Keluarga Lionheart, sebuah keluarga yang telah lama dikenal sebagai salah satu keluarga terkaya dan paling berpengaruh di negara ini. Dengan aset yang tersebar di berbagai sektor bisnis, dari real estate hingga teknologi, kekayaan mereka diperkirakan mencapai triliunan.
Kepala keluarga Lionheart, Tuan Besar Lionheart, sudah berusia 70 tahun dan hanya memiliki satu anak. Sayangnya, anaknya itu telah terlebih dulu meninggalkan dunia akibat sebuah kecelakaan yang menimpanya dengan sang istri, meninggalkan seorang putra semata wayang yang berujung dibesarkan oleh Tuan Besar Lionheart.
Klein … adalah putra semata wayang itu.
"Tuan Muda, tujuan Anda datang ke Lionheart Palace hari ini, apakah untuk menerima kembali posisi ahli waris keluarga Lionheart?" tanya Helda, matanya berkaca-kaca.
Helda adalah pelayan pribadi Klein yang telah merawat pria tersebut sejak masih bayi. Dia ditugaskan sementara menjadi direktur hotel bukan untuk mengatur tempat itu, tapi lebih kepada menanti hari di mana Klein akan sadar dan memutuskan kembali ke keluarga Lionheart, seperti hari ini!
Klein mengangguk pelan. "Aku telah menyadari kesalahanku,” aku pria tersebut. “Windy... dia bukan wanita baik-baik seperti yang kukira. Tidak seharusnya aku menentang perintah keluarga deminya."
Mendengar pengakuan Klein, Helda tak kuasa menahan air matanya. "Oh, Tuan Muda! Tuan Besar pasti akan sangat bahagia mendengar ini. Dia selalu berharap Anda akan kembali usai larangan keluarga diangkat dan berhenti hidup begitu sulit seperti ini!"
Klein tersenyum tipis, mengingat alasan mengapa di kehidupan sebelumnya dirinya hidup miskin meskipun berstatus sebagai ahli waris keluarga Lionheart.
Sebagai pewaris tunggal keluarga Lionheart, Klein harus hidup mandiri selama beberapa tahun tanpa bantuan keluarga. Dalam prosesnya, Klein yang menyamar sebagai Klein Alexander, seorang pria buruk rupa dari desa yang merantau ke kota, berakhir jatuh cinta pada Windy, teman sekantornya yang cantik dan terkesan baik hati.
Namun, entah karena apa, keinginan Klein untuk membuka identitasnya dan menikahi Windy tidak disetujui oleh sang kakek. Semua karena pria tersebut merasa wanita itu tidak tulus dan menyimpan maksud terselubung.
Dibutakan cinta dan sandiwara cerdik wanita tersebut, Klein bersikeras menentang sang kakek dan memutuskan hubungan dengan keluarga Lionheart demi bisa bersama Windy. Dia bahkan mengakhiri perjodohan yang telah lama sang kakek atur untuknya demi wanita tersebut.
Siapa yang menyangka pada akhirnya dia hanya menjadi bagian dari rencana Rudy dan Wendy yang ingin menutupi hubungan gelap mereka, dan bahkan berakhir kehilangan nyawanya!?
"Tuan Muda, mari kita tidak membuang waktu lagi.” Helda tiba-tiba berkata, membuyarkan lamunan Klein. Wanita paruh baya itu gegas menghapus air mata dan lanjut berujar, “Saya akan menyiapkan jet untuk mengantar Anda ke ibu kota untuk bertemu dengan Tuan Besar. Beliau pasti sangat merindukan Anda!"
Namun, Klein menggeleng pelan. "Maaf, Bibi Helda. Aku tidak bisa menemui Kakek sekarang,” ucapnya membuat Helda tersentak dan bingung. “Masih ada sejumlah urusan yang perlu diselesaikan sebelum kembali ke ibu kota,” ujarnya selagi mengepalkan tangan.
Bukan hanya masalah Rudy dan Wendy yang belum menerima ganjaran mereka, tapi Klein juga masih harus menyelamatkan Chester dari kematiannya yang menyedihkan. Oleh karena itu, dia belum boleh pulang!
Walau tidak tahu urusan apa yang tuan mudanya itu katakan, tapi Helda mengangguk paham. "Saya mengerti, Tuan Muda." Ia kemudian mengeluarkan sebuah kartu hitam dari tasnya dan menyerahkannya kepada Klein. “Tuan Muda bisa menggunakan ini untuk segala hal yang Tuan Muda inginkan. Entah itu mobil, rumah, bahkan sebuah perusahaan, isi kartu tersebut bisa memadai semuanya."
Klein menerima kartu itu dengan wajah terkejut. “Ini … milikmu?”
Helda tersenyum selagi menganggukkan kepala. “Segala hal milik saya adalah pemberian Tuan Besar, hal itu menjadikannya milik Tuan Muda juga.” Dia menambahkan, “Tidak perlu khawatir, anggap itu hadiah dari saya atas keputusan Tuan Muda kembali ke Lionheart!”
Mendengar hal itu, Klein tak elak tersenyum lebih lebar. “Terima kasih, Bibi Helda. Di kemudian hari, aku akan mengembalikan semuanya dua kali lipat dari yang kau berikan hari ini,” ucap pria itu dengan yakin selagi memasukkan kartu tersebut ke dalam kantong celananya.
Karena tidak ada lagi yang perlu dibicarakan, Klein pun berujar, “Kalau begitu, aku pamit dulu. Usai semua urusanku selesai, aku akan menghubungi Bibi perihal perjalanan kembali ke Riverdale.”
Helda membungkuk hormat. "Tentu, Tuan Muda.” Tahu Klein sedang menjamu rekannya, dia juga menambahkan, “Saya akan memerintahkan pengurus hotel untuk menyediakan pelayanan terbaik untuk Anda dan teman Anda."
Klein menganggukkan kepala dan langsung pergi untuk kembali masuk ke dalam ruangan.
Sesampainya Klein kembali ke mejanya, pria itu agak bingung saat melihat Chester baru memesan segelas air. “Kau hanya memesan ini?" tanyanya.
Chester menggaruk kepalanya malu. "A-aku bingung harus pesan apa. Aku tidak ingin menghamburkan uangmu, Bung."
Hal itu membuat Klein tertawa, lalu berkata, "Ya sudah. Kau tenang saja, aku sudah memesan makanan untuk kita. Kujamin kau akan menyukainya."
Baru saja Klein selesai berbicara, sebuah suara menyebalkan terdengar berkata, "Apa aku tidak salah lihat? Bukankah ini si jelek dan si gendut dari departemen penjualan?"
Klein dan Chester menoleh, mendapati sepasang kekasih yang berjalan menghampiri mereka dengan senyum mengejek.
Dalam sekejap, Klein langsung mengenali dua orang tersebut.
Jack Thompson dan Lisa Moore, keduanya adalah teman dekat Windy yang selalu menindas dan mengejek Klein serta Chester semenjak keduanya bekerja di Heaven Group. Mulai Klein berpacaran dengan Windy, hinaan mereka semakin menjadi-jadi entah kenapa.
Mungkin, keduanya sudah tahu rencana gelap di balik alasan Windy mendekati Klein, dan menganggapnya bodoh karena tidak sadar sudah dijadikan kambing hitam.
Namun, perasaan Klein menjadi tidak enak. Kalau dua orang ini di sini, maka kemungkinan besar Windy akan–
“Klein, Sayang! Ternyata, kamu di sini!”
Detik suara itu terdengar, Klein merasa dunianya berhenti. Dia mengalihkan pandangan, lalu melihat sosok ramping bertubuh seksi dengan dress ketat melangkah menghampiri dirinya.
Itu Windy! Dan di sebelah wanita itu ….
“Hai, Klein! Kudengar, kau sudah menyebarkan undangan untuk pernikahanmu dengan Windy bulan depan?”
Ekspresi Klein seketika menggelap saat melihat sosok tersebut. Kebencian menguar begitu kuat dari tubuhnya seiring dia menggeramkan satu nama dalam hati, ‘Rudy …!’
Klein menatap Rudy dengan pandangan dingin, mengingat kembali semua kebaikan palsu yang pernah diterimanya dari pria itu di kehidupan sebelumnya. Sebagai manajer dan atasan langsung Klein, Rudy selalu bersikap baik dan penuh perhatian. Bahkan saat pernikahan Klein dan Windy, Rudy memberi hadiah pernikahan yang sangat mewah: bulan madu keliling Eropa.Tentu saja, Rudy juga ikut dalam perjalanan itu. Klein ingat betapa bahagianya dia saat itu, merasa beruntung memiliki atasan dan kawan sebaik Rudy. Namun kini, setelah mengetahui pengkhianatan Rudy dan Windy, Klein akhirnya sadar. Semua kebaikan itu hanyalah topeng, sebuah sandiwara licik untuk membuat Klein bersedia menikahi Windy yang telah mengandung anak Rudy.Lamunan Klein buyar saat mendengar suara mengejek Jack Thompson. Pria bertubuh tegap dengan rambut pirang itu berdiri angkuh di hadapannya, sementara pasangannya, Lisa Moore—wanita berambut merah dengan tubuh langsing—berdiri di sampingnya dengan senyum mencemooh.“Windy, calo
Teriakan itu membuat semua mata langsung tertuju ke arah pintu masuk restoran. Di sana, berdiri seorang wanita cantik nan seksi yang berjalan cepat menghampiri mereka. Tubuhnya yang sempurna dibalut blazer ketat berwarna hitam dan rok pensil merah yang memperlihatkan lekuk indahnya. Rambut hitam panjangnya yang tergerai indah bergoyang mengikuti langkahnya yang anggun namun tegas, membuat para pria di sekitarnya tak bisa lepas dari sosoknya yang begitu memesona itu.Klein menatap wanita tersebut dengan mata mengawasi. Dari gestur dan penampilannya yang menawan, jelas bahwa wanita itu memiliki jabatan tinggi di hotel tersebut."M-manajer Kim!" seru pelayan senior itu tergagap, wajahnya memucat, mengenali wanita itu.Kim Eun-Ji atau yang lebih sering dipanggil sebagai Manajer Kim, merupakan manajer yang mengatur segala hal di restoran hotel Lionheart Palace. Dia adalah seorang wanita yang sangat dihormati akibat kemampuan dan sikap tegasnya, bahkan para eksekutif pria tidak ada yang be
Ancaman itu membuat Rudy merasa sangat kesal dan dipermalukan. Ia menatap tajam ke arah Manajer Kim.”Tunggu saja, kau akan menyesal!” ucapnya sebelum akhirnya pergi dengan wajah merah padam.“Apa kita akan pergi begitu saja dari sini!?” Windy yang berusaha mengejar Rudy merengek, tidak senang pergi begitu saja setelah dijanjikan makan enak dan mewah hari itu.“Diam dan ikut saja!” bentak Rudy dengan kesal, membuat Windy langsung bungkam. Selama berhubungan, tidak pernah dirinya dibentak seperti itu oleh pria tersebut, tapi sekarang Rudy membentaknya di depan semua orang, membuatnya sangat malu! ‘Ini semua karena Klein!’ gerutu Windy seraya menghentakkan kaki untuk mengikuti kepergian Rudy dari tempat tersebut.Tak jauh berbeda dengan Windy, dalam hatinya, Rudy mengucapkan sumpah penuh dendam, ‘Klein Alexander, akan kupastikan dirimu menyesali apa yang terjadi hari ini!’**Sementara itu, di ruang VIP, Klein dan Chester menikmati hidangan mewah mereka dengan santai. Di meja, terdapat
Rina Lee, putri bungsu keluarga Lee, adalah sosok yang dikenal luas sebagai wanita tercantik di Riverdale. Bukan hanya memiliki paras yang menawan, Rina juga dikenal sebagai wanita cerdas dan berbakat. Di usia mudanya, ia telah menjadi Manajer R&D perusahaan fashion terkemuka milik Heaven Group dan sering muncul di sampul majalah bisnis ternama. Kecantikan, kecerdasan, dan kesuksesannya membuat Rina menjadi idaman banyak pria, sekaligus inspirasi bagi banyak wanita.Kini, wanita sehebat itu, hadir di depan keduanya. Dan yang lebih mengejutkan, Rina mengenal Klein!Mata Chester bergantian menatap Klein dan Rina dengan ekspresi bingung. Bagaimana mungkin Rina Lee mengenal Klein?Klein mengangguk pelan, lalu berpaling pada Chester. "Chester, kau bisa kembali ke kantor duluan. Ada yang perlu kubicarakan dengan Nona Lee.""Apa? Kau serius?" bisik Chester dengan nada khawatir. "Ingat, dia saudara Rudy, Klein! Bagaimana kalau ini jebakan?"Klein tersenyum menenangkan pada sahabatnya itu. "T
Klein bisa melihat pertanyaannya membuat Rina agak terkejut. Mungkin, di mata wanita itu, Klein sangat rendah hati. Akan tetapi, sebenarnya Klein lebih merasakan trauma akibat pernikahannya di kehidupan lalu dengan Windy. Pria itu khawatir bahwa Rina memiliki niat terselubung dengan menikahi dirinya, seseorang dengan wajah cacat dan reputasi yang kurang baik.Mungkinkah wanita itu malah hanya menargetkan posisinya sebagai calon pewaris? Atau … ada hal lain?Usai terdiam beberapa saat, Rina menundukkan kepala, lalu dia tersenyum dengan malu-malu. “Bersedia, dan aku tidak peduli dengan reputasi maupun cacat di wajahmu.” Wanita itu menatap Klein dan menyentuh wajah pria itu lembut. “Semenjak kamu membantuku dua tahun lalu, aku bersumpah akan membalas budimu dengan cara apa pun, termasuk menjadi istrimu.”Beberapa tahun lalu, saat Rina sedang mengelilingi kota seorang diri guna mencari inspirasi untuk desainnya, dia hampir saja dirampok dan dilecehkan oleh sekelompok pria berandal. Berun
"Tuan, kita sudah sampai!" Setelah memakan waktu kurang-lebih lima belas menit di perjalanan, taksi yang Klein tumpangi akhirnya sampai di Heaven General Hospital, salah satu rumah sakit terbesar dan terpercaya di kota Zephir. Setelah membayar ongkos taksi, Klein bergegas turun dan berlari menuju Unit Gawat Darurat. Jantungnya berdegup kencang, dipenuhi kekhawatiran akan nasib sahabatnya itu. ‘Chester, bertahanlah, Kawan!’ batin Klein dalam hati. Tepat di saat itu, kalung giok naga yang ada di dada Klein mendadak terasa panas, membuat pria itu menghentikan langkah sembari meringis kala menyentuhnya. 'Ada apa dengan batu giok ini?' batin Klein bertanya-tanya. Namun, sebelum ia bisa memikirkannya lebih lanjut, suara seseorang menginterupsi pikirannya. "Klein! Di sini!" Itu adalah Windy. Wanita itu tampak berdiri di depan ruang UGD bersama dengan Rudy, Jack, dan Lisa. Menghampiri Windy, Klein langsung bertanya, "Apa yang terjadi pada Chester?" Dengan wajah berurai air mata, Win
“Wah, wah! Lihat siapa yang datang! Ini pasti dokter gadungan yang kau undang ‘kan, Klein?” sindir Jack yang masih belum menyadari ekspresi terkejut Rudy dan juga dokter IGD.Lisa di sampingnya tertawa, menatap sinis pria tua yang baru saja datang seraya memaki, “Jubah putihnya memang cukup meyakinkan, tapi … tidakkah kamu merasa janggut panjangnya itu terlalu eksentrik? Dia kau panggil dari jalanan mana?”Mengabaikan makian Lisa dan juga Jack, Klein menatap Sun Simiao, atau yang lebih dikenal dengan Dokter Sun dan menyapa, “Kakek Sun, di sebelah sini.”Dokter Sun tidak banyak berbasa-basi dan langsung menghampiri Klein. Saat melihat sosok yang terbaring di tempat tidur yang berada tepat di belakang Klein, ekspresi Dokter Sun berubah buruk. “Apa-apaan ini!?” tanya Dokter Sun dengan nada tegas. "Mengapa pasien dalam kondisi seperti ini belum mendapat penanganan yang semestinya?!" Pandangannya menyapu seisi ruangan, lalu berhenti pada sang dokter I
Klein merasakan jantungnya berdegup kencang mendengar perkataan Helda. Ekspresinya mengeras dan dia pun bertanya, “Katakan detailnya.”Mendengar suara Klein, Helda tahu tuan mudanya itu sedang berusaha menahan amarah, jadi dia gegas menjelaskan keseluruhan informasi dengan ringkas.Intinya, Helda berhasil mendapatkan rekaman CCTV adegan kecelakaan Chester, dan di sana wajah pengemudi dan mobil tertangkap jelas. Walau setelah penyelidikan identitas pengemudi belum diketahui, tapi sejauh ini sudah diketahui bahwa mobil tersebut terdaftar atas nama salah satu anak perusahaan Heaven Group cabang kota Zephir!"Rudy Lee!" geram Klein dengan wajah menggelap, sudah bisa menebak siapa dalang di balik kecelakaan Chester ini.Di saat dia menyebutkan nama tersebut, giok di dada Klein memanas, membuat pria itu mendesis. Entah kenapa, hal tersebut juga membuat ingatan Klein melayang ke kehidupan sebelumnya. Di kehidupan itu, Klein ingat Chester juga t