Share

Bab 4 - Topeng Kemunafikan

Klein menatap Rudy dengan pandangan dingin, mengingat kembali semua kebaikan palsu yang pernah diterimanya dari pria itu di kehidupan sebelumnya. 

Sebagai manajer dan atasan langsung Klein, Rudy selalu bersikap baik dan penuh perhatian. Bahkan saat pernikahan Klein dan Windy, Rudy memberi hadiah pernikahan yang sangat mewah: bulan madu keliling Eropa.

Tentu saja, Rudy juga ikut dalam perjalanan itu. Klein ingat betapa bahagianya dia saat itu, merasa beruntung memiliki atasan dan kawan sebaik Rudy. Namun kini, setelah mengetahui pengkhianatan Rudy dan Windy, Klein akhirnya sadar. Semua kebaikan itu hanyalah topeng, sebuah sandiwara licik untuk membuat Klein bersedia menikahi Windy yang telah mengandung anak Rudy.

Lamunan Klein buyar saat mendengar suara mengejek Jack Thompson. Pria bertubuh tegap dengan rambut pirang itu berdiri angkuh di hadapannya, sementara pasangannya, Lisa Moore—wanita berambut merah dengan tubuh langsing—berdiri di sampingnya dengan senyum mencemooh.

“Windy, calon suamimu sepertinya lebih kaya dari yang kita bayangkan,” ujar Jack dengan nada sinis. "Dia bahkan berani makan di tempat semewah ini saat di bulan depan seharusnya mengeluarkan uang lagi untuk pernikahan."

Lisa menimpali dengan tawa mengejek, "Kaya? Aku lebih percaya kalau dia memeras Chester untuk mentraktirnya makan di sini!"

Chester yang duduk di samping Klein menautkan alis dan cepat-cepat menunjuk Lisa. "Jangan sembarangan, Lisa! Klein yang mengajakku ke sini untuk mentraktirku."

Mendengar pengakuan Chester, Jack dan Lisa terbelalak. Kemudian, keduanya saling memandang sebelum akhirnya tertawa dengan keras.

“Ha ha ha! Astaga, Windy! Suamimu hebat sekali!" ucap Lisa dengan nada mencemooh. “Merayakan pernikahan saja masih meminjam ruang aula kantor, tapi berani mentraktir temannya di hotel bintang lima?! Gila!"

Mendengar ejekan temannya, Windy hanya bisa menunduk malu. Matanya menatap Klein penuh kebencian, seolah menyalahkan pria itu atas rasa malu yang dirasakannya.

Melihat hal ini, Rudy diam-diam tersenyum, merasa sangat terhibur. 

Sebelumnya, Rudy dan Klein berasal dari universitas yang sama. Walau Klein tidak sepopuler dirinya karena wajah pria itu yang buruk rupa, tapi Klein tetap terkenal di kalangan para guru dan murid akibat kecerdasannya, membuat Rudy yang merupakan anak keempat dari keluarga Lee sering kali berada di bawah bayang-bayangnya.

Demikian, saat sekarang bisa melihat Klein dihina-hina, rasanya sangat memuaskan untuk Rudy!

Namun, walau isi hatinya seperti itu, tapi sebagai bos yang ‘bijak’ Rudy berkata, "Sudah, sudah. Berhenti menghina Klein seperti itu." Dia menoleh ke arah Klein. "Klein, bagaimana kalau kita makan bersama saja? Aku yang akan menanggungnya. Jangan menghamburkan uang, ingat kau akan segera berumah tangga. Berhematlah."

Cara Rudy menasihati Klein terdengar sangat berwibawa dan ramah, tapi sebenarnya ada makna ejekan di baliknya, membuat Jack dan Lisa kembali terkikik geli.

"Haduh, beruntung sekali si miskin ini. Lagi-lagi dibantu oleh Pak Rudy!" ujar Lisa sembari menatap Klein merendahkan.

Windy yang sudah naik pitam langsung menghampiri Klein dan menyentuh pundaknya sambil berkata, “Kenapa diam saja? Cepat berterima kasih pada Pak Ru–”

PLAK!

Tangan Windy yang ditepis kasar diikuti dengan suara Klein yang berkata, "Tidak perlu." Dia menatap Windy dingin sebelum berakhir mengalihkan pandangan pada Rudy. "Aku tidak nyaman menggunakan uang orang lain untuk mentraktir teman baikku."

Semua orang langsung terkejut, termasuk Windy dan Rudy yang menautkan alis erat. 

Apakah Klein baru saja menyebut Rudy sebagai ‘orang lain’? Walau keduanya memiliki kedudukan berbeda di kantor, tapi Klein dan Rudy sudah kenal dekat sejak kuliah! Kenapa dia tiba-tiba bersikap dingin kepada Rudy sekarang?!

“Klein, kenapa kau jadi seperti ini, kawan? Biasa juga aku sering memberikanmu–”

"Daripada menyibukkan diri dengan urusanku, sebaiknya kalian segera duduk,” potong Klein tanpa menatap keempat orang itu lagi. “Kalian menarik perhatian yang tidak diinginkan dan mengganggu tamu lain."

Melihat Klein bukan hanya menolak, tapi juga mengecap mereka sebagai pengganggu, Jack merasa tidak terima. "Hei, kau pikir kau siapa mengatakan itu pada kami?!" bentak pria itu dengan wajah memerah karena marah. "Sudah miskin, tapi masih begitu sombong!"

“Ada apa ini?” 

Pertanyaan itu menghentikan makian Jack, membuatnya mengalihkan pandangan kepada seorang pelayan dengan lencana perak, menunjukkan dirinya adalah salah satu pelayan senior hotel tersebut.

Jack pun gegas menjelaskan, "Seharusnya kalian tidak sembarangan membiarkan orang masuk! Lihat orang ini!” Dia menunjuk Klein dan Chester. “Terlihat dari pesanan mereka yang hanya air saja, sudah kentara kalau mereka tidak mampu bayar makan di tempat ini. Lalu, kenapa kalian masih membiarkan mereka tetap di sini dan mengotori pemandangan?!”

Tidak puas, Jack menambahkan lagi, “Seakan tidak cukup buruk, dia berani juga menghina Pak Rudy. Kamu mungkin tidak tahu, tapi Pak Rudy adalah anak keempat dari keluarga Lee, pemilik Heaven Group yang ternama! Menyinggungnya sama saja dengan bunuh diri!”

Mendengar hal tersebut, pelayan tersebut langsung terbelalak. Dia berpaling kepada Klein serta Chester, memerhatikan penampilan keduanya.

Saat melihat pakaian dua orang itu begitu biasa dan berkualitas rendah, ditambah dengan pesanan mereka yang memang hanya air, pelayan tersebut yakin kalau memang kedua orang ini hanya orang dari kalangan biasa yang tidak bisa melakukan apa-apa jika memang ditendang keluar olehnya.

Antara putra orang kaya dan orang dengan latar belakang tidak jelas, tentu saja pelayan itu akan lebih memilih untuk menyinggung yang kedua!

"Atas laporan yang saya terima, silakan Anda berdua pergi dari tempat ini!" ujar pelayan itu dengan nada tegas. "Kami tidak mentolerir pengunjung yang membuat keributan."

Klein menautkan alis. “Tanpa menanyakan detail duduk masalah, kau mengusir kami?”

Pelayan pria itu melipat kedua tangan dan mendengus. “Penjelasan apa lagi yang diperlukan? Tuan Rudy Lee adalah orang dari latar belakang terhormat, tentu saja ucapannya lebih bisa dipercaya dibandingkan orang tidak jelas sepertimu.”

Mendengar itu, Klein mendengus dingin. Luar biasa sekali pelayan ini!

Chester yang ketakutan langsung menarik lengan pakaian Klein. “Klein, sudah kita pergi saja!”

“Tidak,” balas Klein seraya menekan Chester untuk kembali duduk. “Kita tidak salah, jadi kita tidak akan pergi.”

Melihat Klein yang tidak bergeming, pelayan itu mulai kehilangan kesabaran. “Keamanan!” Dia memanggil dua sekuriti dan menuding Klein. “Seret dua pengganggu ini keluar!”

Karena pelayan restoran itu senior, dua sekuriti itu pun hanya bisa menuruti perintah dan langsung menghampiri Klein serta Chester. “Kami hanya menjalankan perintah, mohon dua Tuan tidak menyalahkan!”

Ketika tangan sekuriti itu baru menyentuh ujung pakaian Klein, tiba-tiba sebuah suara menggelegar terdengar berseru, "APA YANG KALIAN PIKIR SEDANG KALIAN LAKUKAN!?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status