein. Felix sendiri secara refleks segera melepaskan cengkeramannya pada Olivia dan mundur selangkah."Klein? Apa yang kau lakukan di sini? Bukankah kau sedang cuti?" tanya Felix, berusaha terdengar tenang meski ada sedikit keterkejutan dalam suaranya."Aku hanya mengambil beberapa dokumen,"
Klein terkejut mendengar pernyataan Sarah. "Apa maksudmu?" tanyanya dengan suara pelan, berusaha menjaga agar pembicaraan mereka tidak terdengar oleh orang lain.Sarah menelan ludah, tangannya gemetar saat ia berbicara. "Aku ... aku melihat semuanya, Klein. Siang itu, aku sedang kembali dari makan siang. Dari lobi kantor, aku melihat Chester berjalan sendirian. Tapi kemudian ..."Ia berhenti sejenak, berusaha mengatur emosinya. Klein menunggu dengan sabar, memberi waktu pada Sarah untuk mengumpulkan keberaniannya."Kemudian sebuah mobil melaju kencang. Pengemudinya ... itu Felix, Klein. Felix yang menabrak Chester!"Darah Klein mendidih mendengar pengakuan Sarah.”Kau yakin?” tanya Klein dengan mata menajam, sedikit mencengkeram kedua pundak Sarah karena emosi yang menyelimuti diri.“Y-yakin!” jawab Sarah dengan wajah meringis, tampak kesakitan akibat tindakan Klein.Dengan usaha untuk tetap tenang, Klein melep
Siang itu, Klein melangkah keluar dari gedung kantor Heaven Group, bersiap menuju restoran Sapphire untuk pertemuannya dengan Rudy.Saat sedang menunggu taksi, tiba-tiba saja, sebuah van hitam berhenti mendadak di depannya. Sebelum Klein sempat bereaksi, pintu samping terbuka dan empat pria bertopeng menyeretnya ke dalam gang sempit terdekat. Kejadian itu begitu cepat hingga orang-orang di sekitar bahkan tidak menyadarinya."Apa-apaan ini?" geram Klein, berusaha melawan cengkeraman kuat para penyerangnya. Namun, empat lawan satu, apa daya dirinya?Sesampainya di gang sempit, Klein didorong keras hingga punggungnya membentur tembok dengan keras.Salah satu pria tertawa, suaranya terdengar familiar di telinga Klein. "Takut, Klein?"Mendengar suara itu, Klein pun menggertakkan gigi, mengenalinya. "Felix ….”Telah dikenali, Felix pun membuka topengnya. "Ini adalah pelajaran agar kau tidak sok menjadi pahlawan di hadapanku,” ucap pria itu, senyum licik terpampang di wajahnya. Dia melirik