Share

Karma : Kubuat Kau Menyesal
Karma : Kubuat Kau Menyesal
Author: Tria Sulistia

Wanita Tak Diharapkan

last update Last Updated: 2024-10-19 19:43:19

Brak Brak Brak

"Ma, tolong buka pintunya!"

Alisha berteriak sambil terus mendobrak pintu gudang. Gaun pesta berwarna salem yang digunakannya mulai terlihat lusuh akibat debu yang menempel.

Tak peduli akan suasana gudang yang gelap dan pengap, Alisha terus saja berteriak meminta tolong, namun sosok wanita yang berada di balik pintu hanya melengkungkan senyum seringai.

"Mama, tolong! Aku juga mau dateng ke pesta ulang tahunnya Papa," untuk kesekian kalinya Alisha berteriak dari dalam gudang. "Apa salah aku, Ma? Kenapa aku harus dikurung di sini?"

"Jangan pikir aku akan dengerin teriakan kamu. Sampai suara kamu habis pun, aku nggak akan bukain pintu."

Elin sekilas mendengus menatap pada pintu gudang yang tertutup rapat. Lalu dia pun berbalik badan, melangkahkan kaki menuju halaman depan rumah yang mana salah seorang sopir pribadi telah menunggunya.

Tepat saat akan masuk ke dalam mobil, Elin menghentikan langkahnya. Dia baru teringat akan sesuatu yang terlupakan. Lantas dia pun menoleh ke arah pembantu yang berdiri tidak jauh dari mobil.

"Bi."

"Ya, Nyonya," sahut sang pembantu perempuan sambil sedikit membungkukan badan.

"Pokoknya Alisha harus ada di dalam gudang sampai pesta selesai. Aku nggak sudi kalau wanita itu gabung di acara keluarga kami," ucap Elin memberi peringatan pada sang pembantu dengan melayangkan tatapan mengancam. "Kalau sampai dia kabur, gaji kamu bulan ini saya potong."

Seketika sang pembantu menelan ludah dan matanya pun melotot saking takutnya akan ancaman Elin itu. Tak ada pilihan, sang pembantu pun menganggukkan kepala dengan mantap.

"Baik, Nyonya. Saya akan pastikan Nona Alisha tidak akan kabur."

"Bagus," ucap Elin sesaat sebelum masuk ke dalam mobil yang akan membawanya ke hotel tempat acara ulang tahun suaminya berlangsung.

Sementara itu, Alisha yang masih di dalam gudang, mulai merasakan lelah dan tenggorokan kering. Dia tidak bisa terus menerus berteriak. Dia harus mencari jalan lain.

Alisha berbalik badan dan mulai menyisir pandangan, mengamati ke sekeliling gudang yang dipenuhi oleh banyak barang tak terpakai. Alisha mulai memutar otak agar dia dapat keluar.

Lalu pandangan Alisha terpaku pada sebuah jendela kecil dengan daun jendela berbahan kayu. Senyum mengembang di bibir Alisha kala dia menyadari jika engsel jendela sudah karatan dan hanya perlu dobrakan yang keras, jendela itu bisa terbuka.

Tanpa pikir panjang, Alisha mengobrak-abrik kotak perkakas yang ada di salah satu sudut gudang. Dia mengambil sebuah linggis lalu naik ke atas sebuah meja agar dapat mendobrak jendela.

"Bingo," celetuk Alisha kala akhirnya berhasil membuka jendela.

Terlebih dahulu dia menyembulkan kepala keluar untuk memeriksa keadaan. Merasa aman dari pantauan Bi Sari, Alisha pun melompat dari jendela.

Ketika Alisha berjalan mengendap menuju halaman depan, tiba-tiba saja terdengar suara yang sangat dikenal Alisha.

"Nona Alisha?"

Sejenak Alisha berdiam sambil menghela nafas lalu memutar badan untuk menatap Bi Sari yang kini juga sedang memandangnya dengan raut muka cemas.

"Nona, mau kemana? Jangan pergi, Non! Kalau Nona pergi, gaji Bibi bisa dipotong," Bi Sari memohon memelas pada Alisha dengan kedua tangan bertaut erat.

Namun, Alisha hanya menanggapi santai. Dia justru melirik jam arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Lalu berjalan santai ke garasi mobil.

"Nona," Bi Sari berteriak memanggil Alisha yang pergi.

Tak berhenti di situ, Bi Sari juga berlari menyusul Alisha dan mencegah wanita itu masuk ke dalam mobil.

"Nona, tolong kasihani Bibi! Kalau Nona Alisha Dateng ke pesta, Bibi yang kena marah sama Nyonya," Bi Sari mencengkram kuat lengan Alisha menggunakan tangannya yang sudah kedinginan.

"Bi," Alisha melepas cengkraman tangan Bi Sari. "Bibi tenang aja. Oke? Kalau gaji Bi Sari dipotong, aku yang bakal ganti. Kalau Mama mertua aku ngomel ke Bi Sari juga jangan didengerin, anggap aja kaset rusak."

Tak membuang waktu lama, Alisha langsung masuk ke dalam mobil dan langsung menancapkan gas. Sementara Bi Sari yang tak bisa berbuat apa-apa lagi, hanya bisa pasrah. Dia membukakan pintu gerbang sambil berdoa dalam hati agar tak mendapatkan amukan dari sang nyonya besar.

Di jalanan, Alisha menaikan kecepatan mobil. Dia berpacu dengan waktu karena pesta sudah dimulai sejak setengah jam yang lalu.

Dalam waktu sepuluh menit, Alisha pun sampai dan segera dia berlari menuju ballroom. Namun, saat beberapa meter lagi menuju pintu, tiba-tiba...

Gubrak...

"Aw."

Alisha merintih kesakitan akibat kakinya yang keseleo. Sekilas dia mengusap penggelangan kaki kiri lalu bangkit berdiri sembari menahan rasa sakit.

"Are you oke?"

Alisha mendengar suara seorang pria yang melihatnya jatuh dan berlari hendak membantu. Akan tetapi Alisha memberi isyarat tangan bahwa dia tidak apa-apa dan dia pun berjalan dengan sedikit tertatih.

Masuk ke dalam ballroom yang riuh akan tamu undangan, Alisha berdiam diri sejenak mencari keberadaan Heru, sang ayah mertuanya. Namun, yang Alisha lihat justru adalah Elin.

Ibu mertuanya itu juga tak sengaja menoleh pada Alisha. Kedua matanya membulat tampak terkejut akan kehadiran Alisha di pesta.

Lantas Elin pun berjalan mendekati Alisha sambil tengok kanan kiri untuk memastikan tidak ada yang melihat ke arahnya.

"Kamu kok bisa keluar, sih? Kamu mau ngapain di sini? Nggak ada yang peduli sama kamu di sini. Pulang sana!"

"Nggak, Ma. Aku juga bagian dari keluarga Hermawan. Aku berhak ada di sini."

"Ck. Ngeyel banget kamu ya!"

Tepat saat itu, Elin melihat Bara tak jauh darinya. Sehingga Elin pun memanggil anak semata wayangnya itu untuk mendekat.

"Ada apa, Ma?" Bara bertanya kala telah sampai di hadapan sang ibu.

"Nih, istri kamu! Ngapain dia di sini? Kamu bawa pergi aja gih. Malu-maluin aja."

Bara melirik sekilas pada Alisha dengan raut datar. Seolah jika Alisha bukan sesuatu yang harus dia perdulikan. Lalu Bara pun menghela nafas pendek dan memutar bola mata.

"Ya, biarin aja lah, Ma. Dia kan sudah biasa cari muka di depan Papa," ucap Bara yang detik selanjutnya hendak melangkah meninggalkan Alisha.

"Mas Bara, tadi aku keseleo," tutur Alisha berharap jika pria yang berstatus suaminya itu akan menunjukan setitik kepedulian.

Namun, Bara sama sekali tidak menoleh sedikit pun pada Alisha. Dia terus melanjutkan langkah kakinya menjauh darinya. Berpura-pura tidak mendengar, padahal Alisha sangat yakin jika suaranya cukup lantang.

"Awas kamu ya! Jangan bertingkah memalukan di pesta ini! Banyak tamu-tamu penting di sini," Elin memperingatkan Alisha sebelum dia akhirnya pun pergi bergabung dengan geng arisannya.

Meski tak mendapatkan penerimaan dari suami dan ibu mertua, Alisha berusaha untuk tidak peduli dan kembali pada tujuan utama dia datang ke pesta. Dia menyapu pandangan ke sekeliling, mencari sosok pria lima puluh tahunan dengan berewok yang tebal dan badan yang tegap.

Tak perlu waktu lama, Alisha berhasil menemukan Heru, sang ayah mertua, yang tengah mengobrol dengan beberapa tamu. Dia pun berjalan mendekat, berniat memberikan kado ulang tahun yang sudah dia siapkan di saku gaunnya.

Dan ketika sudah berada beberapa langkah di belakang Heru, Alisha dapat mendengar sang ayah mertua bercerita, "Saya pengin banget dapet cucu tahun ini. Bahkan saya sudah janji sama diri saya sendiri, kalau misalnya menantu saya hamil, saya akan naikan gaji semua karyawan."

Kemudian Heru tertawa lepas. Tampak sekali jika Heru belum menyadari keberadaan Alisha yang berada tepat di belakangnya.

Ucapan Heru tadi membuat Alisha seketika membeku. Mendadak dia menjadi canggung dan seperti ada sesuatu yang mengganjal di hati.

"Pa," Alisha berusaha memberanikan diri menyapa. Membuat Heru seketika membalikkan badan.

"Alisha? Kamu dari mana saja? Kenapa baru datang?" Sederet pertanyaan meluncur dari mulut Heru denggan tatapan mata cemas.

Sudah sangat jelas di mata Alisha jika sang ayah mertuanya itu sangat menantikan kehadirannya. Setitik sikap perhatian itu, menjadikan Alisha melengkungkan senyum manis.

Meski dia tidak disenangi oleh suami dan ibu mertua, setidaknya ada Heru yang membuat Alisha merasa dihargai.

"Happy birthday, Pa. Ini kado dari aku," Alisha mengulurkan kotak hitam yang langsung diterima oleh Heru.

Tak hanya itu, Heru juga langsung memeluk Alisha dan memperkenalkannya pada beberapa tamu yang sejak tadi mengobrol dengan Heru.

Alisha menundukkan kepala sambil tersenyum sebagai salam perkenalan. Namun, respon yang dia dapatkan adalah sorot mata sinis.

Mereka menatap Alisha dari bawah hingga ke atas, seolah sedang meneliti setiap detail tubuh Alisha.

Merasa tak nyaman, Alisha memilih untuk menarik diri. Dia beralasan pada Heru jika dirinya ingin mencari udara segar.

Namun, baru beberapa langkah dia berjalan, sebuah suara tak mengenakan terdengar di telinganya.

"Oh jadi dia istrinya Pak Bara. Biasa aja ya?"

"Iya. Mana nggak hamil-hamil. Terpaksa deh kita nggak naik gaji," canda salah seorang.

"Kayaknya dia mandul. Kalau aku jadi Pak Bara sih mending cari istri baru."

Kedua tangan Alisha mengepal kuat. Kalau bukan sedang di acara pesta, Alisha pasti sudah menonjok muka dua orang pria yang tengah membicarakannya itu. Sehingga Alisha pun tetap melangkah dengan wajah menahan amarah.

Related chapters

  • Karma : Kubuat Kau Menyesal   Terpaksa

    Lewat tengah malam, Bara berjalan sempoyongan masuk ke dalam rumah. Kedua mata Bara terasa berat dan kepalanya pun sangat pening. Dia melangkah melintasi ruang tengah yang sangat sepi karena semua penghuni rumah sudah terlelap.Lalu sekuat tenaga Bara memaksakan dirinya menaiki anak tangga menuju kamar. Dengan satu dobrakan yang keras, Bara membuka pintu yang berhasil membuat Alisha terbangun dari tidurnya.Wanita itu menyibakkan selimut dengan wajah yang masih setengah mengantuk. Dia mengamati kondisi Bara yang berjalan sambil melepas jas."Mas, kamu dari mana aja? Papa sama Mama udah pulang dari pesta sejak satu jam yang lalu. Kamu pergi kemana dulu, Mas? Aku nungguin kamu dari tadi," Alisha bertanya penuh kecemasan."Bukan urusan kamu. Sekarang, minggir! Seperti biasa kamu tidur di karpet."Tanpa ada penolakan Alisha bangkit berdiri untuk mempersilahkan sang suami tidur di ranjang ukuran king size seorang diri.Kemudian, Bara pun merebahkan diri tanpa sempat mengganti pakaiannya. T

    Last Updated : 2024-10-19
  • Karma : Kubuat Kau Menyesal   Rencana

    'Gina, jam makan siang nanti bisa nggak ketemuan di cafe biasa kita nongkrong?''Bisa dong. Apa sih yang nggak buat kamu. Hehehe.''Oke.'Alisha menatap kembali pesan dari Gina di layar ponselnya. Lalu dia melirik jam tangan yang menunjukan pukul setengah satu. Itu artinya sudah hampir tiga puluh menit Alisha duduk di cafe menunggu sahabatnya itu.Alisha menyeruput secangkir kopi yang hampir habis dan tak lama setelah itu, seorang wanita dengan rambut lurus sebahu menghampirinya dengan nafas tersengal. Wanita itu menarik kursi di depan Alisha lalu duduk sambil menarik nafas lega."Sorry, Al. Kamu nunggu lama ya? Tadi mendadak aku dapet pasien baru."Alisha melengkungkan senyum pada Gina yang masih terengah. Lalu dia mendorong secangkir kopi amerikano yang menjadi minuman favorit Gina."Nih, minum dulu. Tadinya sih kalau kamu nggak dateng juga, aku mau cabut.""Jangan, dong! Mau gimana juga, aku udah berusaha dateng demi kamu lho," protes Gina sesaat sebelum meneguk kopinya. Setelah i

    Last Updated : 2024-10-19
  • Karma : Kubuat Kau Menyesal   Perusak

    Bara sedang membaca sebuah berkas kala Heru membuka pintu ruang kerjanya. Secara reflek, Bara mendongak dan menatap pada sang ayah yang berjalan mendekat.Dia tahu jika Heru pasti akan membicarakan sesuatu yang penting, sehingga dia pun menutup map yang ada di tangannya. Lalu mengalihkan perhatian seutuhnya pada Heru yang kini duduk di depannya."Ada apa, Pa?""Hari sabtu nanti kamu nggak ada acara, kan?"Seketika dahi Bara mengerut heran. Karena jarang sekali Heru bertanya dengan pertanyaan semacam itu."Memang kenapa, Pa?""Nggak apa-apa," Heru menarik nafas sejenak dan menyandarkan punggungnya. "Papa perhatikan wajah kamu akhir-akhir ini kusut banget. Kayaknya kamu perlu rehat sebentar, Ra."Bara hanya menyeringai mendengar ucapan sang ayah. Lalu dia memalingkan muka sambil berkata, "Papa baru sadar wajah aku kusut? Aku memang sudah stres semenjak Papa menikahkan aku sama Alisha.""Jangan gitu dong, Ra! Papa menikahkan kamu sama Alisha itu juga ada kebaikannya buat kamu. Papa nggak

    Last Updated : 2024-10-19
  • Karma : Kubuat Kau Menyesal   Sebuah Rasa

    Dua puluh menit berlalu semenjak seorang wanita asing yang mengaku sebagai mantan kekasih Bara tiba-tiba duduk di samping Bara. Alisha hanya bisa diam sambil melirik tajam pada keduanya yang kini mengobrol tentang karier masing masing.Tangan Alisha sudah mengepal sejak tadi. Ingin rasanya dia layangkan kepalan tangannya ke salah satu pipi wanita itu.Diperhatikannya Bara yang tertawa lepas ketika Vee membahas cerita yang sama sekali tidak lucu bagi Alisha. Tak tahan melihat keakraban Bara dengan Vee, maka Alisha pun mencoba mengalihkan atensi suaminya."Mas, kita pulang yuk! Aku udah kenyang," Alisha melempar tatapan sinis ke arah Vee ketika mengucapkan kata kenyang."Oh ya, Ra. Bisa nganterin aku pulang dulu, nggak? Aku takut kalau pulang sendiri. Hotel aku tuh jauh dari sini."Vee merengek manja di hadapan Bara dan yang lebih membuat Alisha jengkel, Vee bahkan menggandeng kedua tangan suaminya. Alisha menghela nafas berusaha untuk tetap sabar.Tak mau kalah, Alisha juga menarik len

    Last Updated : 2024-10-19
  • Karma : Kubuat Kau Menyesal   Tamparan

    Beberapa saat sebelumnya."Udah sampai. Aku mau pulang sekarang," ucap Bara begitu menghentikan mobil tepat di depan hotel tempat Vee menginap.Sejenak Vee membuka mulut, menganga tak percaya. Lalu dia segera menahan tangan Bara yang sedang melepas sabuk pengaman.Ditatapnya Bara dengan penuh keseriusan. Begitu juga Bara yang memandangnya dengan tajam. Kemudian senyum kecil menghiasi bibir Vee."Aku udah bantu kamu buat bikin istri kamu cemburu. Masak sih nggak ada hadiah buat aku?"Bara menghela nafas, "Terus kamu maunya apa? Sesuai kesepakatan, aku udah kasih kamu uang imbalan.""Tapi bukan itu yang aku mau," ucap Vee dengan senyum penuh makna."Terus?"Tiba-tiba saja Vee mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir Bara tanpa bisa dielakan. Tak hanya itu, Vee juga mengalungkan tangannya di leher Bara, menjerat pria itu agar tak dapat melepaskan diri.Menyadari sikap Vee yang begitu agresif, Bara segera mendorong bahu Vee agar ciuman mereka terlepas. Namun, di saat yang bersamaan, pintu

    Last Updated : 2024-12-20
  • Karma : Kubuat Kau Menyesal   Teman Kerja

    "Aaaa Gina. Kenapa aku bodoh banget? Aku malu banget sumpah," Alisha meraung sambil memukul meja cafe.Sementara itu, Gina menoleh ke kanan dan kiri untuk melihat keadaan sekitar. Dilihatnya riuh orang yang berbicara di dalam cafe membuat tak ada yang mendengarkan cerita Alisha.Lalu dia mencondongkan badan dan berbisik, "Jangan keras-keras ngomongnya! Nanti kedengeran. Salah sendiri kenapa kamu mabuk malam itu?""Aku nggak tahu kalau yang dikasih sama pelayan itu ternyata bir, Na," Alisha mengeluh dan menepuk jidatnya mengingat kejadian beberapa hari yang lalu saat dia berlibur dengan Bara."Terus, reaksi Bara waktu kalian bangun pagi harinya gimana?" "Dia marah besar, Na. Bara malah nyalahin aku. Ngomel-ngomelin aku yang mabuk sampai lupa diri dan ya... Sekarang kita diem-dieman lagi kayak biasa."Alisha menyeruput minumannya untuk menenangkan diri. Kemudian dia menyadari gelagat Gina yang membungkukkan badan serta menutup wajah dengan buku menu.Merasa heran akan tingkah Gina yang

    Last Updated : 2024-12-21
  • Karma : Kubuat Kau Menyesal   Salah Paham

    Bara memasuki ruangan kerja setelah selesai melakukan rapat dengan jajaran direksi. Perhatian Bara langsung tertuju pada beberapa berkas yang ada di meja, sehingga dia tak menyadari ada seseorang yang telah duduk di sofa, tengah memperhatikannya.Seseorang itu sengaja berdeham yang memancing perhatian Bara. Begitu menoleh, Bara tampak terkejut melihat Vee yang sudah duduk di sudut ruangan.Dia sempat melirik ke arah pintu dan menerawang sudah sejak kapan Vee berada di ruangannya."Hai, Bara. Lagi sibuk ya?" Sapa Vee sambil berjalan mendekat."Kenapa kamu bisa ada di sini?"Vee tersenyum seraya menarik nafas. "Ya, tadi aku lihat sekertaris kamu lagi sibuk. Jadi aku menyelinap masuk ke sini. Oh ya, ini kan sudah jam istirahat. Kita makan di luar yuk."Bara menggelengkan kepala, duduk di kursi kerjanya, lalu membuka laptop, "Nggak bisa. Aku lagi sibuk.""Kamu masih marah ya sama aku? Soal tempo hari aku meluk kamu. Aku minta maaf, Ra. Kemarin itu aku kelepasan. Aku sadar harusnya aku ngg

    Last Updated : 2024-12-22
  • Karma : Kubuat Kau Menyesal   Papa Sakit

    Sepulang kerja, Alisha tertegun begitu melihat mobil Bara sudah terparkir di halaman depan rumah. Dia merasa heran sebab sangat jarang bahkan hampir tidak pernah Bara pulang secepat itu.Perlahan Alisha berjalan memasuki rumah. Sayup-sayup dia mendengar suara orang berbicara. Rupanya Elin dan Bara sedang mengobrol di ruang tengah.Alisha sengaja tidak menghampiri mereka dan lebih memilih tetap diam di ambang pintu. Dia penasaran akan apa yang sedang dibicarakan oleh suami dan juga mertuanya."Bara, Sayang. Kamu pengin bahagia kan? Dan kamu cuma bahagia kalau sama Vee. Jadi Mama bakal dukung kamu supaya kamu balik lagi sama Vee. Soal Papa biar Mama yang tangani. Mama lakuin ini supaya kamu bahagia, Ra."Bagaikan tersambar petir di siang bolong, Alisha terdiam seribu bahasa. Dadanya terasa sesak untuk bernafas dan seperti ada yang mengiris dari dalam."Tuh lihat diri kamu sendiri. Sejak menikah, Mama lihat kamu itu kayak orang depresi, tahu nggak? Udah deh. Mama bakal atur makan malam b

    Last Updated : 2024-12-23

Latest chapter

  • Karma : Kubuat Kau Menyesal   Pertemuan

    "Na, Bintang mana?" tanya Andrew begitu sampai di pintu restoran dan bertemu dengan Gina yang membawa nampan berisi makanan.Gina mengalihkan pandangan ke meja di mana terakhir kali dia melihat Bintang duduk di sana. Namun, mendadak wajah Gina berubah pucat kala mendapati Bintang tak ada."Lho, tadi dia lagi duduk di situ. Aku suruh tunggu kenapa nggak ada?" Kemudian Gina memutar kepalanya mencari sosok Bintang. "Bintang? Bintang?"Andrew bersigap mencari Bintang ke segala penjuru restoran hingga ke toilet. Menanyai ke beberapa karyawan dan ternyata tak ada satupun yang melihat Bintang.Begitu pula dengan Gina yang bertanya kepada pengunjung restoran yang duduk di meja tak jauh dari tempat duduk Bintang sebelumnya."Permisi, Bu. Apa ibu lihat anak di foto ini? Tadi dia lagi duduk di sebelah sana," Gina menunjukan foto Bintang yang tersimpan di ponselnya kepada seorang wanita paruh baya.Wanita itu melirik Gina sesaat lalu berkata, "Tadi aku lihat dia lari lihat barongsai di seberang j

  • Karma : Kubuat Kau Menyesal   Kedatangan Bintang

    Rumah megah itu berdiri kokoh di tengah kawasan elit. Sinar matahari pagi menari-nari di antara dedaunan hijau yang mengelilingi rumah. Andrew melangkah masuk membawa tangan kecil milik Bintang. Anak itu menatap kagum sekelilin. Mata bulatnya berbinar melihat interior rumah yang mewah."Bu, lihat siapa yang sudah datang?" seru Andrew sambil menggendong Bintang.Anne, sang ibu, keluar dari dapur. Wajahnya merekah dalam senyuman hangat saat melihat Bintang. "Hai, Bintang! Kamu anaknya Icha, kan? Ayo sini, tante peluk."Bintang sedikit malu-malu, tapi ia membalas pelukan Anne dengan erat. Anne menggendong Bintang dan mengajaknya berkeliling rumah. "Ini kamar tamu, nanti Bintang bakal tidur di sini... dan ini taman belakang, kita bisa main ayunan di sini, yuk."Bintang mengangguk semakin bersemangat. Ia turun dari gendongan Anne dan naik ke atas ayunan yang didorong pelan oleh Andrew.Melihat ada kupu-kupu, Bintang berlari kecil mengejar kupu-kupu itu yang hinggap di bunga. Lalu Anne ters

  • Karma : Kubuat Kau Menyesal   Alasan Andrew

    Lima tahun kemudian.Matahari bersinar cerah menerpa wajah Gina dan Andrew saat mereka melangkah masuk ke halaman Panti Asuhan Kasih Ibu. Selama lima tahun terakhir, Gina dan Alisha tetap menjalin persahabatan yang erat, meskipun jarak memisahkan mereka.Setiap tahun, Gina pasti menyempatkan waktu untuk menjenguk Alisha. Terlebih sekarang, Alisha telah memiliki seorang putra, bernama Bintang. Bocah itu kini telah tumbuh menjadi anak yang lucu dan selalu membuat Gina rindu padanya."Sudah lama kita nggak ke sini, ya?" ujar Gina sambil tersenyum. "Aku udah nggak sabar ketemu Bintang. Dia lagi apa ya kira-kira?"Andrew mengangguk setuju. "Jam segini, biasanya Alisha masih ngajar. Mungkin Bintang lagi main di taman. Kamu bawa hadiah nggak, Gin?" Andrew melirik tas jinjing Gina yang sejak tadi digenggamnya erat. Mereka melangkah ke halaman samping panti di mana di sana ada taman kecil yang biasa digunakan anak-anak bermain."Tentu dong!" Gina mengeluarkan sebuah kotak berwarna merah muda

  • Karma : Kubuat Kau Menyesal   Harapan Baru

    Mobil melaju mulus di jalan raya, membelah pemandangan hijau yang perlahan berganti dengan bangunan-bangunan tinggi menjulang. Di dalam mobil, Alisha, Gina, dan Andrew tampak serius berbincang. Wajah Alisha terlihat lesu, matanya berkaca-kaca setelah mendengar cerita Gina yang memberitahu kabar bohong jika dirinya telah meninggal. Alisha telah sepakat dengan Gina dan Andrew bahwa mereka berusaha membuat kabar palsu mengenai kematiannya. Tujuannya agar Bara tak lagi menekan hidup Alisha dan kini dia akan pergi ke luar kota di mana tak ada satu orang pun yang mengenalnya."Aku benar-benar nggak nyangka, Bara bisa setega itu," ucap Alisha lirih, suaranya bergetar.Gina mengusap lembut lengan sahabatnya itu. "Aku tahu Sayang, kamu pasti sakit hati banget. Tapi kamu harus kuat, ya. Masih banyak yang menyayangimu.""Iya, Al," sahut Andrew yang sedang menyetir mobil ikut mencoba menghibur. "Lagian, kamu bakal ketemu sama tante Tia sekarang. Dia pasti bakal bikin kamu bahagia."Alisha hanya

  • Karma : Kubuat Kau Menyesal   Kabar Duka

    Hari itu, seperti biasa, kantor terasa begitu sibuk. Bara dengan wajah tegas dan tatapan mata yang tajam, sedang tenggelam dalam tumpukan berkas di mejanya. Tiba-tiba, telepon di mejanya berdering yang langsung diangkat oleh Bara."Permisi, Pak Bara. Ini ada seseorang yang ingin bertemu dengan Anda. Namanya Bu Gina," ucap sang sekretaris yang membuat Bara mengangkat kedua alisnya begitu mendengar nama Gina disebut.Gina? Mau apa dia ke sini? Pasti ada hubungannya dengan Alisha, gumam Bara dalam hati."Suruh dia masuk!""Baik, Pak."Tak lama setelah Bara menutup telepon, pintu ruangannya terbuka dan Gina yang memakai gaun hitam melangkah masuk. Wajahnya tampak sedih, terlihat jelas dari sorot matanya.Gina berjalan masuk dan duduk di kursi depan meja kerja Bara. Dia tampak menarik nafas pelan sebelum berbicara."Bara, aku punya kabar buruk," ujar Gina, suaranya bergetar.Bara mengangkat wajahnya, tatapannya datar. "Apa itu, Gina?" tanyanya, tanpa banyak ekspresi."Alisha... Alisha meni

  • Karma : Kubuat Kau Menyesal   Titik terendah

    Alisha menatap pantulan dirinya di cermin toilet di sebuah cafe, matanya sembab dan wajahnya pucat pasi. Sudah hampir dua bulan ia berjuang mencari pekerjaan. Lamaran demi lamaran ditolak, harapan demi harapan sirna. Alisha merasa lelah dan putus asa.Ia teringat perilaku Bara dan Elin pada dirinya, kehadiran Vee di dalam rumah tangganya, kematian Heru serta tuduhan jika dia selingkuh. Pikiran-pikiran negatif itu terus berputar di kepala hingga membuat pening.Dengan langkah gontai, Alisha keluar dari toilet sambil membawa kembali berkas lamaran yang tadinya akan dia kirim ke suatu perusahaan. Namun, baru saja dia keluar dari pintu toilet, tak diduga, dia melihat Bara sedang duduk tak jauh darinya.Seketika Alisha mundur beberapa langkah mencari tempat yang aman agar tidak terlihat oleh mantan suaminya itu. Dari tempatnya bersembunyi, Alisha dapat mendengar Bara sedang menelepon seseorang."Kamu sudah memastikan jika dia nggak diterima dimanapun, kan? Bagus. Kerja bagus. Aku akan kiri

  • Karma : Kubuat Kau Menyesal   Bersama Gina

    Hujan rintik-rintik membasahi kaca jendela apartemen Gina. Suara keributan lalu lintas dari jalan raya di bawah semakin menambah suasana malam yang syahdu sekaligus mencekam. Di dalam, Gina tengah asyik membaca buku favoritnya ketika bel pintu berbunyi nyaring. Ia mengernyitkan dahi, siapa yang bisa datang di tengah malam seperti ini?Dengan langkah gontai, Gina berjalan pintu dan membukanya. Seketika, wajah Alisha terlihat pucat pasi di balik pintu. Mata Alisha sembab, bekas air mata yang baru saja mengering.“Alisa? Kamu kenapa?” tanya Gina, kaget melihat kondisi sahabatnya.Alisha tidak menjawab, ia hanya menggelengkan kepala dan langsung memeluk Gina erat-erat. Tangisnya pecah seketika, tubuhnya gemetar hebat. Gina membalas pelukan Alisha, berusaha menenangkan sahabatnya.“Cerita sama aku, Al. Ada apa?” pinta Gina lembut, mengusap punggung Alisha.Setelah beberapa saat, tangis Alisha mulai reda. Ia menarik diri dari pelukan Gina dan menatap sahabatnya dengan mengajukan permohonan

  • Karma : Kubuat Kau Menyesal   Surat Wasiat

    Sore itu, menjadi waktu terakhir Bara menatap wajah sang ayah. Sorot matanya kosong namun sangat mengisyaratkan kepulauan yang mendalam. Dia berdiri di barisan paling depan bersama orang-orang yang memakai baju hitam, mengelilingi tempat peristirahatan terakhir Heru untuk memanjatkan doa. Di sampingnya, ada Elin yang tak henti-hentinya menangis. Satu tangan Bara mengusap punggung Elin, berusaha untuk menguatkan sang ibu. Sedangkan di samping kiri, ada Alisha yang juga menatap nisan Heru dengan tatapan penuh duka. Meski tak ada tangis di kedua bola mata Alisha, namun jelas sekali wanita itu tampak sedih akan kepergian ayah mertuanya. Setelah sang pemuka agama selesai memimpin doa, beberapa orang secara perlahan meninggalkan pemakaman hingga menyisakan Alisha, Bara, dan Elin. Alisha berinisiatif menuntun Elin menuju ke mobil. Akan tetapi baru saja dia menyentuh lengan Elin, wanita paruh baya itu langsung menepisnya dan melirik tajam. "Jangan sentuh saya!" Ehem. Tiba-tib

  • Karma : Kubuat Kau Menyesal   Tidak Mungkin

    Mobil Bara berhenti di sebuah restoran di mana terlihat Vee di halaman depan sudah berdiri menunggu kehadirannya. Begitu turun dari mobil, Vee berjalan mendekat dengan senyum merekah."Hai, Bara. Kita langsung masuk yuk. Aku sudah reservasi meja khusus untuk kita berdua," ucap Vee begitu Bara turun dari mobil. Lalu dia pun menggandeng tangan Bara, menuntunnya masuk ke dalam.Suasana restoran sangat ramai oleh pengunjung kala Bara memasukinya. Sedangkan Vee terus menggenggam tangan Bara menuju tangga. Rupanya Vee sudah memesan meja khusus di lantai dua.Mereka duduk di meja yang bersebelahan tepat dengan sebuah jendela kaca besar. Ketika Bara duduk, dia menoleh ke arah luar jendela untuk menikmati pemandangan.Namun, sontak Bara tertegun kala mendapati mobil milik Papa juga terparkir di depan. Lalu dia melihat Alisha keluar dari mobil itu.Seketika Bara bangkit berdiri. Membuat Vee terheran. Apalagi setelah melihat Bara berjalan terburu-buru kembali ke lantai satu.Bara berjalan menuru

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status