Share

Terpaksa

last update Last Updated: 2024-10-19 20:25:31

Lewat tengah malam, Bara berjalan sempoyongan masuk ke dalam rumah. Kedua mata Bara terasa berat dan kepalanya pun sangat pening. Dia melangkah melintasi ruang tengah yang sangat sepi karena semua penghuni rumah sudah terlelap.

Lalu sekuat tenaga Bara memaksakan dirinya menaiki anak tangga menuju kamar. Dengan satu dobrakan yang keras, Bara membuka pintu yang berhasil membuat Alisha terbangun dari tidurnya.

Wanita itu menyibakkan selimut dengan wajah yang masih setengah mengantuk. Dia mengamati kondisi Bara yang berjalan sambil melepas jas.

"Mas, kamu dari mana aja? Papa sama Mama udah pulang dari pesta sejak satu jam yang lalu. Kamu pergi kemana dulu, Mas? Aku nungguin kamu dari tadi," Alisha bertanya penuh kecemasan.

"Bukan urusan kamu. Sekarang, minggir! Seperti biasa kamu tidur di karpet."

Tanpa ada penolakan Alisha bangkit berdiri untuk mempersilahkan sang suami tidur di ranjang ukuran king size seorang diri.

Kemudian, Bara pun merebahkan diri tanpa sempat mengganti pakaiannya. Tampak jelas jika Bara udah sangat lelah, sehingga tak butuh waktu lama dia tertidur begitu wajahnya menyentuh bantal.

Melihat sang suami tidur dengan sangat pulas, Alisha berjalan memutar ranjang untuk melepaskan sepatu beserta kaos kaki Bara. Tak lupa dia juga menarik selimut hingga menutupi seluruh badan.

Sejenak, Alisha menatap wajah Bara yang telah tenang dibuai alam mimpi. Lalu ujung jemari Alisha menyentuh penuh lembut pada rambut yang menghalangi dahi Bara.

"Udah tiga tahun kita menikah, Mas. Kamu masih belum juga membuka hati buat aku," gumam Alisha pelan. Dia menarik nafas panjang lalu melanjutkan perkataannya, "Tapi satu hal yang harus kamu tahu, aku akan selalu menunggu cinta darimu, Mas Bara."

Satu kecupan Alisha layangkan tepat di pipi kiri Bara. Lantas dia pun mengambil bantal dan selimut untuk tidur di atas karpet.

Malam berganti pagi, suara alarm berdering nyaring yang menjadikan Alisha langsung membuka mata. Dia bangkit dari karpet bulu tempat dia tidur setiap malam lalu mulai sibuk mempersiapkan pakaian untuk Bara bekerja.

Tak lama, Bara pun ikut terbangun. Dia segera menuju kamar mandi, bersiap untuk bekerja.

Selama Bara dan Alisha berada di dalam kamar, sama sekali tak ada satu pun sapaan apalagi percakapan. Mereka berdua sudah mulai terbiasa akan kondisi yang saling acuh setelah menjalaninya selama tiga tahun.

Namun, kali ini Alisha mencoba memberanikan diri untuk mengatakan sesuatu yang dia pendam sejak semalam. Dia mulai mendekat pada Bara yang sedang merapikan dasi.

"Mas."

"Hm," sahut Bara tanpa menoleh pada Alisha.

"Hari ini kamu sibuk, nggak? Kita ke rumah sakit yuk!"

"Kenapa? Kamu sakit? Panggil aja dokter ke rumah. Nggak perlu minta aku buat nganterin kamu. Nggak usah manja, deh."

Seketika ucapan Bara itu membuat Alisha menggigit bibir bawah. Meski merasakan perih di hati, sebisa mungkin Alisha tetap menunjukan senyum manisnya.

"Bukan, Mas. Bukan aku yang sakit. Tapi aku pengin kita mulai ikut program kehamilan. Gimana, Mas?" Alisha meraih lengan Bara dan menyandarkan kepala di bahu yang tegap itu. "Papa sudah pengin banget punya cucu lho, Mas."

"Ck, apaan sih? Progam kehamilan?" Sinis Bara sambil melepaskan ikatan tangan Alisha. "Buang-buang waktu aja!"

Tak ingin mendengarkan Alisha yang mulai berbicara tentang kehamilan, Bara pun sengaja berangkat lebih pagi dari biasanya. Dia segera meraih tas kantor dan berjalan menuju halaman depan.

Dia mengabaikan seruan Alisha yang terus memanggilnya untuk sarapan sejenak. Tepat saat dia sampai di halaman depan, sebuah mobil hitam baru saja melewati gerbang.

Dengan senyum sumringah, asisten baru Bara yang bernama Bobi keluar dari mobil dan membungkukan badan memberi hormat.

"Selamat pagi, Bos."

"Ayo, cepat! Kita berangkat sekarang," ucap Bara seraya membuka pintu mobil hendak masuk ke dalam.

"Ngapain buru-buru sih, Bos. Hari ini agenda kita santai, Bos."

Seketika Bara melayangkan mata melotot dan raut menahan marah pada Bobi yang masih bisa tersenyum. Alhasil, Bara pun berteriak membentak, "Cepet! Nggak usah cengengesan kayak gitu!"

Akibat sikap Bobi yang lelet dalam menanggapi perintah, Alisha pun dapat menyusul ke halaman depan sambil membawa sekotak makanan. Dia menahan mobil yang ditumpangi Bara, lalu membungkukan badan di samping jendela mobil.

"Mas, kalau nggak sempet sarapan, ini aku bekelin makanan. Nanti di kantor, dimakan ya!"

Alisha menyodorkan kotak makanan berwarna hijau pada Bara. Namun, suaminya itu hanya melirik sekilas tanpa ada minat sedikit pun.

"Aku juga udah sediain multivitamin buat kamu, Mas. Supaya kamu nggak gampang sakit."

Bara masih terdiam membisu. Menatap penuh kebencian pada Alisha yang masih menggenggam kotak makan.

Sementara itu, Bobi yang belum mengerti akan ketidakharmonisan antara Alisha dan Bara hanya bisa menatap bergantian. Lalu dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Lalu tiba-tiba...

Plak.

Bara memukul tangan Alisha yang seketika membuat kotak makan jatuh dan isinya pun berceceran di lantai batu.

Baik Alisha dan Bobi membuka mulut sama-sama terkejut dengan tindakan spontan Bara itu. Apalagi Bobi yang semakin bingung dengan bos barunya.

"Nggak usah bikin bekel kayak gitu lagi! Norak! Aku bukan anak kecil!" Bara melempar pandangan pada Bobi yang duduk di kursi pengemudi. "Bobi, cepat jalan!"

Dengan gelagapan, Bobi menyalakan mesin mobil. Sedangkan Bara langsung menaikan kaca mobil, berusaha mengabaikan Alisha yang masih setia berdiri menatapnya dengan sorot mata yang layu.

Sepanjang jalan, Bobi sesekali melirik pada Bara untuk memastikan jika amarah bosnya sudah agak reda. Setelah melihat raut muka Bara yang sudah tenang, Bobi pun memberanikan diri untuk bertanya.

"Bos, maaf sebelumnya," kata Bobi sedikit melirik pada Bara yang duduk di sampingnya. "Kok Bos bisa sekasar itu sama istri Bos sendiri? Apa Bos nggak takut gimana reaksi ayah mertua kalau tahu anaknya diperlakukan seperti tadi?"

Sejenak Bara terdiam. Lalu dia berdecih seraya menyeringai. Dia melemparkan pandangan keluar jendela dan berkata, "Ayah mertuaku nggak akan bisa berbuat apa-apa. Dia sudah terkubur di dalam tanah."

"Tapi, kalau Bos nggak cinta sama Bu Alisha, kenapa nggak cerai aja dengan cara baik-baik?"

Bara menghela nafas, "Nggak semudah itu, Bobi."

Kemudian pandangan mata Bara perlahan kosong. Pikirannya melayang akan kejadian tiga tahun yang lalu, ketika Heru tiba-tiba saja memintanya untuk menikahi Alisha yang pada saat itu baru saja kehilangan kedua orang tua.

Ketika itu, Bara yang tak tahu apa-apa diminta oleh Heru untuk menemaninya ke rumah sakit menengok salah seorang sahabat yang baru saja mengalami kecelakaan. Sesampainya di rumah sakit, Bara melihat Alisha tengah duduk di bangku lorong sambil menangis. Dan itulah pertemuan pertama Bara dengan Alisha.

Di detik-detik akhir hidupnya, ayah Alisha menitipkan Alisha pada Heru. Dari situlah tercetus ide di benak Heru untuk menikahkan Bara dengan Alisha. Agar Alisha menjadi bagian keluarga Heru.

"Padahal Bu Alisha itu cantik lho, Bos. Kenapa Bos nggak belajar untuk menerima Bu Alisha aja? Kalau kata Mbok saya, belajar legowo gitu."

"Ck, nggak usah sok guruin saya! Dan nggak usah banyak tanya!" Sentak Bara yang mulai merasa tak nyaman dengan arah pembicaraannya dengan Bobi. " Mau kamu dipecat sekarang juga?"

"Enggak, Bos. Enggak," Bobi seketika gelagapan, takut akan sorot mata Bara yang kini menatap tajam padanya. "Maaf, Bos. Saya cuma ngasih saran aja, Bos. Kalau Bos nggak suka sama saran saya, ya udah lupain aja."

Bobi menelan saliva sambil menatap lurus ke arah jalanan. Mendadak keringat dingin membasahi dahinya bersamaan dengan detak jantung yang berdebar kencang.

Sedangkan Bara hanya menyeringai melirik sinis pada sang asisten baru yang sepertinya akan menguras kesabarannya.

Related chapters

  • Karma : Kubuat Kau Menyesal   Rencana

    'Gina, jam makan siang nanti bisa nggak ketemuan di cafe biasa kita nongkrong?''Bisa dong. Apa sih yang nggak buat kamu. Hehehe.''Oke.'Alisha menatap kembali pesan dari Gina di layar ponselnya. Lalu dia melirik jam tangan yang menunjukan pukul setengah satu. Itu artinya sudah hampir tiga puluh menit Alisha duduk di cafe menunggu sahabatnya itu.Alisha menyeruput secangkir kopi yang hampir habis dan tak lama setelah itu, seorang wanita dengan rambut lurus sebahu menghampirinya dengan nafas tersengal. Wanita itu menarik kursi di depan Alisha lalu duduk sambil menarik nafas lega."Sorry, Al. Kamu nunggu lama ya? Tadi mendadak aku dapet pasien baru."Alisha melengkungkan senyum pada Gina yang masih terengah. Lalu dia mendorong secangkir kopi amerikano yang menjadi minuman favorit Gina."Nih, minum dulu. Tadinya sih kalau kamu nggak dateng juga, aku mau cabut.""Jangan, dong! Mau gimana juga, aku udah berusaha dateng demi kamu lho," protes Gina sesaat sebelum meneguk kopinya. Setelah i

    Last Updated : 2024-10-19
  • Karma : Kubuat Kau Menyesal   Perusak

    Bara sedang membaca sebuah berkas kala Heru membuka pintu ruang kerjanya. Secara reflek, Bara mendongak dan menatap pada sang ayah yang berjalan mendekat.Dia tahu jika Heru pasti akan membicarakan sesuatu yang penting, sehingga dia pun menutup map yang ada di tangannya. Lalu mengalihkan perhatian seutuhnya pada Heru yang kini duduk di depannya."Ada apa, Pa?""Hari sabtu nanti kamu nggak ada acara, kan?"Seketika dahi Bara mengerut heran. Karena jarang sekali Heru bertanya dengan pertanyaan semacam itu."Memang kenapa, Pa?""Nggak apa-apa," Heru menarik nafas sejenak dan menyandarkan punggungnya. "Papa perhatikan wajah kamu akhir-akhir ini kusut banget. Kayaknya kamu perlu rehat sebentar, Ra."Bara hanya menyeringai mendengar ucapan sang ayah. Lalu dia memalingkan muka sambil berkata, "Papa baru sadar wajah aku kusut? Aku memang sudah stres semenjak Papa menikahkan aku sama Alisha.""Jangan gitu dong, Ra! Papa menikahkan kamu sama Alisha itu juga ada kebaikannya buat kamu. Papa nggak

    Last Updated : 2024-10-19
  • Karma : Kubuat Kau Menyesal   Sebuah Rasa

    Dua puluh menit berlalu semenjak seorang wanita asing yang mengaku sebagai mantan kekasih Bara tiba-tiba duduk di samping Bara. Alisha hanya bisa diam sambil melirik tajam pada keduanya yang kini mengobrol tentang karier masing masing.Tangan Alisha sudah mengepal sejak tadi. Ingin rasanya dia layangkan kepalan tangannya ke salah satu pipi wanita itu.Diperhatikannya Bara yang tertawa lepas ketika Vee membahas cerita yang sama sekali tidak lucu bagi Alisha. Tak tahan melihat keakraban Bara dengan Vee, maka Alisha pun mencoba mengalihkan atensi suaminya."Mas, kita pulang yuk! Aku udah kenyang," Alisha melempar tatapan sinis ke arah Vee ketika mengucapkan kata kenyang."Oh ya, Ra. Bisa nganterin aku pulang dulu, nggak? Aku takut kalau pulang sendiri. Hotel aku tuh jauh dari sini."Vee merengek manja di hadapan Bara dan yang lebih membuat Alisha jengkel, Vee bahkan menggandeng kedua tangan suaminya. Alisha menghela nafas berusaha untuk tetap sabar.Tak mau kalah, Alisha juga menarik len

    Last Updated : 2024-10-19
  • Karma : Kubuat Kau Menyesal   Tamparan

    Beberapa saat sebelumnya."Udah sampai. Aku mau pulang sekarang," ucap Bara begitu menghentikan mobil tepat di depan hotel tempat Vee menginap.Sejenak Vee membuka mulut, menganga tak percaya. Lalu dia segera menahan tangan Bara yang sedang melepas sabuk pengaman.Ditatapnya Bara dengan penuh keseriusan. Begitu juga Bara yang memandangnya dengan tajam. Kemudian senyum kecil menghiasi bibir Vee."Aku udah bantu kamu buat bikin istri kamu cemburu. Masak sih nggak ada hadiah buat aku?"Bara menghela nafas, "Terus kamu maunya apa? Sesuai kesepakatan, aku udah kasih kamu uang imbalan.""Tapi bukan itu yang aku mau," ucap Vee dengan senyum penuh makna."Terus?"Tiba-tiba saja Vee mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir Bara tanpa bisa dielakan. Tak hanya itu, Vee juga mengalungkan tangannya di leher Bara, menjerat pria itu agar tak dapat melepaskan diri.Menyadari sikap Vee yang begitu agresif, Bara segera mendorong bahu Vee agar ciuman mereka terlepas. Namun, di saat yang bersamaan, pintu

    Last Updated : 2024-12-20
  • Karma : Kubuat Kau Menyesal   Teman Kerja

    "Aaaa Gina. Kenapa aku bodoh banget? Aku malu banget sumpah," Alisha meraung sambil memukul meja cafe.Sementara itu, Gina menoleh ke kanan dan kiri untuk melihat keadaan sekitar. Dilihatnya riuh orang yang berbicara di dalam cafe membuat tak ada yang mendengarkan cerita Alisha.Lalu dia mencondongkan badan dan berbisik, "Jangan keras-keras ngomongnya! Nanti kedengeran. Salah sendiri kenapa kamu mabuk malam itu?""Aku nggak tahu kalau yang dikasih sama pelayan itu ternyata bir, Na," Alisha mengeluh dan menepuk jidatnya mengingat kejadian beberapa hari yang lalu saat dia berlibur dengan Bara."Terus, reaksi Bara waktu kalian bangun pagi harinya gimana?" "Dia marah besar, Na. Bara malah nyalahin aku. Ngomel-ngomelin aku yang mabuk sampai lupa diri dan ya... Sekarang kita diem-dieman lagi kayak biasa."Alisha menyeruput minumannya untuk menenangkan diri. Kemudian dia menyadari gelagat Gina yang membungkukkan badan serta menutup wajah dengan buku menu.Merasa heran akan tingkah Gina yang

    Last Updated : 2024-12-21
  • Karma : Kubuat Kau Menyesal   Salah Paham

    Bara memasuki ruangan kerja setelah selesai melakukan rapat dengan jajaran direksi. Perhatian Bara langsung tertuju pada beberapa berkas yang ada di meja, sehingga dia tak menyadari ada seseorang yang telah duduk di sofa, tengah memperhatikannya.Seseorang itu sengaja berdeham yang memancing perhatian Bara. Begitu menoleh, Bara tampak terkejut melihat Vee yang sudah duduk di sudut ruangan.Dia sempat melirik ke arah pintu dan menerawang sudah sejak kapan Vee berada di ruangannya."Hai, Bara. Lagi sibuk ya?" Sapa Vee sambil berjalan mendekat."Kenapa kamu bisa ada di sini?"Vee tersenyum seraya menarik nafas. "Ya, tadi aku lihat sekertaris kamu lagi sibuk. Jadi aku menyelinap masuk ke sini. Oh ya, ini kan sudah jam istirahat. Kita makan di luar yuk."Bara menggelengkan kepala, duduk di kursi kerjanya, lalu membuka laptop, "Nggak bisa. Aku lagi sibuk.""Kamu masih marah ya sama aku? Soal tempo hari aku meluk kamu. Aku minta maaf, Ra. Kemarin itu aku kelepasan. Aku sadar harusnya aku ngg

    Last Updated : 2024-12-22
  • Karma : Kubuat Kau Menyesal   Papa Sakit

    Sepulang kerja, Alisha tertegun begitu melihat mobil Bara sudah terparkir di halaman depan rumah. Dia merasa heran sebab sangat jarang bahkan hampir tidak pernah Bara pulang secepat itu.Perlahan Alisha berjalan memasuki rumah. Sayup-sayup dia mendengar suara orang berbicara. Rupanya Elin dan Bara sedang mengobrol di ruang tengah.Alisha sengaja tidak menghampiri mereka dan lebih memilih tetap diam di ambang pintu. Dia penasaran akan apa yang sedang dibicarakan oleh suami dan juga mertuanya."Bara, Sayang. Kamu pengin bahagia kan? Dan kamu cuma bahagia kalau sama Vee. Jadi Mama bakal dukung kamu supaya kamu balik lagi sama Vee. Soal Papa biar Mama yang tangani. Mama lakuin ini supaya kamu bahagia, Ra."Bagaikan tersambar petir di siang bolong, Alisha terdiam seribu bahasa. Dadanya terasa sesak untuk bernafas dan seperti ada yang mengiris dari dalam."Tuh lihat diri kamu sendiri. Sejak menikah, Mama lihat kamu itu kayak orang depresi, tahu nggak? Udah deh. Mama bakal atur makan malam b

    Last Updated : 2024-12-23
  • Karma : Kubuat Kau Menyesal   Tidak Mungkin

    Mobil Bara berhenti di sebuah restoran di mana terlihat Vee di halaman depan sudah berdiri menunggu kehadirannya. Begitu turun dari mobil, Vee berjalan mendekat dengan senyum merekah."Hai, Bara. Kita langsung masuk yuk. Aku sudah reservasi meja khusus untuk kita berdua," ucap Vee begitu Bara turun dari mobil. Lalu dia pun menggandeng tangan Bara, menuntunnya masuk ke dalam.Suasana restoran sangat ramai oleh pengunjung kala Bara memasukinya. Sedangkan Vee terus menggenggam tangan Bara menuju tangga. Rupanya Vee sudah memesan meja khusus di lantai dua.Mereka duduk di meja yang bersebelahan tepat dengan sebuah jendela kaca besar. Ketika Bara duduk, dia menoleh ke arah luar jendela untuk menikmati pemandangan.Namun, sontak Bara tertegun kala mendapati mobil milik Papa juga terparkir di depan. Lalu dia melihat Alisha keluar dari mobil itu.Seketika Bara bangkit berdiri. Membuat Vee terheran. Apalagi setelah melihat Bara berjalan terburu-buru kembali ke lantai satu.Bara berjalan menuru

    Last Updated : 2024-12-26

Latest chapter

  • Karma : Kubuat Kau Menyesal   Pertemuan

    "Na, Bintang mana?" tanya Andrew begitu sampai di pintu restoran dan bertemu dengan Gina yang membawa nampan berisi makanan.Gina mengalihkan pandangan ke meja di mana terakhir kali dia melihat Bintang duduk di sana. Namun, mendadak wajah Gina berubah pucat kala mendapati Bintang tak ada."Lho, tadi dia lagi duduk di situ. Aku suruh tunggu kenapa nggak ada?" Kemudian Gina memutar kepalanya mencari sosok Bintang. "Bintang? Bintang?"Andrew bersigap mencari Bintang ke segala penjuru restoran hingga ke toilet. Menanyai ke beberapa karyawan dan ternyata tak ada satupun yang melihat Bintang.Begitu pula dengan Gina yang bertanya kepada pengunjung restoran yang duduk di meja tak jauh dari tempat duduk Bintang sebelumnya."Permisi, Bu. Apa ibu lihat anak di foto ini? Tadi dia lagi duduk di sebelah sana," Gina menunjukan foto Bintang yang tersimpan di ponselnya kepada seorang wanita paruh baya.Wanita itu melirik Gina sesaat lalu berkata, "Tadi aku lihat dia lari lihat barongsai di seberang j

  • Karma : Kubuat Kau Menyesal   Kedatangan Bintang

    Rumah megah itu berdiri kokoh di tengah kawasan elit. Sinar matahari pagi menari-nari di antara dedaunan hijau yang mengelilingi rumah. Andrew melangkah masuk membawa tangan kecil milik Bintang. Anak itu menatap kagum sekelilin. Mata bulatnya berbinar melihat interior rumah yang mewah."Bu, lihat siapa yang sudah datang?" seru Andrew sambil menggendong Bintang.Anne, sang ibu, keluar dari dapur. Wajahnya merekah dalam senyuman hangat saat melihat Bintang. "Hai, Bintang! Kamu anaknya Icha, kan? Ayo sini, tante peluk."Bintang sedikit malu-malu, tapi ia membalas pelukan Anne dengan erat. Anne menggendong Bintang dan mengajaknya berkeliling rumah. "Ini kamar tamu, nanti Bintang bakal tidur di sini... dan ini taman belakang, kita bisa main ayunan di sini, yuk."Bintang mengangguk semakin bersemangat. Ia turun dari gendongan Anne dan naik ke atas ayunan yang didorong pelan oleh Andrew.Melihat ada kupu-kupu, Bintang berlari kecil mengejar kupu-kupu itu yang hinggap di bunga. Lalu Anne ters

  • Karma : Kubuat Kau Menyesal   Alasan Andrew

    Lima tahun kemudian.Matahari bersinar cerah menerpa wajah Gina dan Andrew saat mereka melangkah masuk ke halaman Panti Asuhan Kasih Ibu. Selama lima tahun terakhir, Gina dan Alisha tetap menjalin persahabatan yang erat, meskipun jarak memisahkan mereka.Setiap tahun, Gina pasti menyempatkan waktu untuk menjenguk Alisha. Terlebih sekarang, Alisha telah memiliki seorang putra, bernama Bintang. Bocah itu kini telah tumbuh menjadi anak yang lucu dan selalu membuat Gina rindu padanya."Sudah lama kita nggak ke sini, ya?" ujar Gina sambil tersenyum. "Aku udah nggak sabar ketemu Bintang. Dia lagi apa ya kira-kira?"Andrew mengangguk setuju. "Jam segini, biasanya Alisha masih ngajar. Mungkin Bintang lagi main di taman. Kamu bawa hadiah nggak, Gin?" Andrew melirik tas jinjing Gina yang sejak tadi digenggamnya erat. Mereka melangkah ke halaman samping panti di mana di sana ada taman kecil yang biasa digunakan anak-anak bermain."Tentu dong!" Gina mengeluarkan sebuah kotak berwarna merah muda

  • Karma : Kubuat Kau Menyesal   Harapan Baru

    Mobil melaju mulus di jalan raya, membelah pemandangan hijau yang perlahan berganti dengan bangunan-bangunan tinggi menjulang. Di dalam mobil, Alisha, Gina, dan Andrew tampak serius berbincang. Wajah Alisha terlihat lesu, matanya berkaca-kaca setelah mendengar cerita Gina yang memberitahu kabar bohong jika dirinya telah meninggal. Alisha telah sepakat dengan Gina dan Andrew bahwa mereka berusaha membuat kabar palsu mengenai kematiannya. Tujuannya agar Bara tak lagi menekan hidup Alisha dan kini dia akan pergi ke luar kota di mana tak ada satu orang pun yang mengenalnya."Aku benar-benar nggak nyangka, Bara bisa setega itu," ucap Alisha lirih, suaranya bergetar.Gina mengusap lembut lengan sahabatnya itu. "Aku tahu Sayang, kamu pasti sakit hati banget. Tapi kamu harus kuat, ya. Masih banyak yang menyayangimu.""Iya, Al," sahut Andrew yang sedang menyetir mobil ikut mencoba menghibur. "Lagian, kamu bakal ketemu sama tante Tia sekarang. Dia pasti bakal bikin kamu bahagia."Alisha hanya

  • Karma : Kubuat Kau Menyesal   Kabar Duka

    Hari itu, seperti biasa, kantor terasa begitu sibuk. Bara dengan wajah tegas dan tatapan mata yang tajam, sedang tenggelam dalam tumpukan berkas di mejanya. Tiba-tiba, telepon di mejanya berdering yang langsung diangkat oleh Bara."Permisi, Pak Bara. Ini ada seseorang yang ingin bertemu dengan Anda. Namanya Bu Gina," ucap sang sekretaris yang membuat Bara mengangkat kedua alisnya begitu mendengar nama Gina disebut.Gina? Mau apa dia ke sini? Pasti ada hubungannya dengan Alisha, gumam Bara dalam hati."Suruh dia masuk!""Baik, Pak."Tak lama setelah Bara menutup telepon, pintu ruangannya terbuka dan Gina yang memakai gaun hitam melangkah masuk. Wajahnya tampak sedih, terlihat jelas dari sorot matanya.Gina berjalan masuk dan duduk di kursi depan meja kerja Bara. Dia tampak menarik nafas pelan sebelum berbicara."Bara, aku punya kabar buruk," ujar Gina, suaranya bergetar.Bara mengangkat wajahnya, tatapannya datar. "Apa itu, Gina?" tanyanya, tanpa banyak ekspresi."Alisha... Alisha meni

  • Karma : Kubuat Kau Menyesal   Titik terendah

    Alisha menatap pantulan dirinya di cermin toilet di sebuah cafe, matanya sembab dan wajahnya pucat pasi. Sudah hampir dua bulan ia berjuang mencari pekerjaan. Lamaran demi lamaran ditolak, harapan demi harapan sirna. Alisha merasa lelah dan putus asa.Ia teringat perilaku Bara dan Elin pada dirinya, kehadiran Vee di dalam rumah tangganya, kematian Heru serta tuduhan jika dia selingkuh. Pikiran-pikiran negatif itu terus berputar di kepala hingga membuat pening.Dengan langkah gontai, Alisha keluar dari toilet sambil membawa kembali berkas lamaran yang tadinya akan dia kirim ke suatu perusahaan. Namun, baru saja dia keluar dari pintu toilet, tak diduga, dia melihat Bara sedang duduk tak jauh darinya.Seketika Alisha mundur beberapa langkah mencari tempat yang aman agar tidak terlihat oleh mantan suaminya itu. Dari tempatnya bersembunyi, Alisha dapat mendengar Bara sedang menelepon seseorang."Kamu sudah memastikan jika dia nggak diterima dimanapun, kan? Bagus. Kerja bagus. Aku akan kiri

  • Karma : Kubuat Kau Menyesal   Bersama Gina

    Hujan rintik-rintik membasahi kaca jendela apartemen Gina. Suara keributan lalu lintas dari jalan raya di bawah semakin menambah suasana malam yang syahdu sekaligus mencekam. Di dalam, Gina tengah asyik membaca buku favoritnya ketika bel pintu berbunyi nyaring. Ia mengernyitkan dahi, siapa yang bisa datang di tengah malam seperti ini?Dengan langkah gontai, Gina berjalan pintu dan membukanya. Seketika, wajah Alisha terlihat pucat pasi di balik pintu. Mata Alisha sembab, bekas air mata yang baru saja mengering.“Alisa? Kamu kenapa?” tanya Gina, kaget melihat kondisi sahabatnya.Alisha tidak menjawab, ia hanya menggelengkan kepala dan langsung memeluk Gina erat-erat. Tangisnya pecah seketika, tubuhnya gemetar hebat. Gina membalas pelukan Alisha, berusaha menenangkan sahabatnya.“Cerita sama aku, Al. Ada apa?” pinta Gina lembut, mengusap punggung Alisha.Setelah beberapa saat, tangis Alisha mulai reda. Ia menarik diri dari pelukan Gina dan menatap sahabatnya dengan mengajukan permohonan

  • Karma : Kubuat Kau Menyesal   Surat Wasiat

    Sore itu, menjadi waktu terakhir Bara menatap wajah sang ayah. Sorot matanya kosong namun sangat mengisyaratkan kepulauan yang mendalam. Dia berdiri di barisan paling depan bersama orang-orang yang memakai baju hitam, mengelilingi tempat peristirahatan terakhir Heru untuk memanjatkan doa. Di sampingnya, ada Elin yang tak henti-hentinya menangis. Satu tangan Bara mengusap punggung Elin, berusaha untuk menguatkan sang ibu. Sedangkan di samping kiri, ada Alisha yang juga menatap nisan Heru dengan tatapan penuh duka. Meski tak ada tangis di kedua bola mata Alisha, namun jelas sekali wanita itu tampak sedih akan kepergian ayah mertuanya. Setelah sang pemuka agama selesai memimpin doa, beberapa orang secara perlahan meninggalkan pemakaman hingga menyisakan Alisha, Bara, dan Elin. Alisha berinisiatif menuntun Elin menuju ke mobil. Akan tetapi baru saja dia menyentuh lengan Elin, wanita paruh baya itu langsung menepisnya dan melirik tajam. "Jangan sentuh saya!" Ehem. Tiba-tib

  • Karma : Kubuat Kau Menyesal   Tidak Mungkin

    Mobil Bara berhenti di sebuah restoran di mana terlihat Vee di halaman depan sudah berdiri menunggu kehadirannya. Begitu turun dari mobil, Vee berjalan mendekat dengan senyum merekah."Hai, Bara. Kita langsung masuk yuk. Aku sudah reservasi meja khusus untuk kita berdua," ucap Vee begitu Bara turun dari mobil. Lalu dia pun menggandeng tangan Bara, menuntunnya masuk ke dalam.Suasana restoran sangat ramai oleh pengunjung kala Bara memasukinya. Sedangkan Vee terus menggenggam tangan Bara menuju tangga. Rupanya Vee sudah memesan meja khusus di lantai dua.Mereka duduk di meja yang bersebelahan tepat dengan sebuah jendela kaca besar. Ketika Bara duduk, dia menoleh ke arah luar jendela untuk menikmati pemandangan.Namun, sontak Bara tertegun kala mendapati mobil milik Papa juga terparkir di depan. Lalu dia melihat Alisha keluar dari mobil itu.Seketika Bara bangkit berdiri. Membuat Vee terheran. Apalagi setelah melihat Bara berjalan terburu-buru kembali ke lantai satu.Bara berjalan menuru

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status