Share

Teman Kerja

last update Last Updated: 2024-12-21 23:45:17

"Aaaa Gina. Kenapa aku bodoh banget? Aku malu banget sumpah," Alisha meraung sambil memukul meja cafe.

Sementara itu, Gina menoleh ke kanan dan kiri untuk melihat keadaan sekitar. Dilihatnya riuh orang yang berbicara di dalam cafe membuat tak ada yang mendengarkan cerita Alisha.

Lalu dia mencondongkan badan dan berbisik, "Jangan keras-keras ngomongnya! Nanti kedengeran. Salah sendiri kenapa kamu mabuk malam itu?"

"Aku nggak tahu kalau yang dikasih sama pelayan itu ternyata bir, Na," Alisha mengeluh dan menepuk jidatnya mengingat kejadian beberapa hari yang lalu saat dia berlibur dengan Bara.

"Terus, reaksi Bara waktu kalian bangun pagi harinya gimana?"

"Dia marah besar, Na. Bara malah nyalahin aku. Ngomel-ngomelin aku yang mabuk sampai lupa diri dan ya... Sekarang kita diem-dieman lagi kayak biasa."

Alisha menyeruput minumannya untuk menenangkan diri. Kemudian dia menyadari gelagat Gina yang membungkukkan badan serta menutup wajah dengan buku menu.

Merasa heran akan tingkah Gina yang seolah sedang menghindari seseorang, Alisha pun bertanya, "Kenapa kamu, Na?"

Gina menempelkan jari telunjuk ke bibirnya. Memberi isyarat agar Alisha diam. Lalu dia menunjuk ke sebuah sudut cafe yang mana di sana ada seorang pria tengah berdiri sambil mengamati sekitar.

"Cowok itu temen kerjaku."

"Lah terus, kenapa nggak disapa?" Alisha memutar badan dan langsung melambaikan tangan yang membuat Gina buru-buru menurunkan tangan Alisha.

"Ih, jangan panggil dia! Justru aku tuh lagi menghindar. Dia itu annoying banget tahu."

"Oh ya? Kok nggak bilang dari tadi?"

"Ih, kamu."

Karena teman Gina sudah terlanjur melihat Alisha dan Gina, dia pun mulai berjalan mendekat. Begitu sampai di depan meja, pria itu tersenyum lebar sambil menyisir rambut ke belakang menggunakan jemarinya.

"Hai, Gina. Kebetulan kita ketemu di sini. Aku boleh ikut duduk ya."

Gina langsung duduk tegak, raut mukanya sudah jelas menunjukan rasa tidak suka namun dia tetap memaksa untuk tersenyum dan mengangguk.

"Lagi sama siapa?"

"Ini temen aku. Namanya Alisha," ucap Gina mengalihkan pandangan pada Alisha. "Al, kenalin ini rekan kerja aku. Andrew."

Andrew menoleh pada Alisha lalu mengulurkan tangan. Sejenak Alisha dan Andrew saling berjabat tangan tapi perhatian Andrew kembali lagi pada Gina.

"Oh ya, Na. Setelah ini kamu balik lagi ke rumah sakit, kan? Aku boleh ikut ke mobil kamu, nggak?"

Gina tertawa garing. "Sorry, aku bukannya nggak mau tapi au ada perlu sebentar."

"Kemana? Sekalian aku temenin aja gimana?" Andrew bertanya seakan memaksa agar dirinya bisa bersama Gina.

Alisha hanya memandang Andrew dan Gina secera bergantian. Berusaha membaca situasi. Tampak jelas di mata Alisha jika Gina merasa tidak nyaman dengan kehadiran Andrew. Hal itu nampak dari gelagat Gina yang selalu merubah posisi duduknya.

Gina melirik pada Alisha. Dengan kedipan mata, Gina memberi kode bahwa dia ingin segera pergi.

Alisha mengangguk dan memberi kedipan mata untuk membalas respon Gina. Kemudian Gina langsung mengalungkan tas Selempangnya dan bangkit berdiri

"Nggak perlu, An. Aku bisa sendiri kok. Oh ya, Alisha ini suka baca novel detektif loh. Sama kayak kamu. Coba deh, ngobrol sama dia. Aku permisi dulu ya," Gina menunjuk Alisha sebelum akhirnya dia melangkah pergi meninggalkan Alisha yang gugup mematung.

"Novel detektif dari Hongkong? Gina tuh ya, kalau ngarang sering ngasal," Alisha bergumam yang untung saja tidak terdengar oleh Andrew.

"Alisha?"

Mendadak Alisha terperanjat dan segera menoleh ke arah Andrew sambil menarik ujung bibir membentuk senyuman.

"Iya."

"Bener kamu suka novel detektif?"

Alisha menggaruk tengkuknya seraya tersenyum canggung. Mau tak mau dia harus meneruskan sandiwara yang sudah diciptakan oleh Gina.

"Iya tapi nggak terlalu sering sih."

"Oh bagus dong. Kita satu hobi kalau gitu. Kamu mau lihat koleksi buku aku nggak?"

Secepat kilat Alisha menggelengkan kepala. Di dalam benaknya, dia mencari cara untuk bisa pergi tanpa menimbulkan rasa kecewa pada Andrew.

"Oh, maaf, Andrew. Kayaknya aku juga harus pergi deh. Soalnya aku harus balik lagi ke kantor."

Alisha meraih tasnya dan beranjak untuk pergi. Namun, dengan cepat Andrew menyambar tangan Alisha yang membuatnya tidak bisa bergerak.

Alisha menoleh ke arah Andrew dengan sorot mata penuh tanda tanya. Sedangkan Andrew menarik tangan Alisha untuk duduk kembali.

"Maaf, Alisha. Kita memang baru kenal tapi kalau boleh aku ingin minta bantuan kamu sebentar aja."

Alisha mengangkat Alisnya dan menunjukan raut muka kebingungan.

"Kamu sudah lama kenal sama Gina, kan?"

Alisha hanya mengangguk sebagai jawaban. Sedangkan Andrew menghela nafas semabri tersenyum.

"Gini, Alisha. Beberapa hari ke depan kan, Gina ulang tahun. Aku berniat kasih surprise ke dia. Karena kamu sudah lama temenan sama Gina jadi kamu pasti tahu dong seleranya Gina kayak gimana. Jadi aku pengin kamu pilihin kado yang bakal aku kasih ke Gina. Gimana? Kamu mau kan?"

Alisha melipat tangan dan menyandarkan punggung sambil menimbang-nimbang. Dia berpikir jika tidak ada salahnya membantu Andrew supaya pria itu tak lagi menahannya pergi.

Alisha menyipitkan mata memandang Andrew. "Kamu mau kasih dia apa?"

"Perhiasan," jawab Andrew mantap.

"Oke, tapi setelah itu aku cabut ya. Aku nggak ada waktu banyak."

Andrew mengangguk setuju. Mereka pun langsung berpindah dari cafe ke sebuah toko perhiasan yang jaraknya tak jauh dari sana.

Sesampainya di sana, Alisha memandang deretan perhiasan yang berjajar di etalase toko dan Andrew ada di sisinya ikut mengamati apa yang sedang Alisha pandang.

Seorang pelayan wanita mendekat dan menyapa. Lalu Andrew menunjuk salah satu cincin dengan bentuk hati bertatahkan berlian-berlian kecil.

"Aku mau yang ini," ucap Andrew pada pelayan.

"Jangan!" Segera Alisha menyela. Membuat pelayan wanita dan Andrew bersamaan menoleh padanya. "Gina nggak akan suka. Mending yang ini aja."

Alisha menunjuk ke sisi yang lain. Lebih tepatnya ke arah cincin dengan bentuk bunga kecil.

"Sederhana, tapi cantik dan elegan. Gina pasti suka."

"Kamu yakin?"

Alisha mengangguk dengan mantap. Lantas Andrew pun memilih membeli cincin yang dipilih oleh Alisha.

Sebelum berpisah, Alisha menyempatkan untuk mencoba cincin itu ke jari manisnya. Sebab, ukuran jari Alisha sama persis dengan jemari Gina.

Dan kabar baiknya, cincin itu sangat pas di jari Alisha. Sehingga seratus persen cincin itu juga akan muat di jari Gina juga.

Andrew menghela nafas lega. Di depan toko perhiasan, dia tak pernah menghilangkan senyum semringahnya, seakan tak sabar untuk memberikan cincin itu pada Gina.

"Thanks, Alisha udah bantu aku hari ini."

Alisha tersenyum singkat dan mengangkat tangan hendak memberi ucapan selamat tinggal. Namun, sangat tidak terduga olehnya, Andrew tiba-tiba memeluknya erat hingga menepuk bahunya beberapa kali.

"Bersyukur banget aku bisa ketemu kamu, Al."

"It's oke tapi jangan peluk aku gini dong," Alisha mendorong dada Andrew.

Dan Andrew yang mulai sadar akan apa yang sedang dia lakukan, pun segera melepaskan diri. Dia berdeham mengusir rasa canggung. Tampaknya dia terlalu senang hingga lepas kendali dan memeluk Alisha.

"Sorry. Sorry, Al. Aku nggak bermaksud apa-apa."

Alisha mengangguk. Tak mau memperpanjang urusan dengan Andrew. "Ya udah, aku cabut. Aku harus balik kerja. Bye."

Alisha pun berbalik badan meninggalkan Andrew yng masih berdiri di depan toko perhiasan. Tanpa Alisha sadari sepasang mata tengah memandangnya dengan sorot yang dingin nan tajam.

Related chapters

  • Karma : Kubuat Kau Menyesal   Salah Paham

    Bara memasuki ruangan kerja setelah selesai melakukan rapat dengan jajaran direksi. Perhatian Bara langsung tertuju pada beberapa berkas yang ada di meja, sehingga dia tak menyadari ada seseorang yang telah duduk di sofa, tengah memperhatikannya.Seseorang itu sengaja berdeham yang memancing perhatian Bara. Begitu menoleh, Bara tampak terkejut melihat Vee yang sudah duduk di sudut ruangan.Dia sempat melirik ke arah pintu dan menerawang sudah sejak kapan Vee berada di ruangannya."Hai, Bara. Lagi sibuk ya?" Sapa Vee sambil berjalan mendekat."Kenapa kamu bisa ada di sini?"Vee tersenyum seraya menarik nafas. "Ya, tadi aku lihat sekertaris kamu lagi sibuk. Jadi aku menyelinap masuk ke sini. Oh ya, ini kan sudah jam istirahat. Kita makan di luar yuk."Bara menggelengkan kepala, duduk di kursi kerjanya, lalu membuka laptop, "Nggak bisa. Aku lagi sibuk.""Kamu masih marah ya sama aku? Soal tempo hari aku meluk kamu. Aku minta maaf, Ra. Kemarin itu aku kelepasan. Aku sadar harusnya aku ngg

    Last Updated : 2024-12-22
  • Karma : Kubuat Kau Menyesal   Papa Sakit

    Sepulang kerja, Alisha tertegun begitu melihat mobil Bara sudah terparkir di halaman depan rumah. Dia merasa heran sebab sangat jarang bahkan hampir tidak pernah Bara pulang secepat itu.Perlahan Alisha berjalan memasuki rumah. Sayup-sayup dia mendengar suara orang berbicara. Rupanya Elin dan Bara sedang mengobrol di ruang tengah.Alisha sengaja tidak menghampiri mereka dan lebih memilih tetap diam di ambang pintu. Dia penasaran akan apa yang sedang dibicarakan oleh suami dan juga mertuanya."Bara, Sayang. Kamu pengin bahagia kan? Dan kamu cuma bahagia kalau sama Vee. Jadi Mama bakal dukung kamu supaya kamu balik lagi sama Vee. Soal Papa biar Mama yang tangani. Mama lakuin ini supaya kamu bahagia, Ra."Bagaikan tersambar petir di siang bolong, Alisha terdiam seribu bahasa. Dadanya terasa sesak untuk bernafas dan seperti ada yang mengiris dari dalam."Tuh lihat diri kamu sendiri. Sejak menikah, Mama lihat kamu itu kayak orang depresi, tahu nggak? Udah deh. Mama bakal atur makan malam b

    Last Updated : 2024-12-23
  • Karma : Kubuat Kau Menyesal   Tidak Mungkin

    Mobil Bara berhenti di sebuah restoran di mana terlihat Vee di halaman depan sudah berdiri menunggu kehadirannya. Begitu turun dari mobil, Vee berjalan mendekat dengan senyum merekah."Hai, Bara. Kita langsung masuk yuk. Aku sudah reservasi meja khusus untuk kita berdua," ucap Vee begitu Bara turun dari mobil. Lalu dia pun menggandeng tangan Bara, menuntunnya masuk ke dalam.Suasana restoran sangat ramai oleh pengunjung kala Bara memasukinya. Sedangkan Vee terus menggenggam tangan Bara menuju tangga. Rupanya Vee sudah memesan meja khusus di lantai dua.Mereka duduk di meja yang bersebelahan tepat dengan sebuah jendela kaca besar. Ketika Bara duduk, dia menoleh ke arah luar jendela untuk menikmati pemandangan.Namun, sontak Bara tertegun kala mendapati mobil milik Papa juga terparkir di depan. Lalu dia melihat Alisha keluar dari mobil itu.Seketika Bara bangkit berdiri. Membuat Vee terheran. Apalagi setelah melihat Bara berjalan terburu-buru kembali ke lantai satu.Bara berjalan menuru

    Last Updated : 2024-12-26
  • Karma : Kubuat Kau Menyesal   Surat Wasiat

    Sore itu, menjadi waktu terakhir Bara menatap wajah sang ayah. Sorot matanya kosong namun sangat mengisyaratkan kepulauan yang mendalam. Dia berdiri di barisan paling depan bersama orang-orang yang memakai baju hitam, mengelilingi tempat peristirahatan terakhir Heru untuk memanjatkan doa. Di sampingnya, ada Elin yang tak henti-hentinya menangis. Satu tangan Bara mengusap punggung Elin, berusaha untuk menguatkan sang ibu. Sedangkan di samping kiri, ada Alisha yang juga menatap nisan Heru dengan tatapan penuh duka. Meski tak ada tangis di kedua bola mata Alisha, namun jelas sekali wanita itu tampak sedih akan kepergian ayah mertuanya. Setelah sang pemuka agama selesai memimpin doa, beberapa orang secara perlahan meninggalkan pemakaman hingga menyisakan Alisha, Bara, dan Elin. Alisha berinisiatif menuntun Elin menuju ke mobil. Akan tetapi baru saja dia menyentuh lengan Elin, wanita paruh baya itu langsung menepisnya dan melirik tajam. "Jangan sentuh saya!" Ehem. Tiba-tib

    Last Updated : 2024-12-28
  • Karma : Kubuat Kau Menyesal   Bersama Gina

    Hujan rintik-rintik membasahi kaca jendela apartemen Gina. Suara keributan lalu lintas dari jalan raya di bawah semakin menambah suasana malam yang syahdu sekaligus mencekam. Di dalam, Gina tengah asyik membaca buku favoritnya ketika bel pintu berbunyi nyaring. Ia mengernyitkan dahi, siapa yang bisa datang di tengah malam seperti ini?Dengan langkah gontai, Gina berjalan pintu dan membukanya. Seketika, wajah Alisha terlihat pucat pasi di balik pintu. Mata Alisha sembab, bekas air mata yang baru saja mengering.“Alisa? Kamu kenapa?” tanya Gina, kaget melihat kondisi sahabatnya.Alisha tidak menjawab, ia hanya menggelengkan kepala dan langsung memeluk Gina erat-erat. Tangisnya pecah seketika, tubuhnya gemetar hebat. Gina membalas pelukan Alisha, berusaha menenangkan sahabatnya.“Cerita sama aku, Al. Ada apa?” pinta Gina lembut, mengusap punggung Alisha.Setelah beberapa saat, tangis Alisha mulai reda. Ia menarik diri dari pelukan Gina dan menatap sahabatnya dengan mengajukan permohonan

    Last Updated : 2024-12-29
  • Karma : Kubuat Kau Menyesal   Titik terendah

    Alisha menatap pantulan dirinya di cermin toilet di sebuah cafe, matanya sembab dan wajahnya pucat pasi. Sudah hampir dua bulan ia berjuang mencari pekerjaan. Lamaran demi lamaran ditolak, harapan demi harapan sirna. Alisha merasa lelah dan putus asa.Ia teringat perilaku Bara dan Elin pada dirinya, kehadiran Vee di dalam rumah tangganya, kematian Heru serta tuduhan jika dia selingkuh. Pikiran-pikiran negatif itu terus berputar di kepala hingga membuat pening.Dengan langkah gontai, Alisha keluar dari toilet sambil membawa kembali berkas lamaran yang tadinya akan dia kirim ke suatu perusahaan. Namun, baru saja dia keluar dari pintu toilet, tak diduga, dia melihat Bara sedang duduk tak jauh darinya.Seketika Alisha mundur beberapa langkah mencari tempat yang aman agar tidak terlihat oleh mantan suaminya itu. Dari tempatnya bersembunyi, Alisha dapat mendengar Bara sedang menelepon seseorang."Kamu sudah memastikan jika dia nggak diterima dimanapun, kan? Bagus. Kerja bagus. Aku akan kiri

    Last Updated : 2024-12-31
  • Karma : Kubuat Kau Menyesal   Kabar Duka

    Hari itu, seperti biasa, kantor terasa begitu sibuk. Bara dengan wajah tegas dan tatapan mata yang tajam, sedang tenggelam dalam tumpukan berkas di mejanya. Tiba-tiba, telepon di mejanya berdering yang langsung diangkat oleh Bara."Permisi, Pak Bara. Ini ada seseorang yang ingin bertemu dengan Anda. Namanya Bu Gina," ucap sang sekretaris yang membuat Bara mengangkat kedua alisnya begitu mendengar nama Gina disebut.Gina? Mau apa dia ke sini? Pasti ada hubungannya dengan Alisha, gumam Bara dalam hati."Suruh dia masuk!""Baik, Pak."Tak lama setelah Bara menutup telepon, pintu ruangannya terbuka dan Gina yang memakai gaun hitam melangkah masuk. Wajahnya tampak sedih, terlihat jelas dari sorot matanya.Gina berjalan masuk dan duduk di kursi depan meja kerja Bara. Dia tampak menarik nafas pelan sebelum berbicara."Bara, aku punya kabar buruk," ujar Gina, suaranya bergetar.Bara mengangkat wajahnya, tatapannya datar. "Apa itu, Gina?" tanyanya, tanpa banyak ekspresi."Alisha... Alisha meni

    Last Updated : 2025-01-02
  • Karma : Kubuat Kau Menyesal   Harapan Baru

    Mobil melaju mulus di jalan raya, membelah pemandangan hijau yang perlahan berganti dengan bangunan-bangunan tinggi menjulang. Di dalam mobil, Alisha, Gina, dan Andrew tampak serius berbincang. Wajah Alisha terlihat lesu, matanya berkaca-kaca setelah mendengar cerita Gina yang memberitahu kabar bohong jika dirinya telah meninggal. Alisha telah sepakat dengan Gina dan Andrew bahwa mereka berusaha membuat kabar palsu mengenai kematiannya. Tujuannya agar Bara tak lagi menekan hidup Alisha dan kini dia akan pergi ke luar kota di mana tak ada satu orang pun yang mengenalnya."Aku benar-benar nggak nyangka, Bara bisa setega itu," ucap Alisha lirih, suaranya bergetar.Gina mengusap lembut lengan sahabatnya itu. "Aku tahu Sayang, kamu pasti sakit hati banget. Tapi kamu harus kuat, ya. Masih banyak yang menyayangimu.""Iya, Al," sahut Andrew yang sedang menyetir mobil ikut mencoba menghibur. "Lagian, kamu bakal ketemu sama tante Tia sekarang. Dia pasti bakal bikin kamu bahagia."Alisha hanya

    Last Updated : 2025-01-03

Latest chapter

  • Karma : Kubuat Kau Menyesal   Pertemuan

    "Na, Bintang mana?" tanya Andrew begitu sampai di pintu restoran dan bertemu dengan Gina yang membawa nampan berisi makanan.Gina mengalihkan pandangan ke meja di mana terakhir kali dia melihat Bintang duduk di sana. Namun, mendadak wajah Gina berubah pucat kala mendapati Bintang tak ada."Lho, tadi dia lagi duduk di situ. Aku suruh tunggu kenapa nggak ada?" Kemudian Gina memutar kepalanya mencari sosok Bintang. "Bintang? Bintang?"Andrew bersigap mencari Bintang ke segala penjuru restoran hingga ke toilet. Menanyai ke beberapa karyawan dan ternyata tak ada satupun yang melihat Bintang.Begitu pula dengan Gina yang bertanya kepada pengunjung restoran yang duduk di meja tak jauh dari tempat duduk Bintang sebelumnya."Permisi, Bu. Apa ibu lihat anak di foto ini? Tadi dia lagi duduk di sebelah sana," Gina menunjukan foto Bintang yang tersimpan di ponselnya kepada seorang wanita paruh baya.Wanita itu melirik Gina sesaat lalu berkata, "Tadi aku lihat dia lari lihat barongsai di seberang j

  • Karma : Kubuat Kau Menyesal   Kedatangan Bintang

    Rumah megah itu berdiri kokoh di tengah kawasan elit. Sinar matahari pagi menari-nari di antara dedaunan hijau yang mengelilingi rumah. Andrew melangkah masuk membawa tangan kecil milik Bintang. Anak itu menatap kagum sekelilin. Mata bulatnya berbinar melihat interior rumah yang mewah."Bu, lihat siapa yang sudah datang?" seru Andrew sambil menggendong Bintang.Anne, sang ibu, keluar dari dapur. Wajahnya merekah dalam senyuman hangat saat melihat Bintang. "Hai, Bintang! Kamu anaknya Icha, kan? Ayo sini, tante peluk."Bintang sedikit malu-malu, tapi ia membalas pelukan Anne dengan erat. Anne menggendong Bintang dan mengajaknya berkeliling rumah. "Ini kamar tamu, nanti Bintang bakal tidur di sini... dan ini taman belakang, kita bisa main ayunan di sini, yuk."Bintang mengangguk semakin bersemangat. Ia turun dari gendongan Anne dan naik ke atas ayunan yang didorong pelan oleh Andrew.Melihat ada kupu-kupu, Bintang berlari kecil mengejar kupu-kupu itu yang hinggap di bunga. Lalu Anne ters

  • Karma : Kubuat Kau Menyesal   Alasan Andrew

    Lima tahun kemudian.Matahari bersinar cerah menerpa wajah Gina dan Andrew saat mereka melangkah masuk ke halaman Panti Asuhan Kasih Ibu. Selama lima tahun terakhir, Gina dan Alisha tetap menjalin persahabatan yang erat, meskipun jarak memisahkan mereka.Setiap tahun, Gina pasti menyempatkan waktu untuk menjenguk Alisha. Terlebih sekarang, Alisha telah memiliki seorang putra, bernama Bintang. Bocah itu kini telah tumbuh menjadi anak yang lucu dan selalu membuat Gina rindu padanya."Sudah lama kita nggak ke sini, ya?" ujar Gina sambil tersenyum. "Aku udah nggak sabar ketemu Bintang. Dia lagi apa ya kira-kira?"Andrew mengangguk setuju. "Jam segini, biasanya Alisha masih ngajar. Mungkin Bintang lagi main di taman. Kamu bawa hadiah nggak, Gin?" Andrew melirik tas jinjing Gina yang sejak tadi digenggamnya erat. Mereka melangkah ke halaman samping panti di mana di sana ada taman kecil yang biasa digunakan anak-anak bermain."Tentu dong!" Gina mengeluarkan sebuah kotak berwarna merah muda

  • Karma : Kubuat Kau Menyesal   Harapan Baru

    Mobil melaju mulus di jalan raya, membelah pemandangan hijau yang perlahan berganti dengan bangunan-bangunan tinggi menjulang. Di dalam mobil, Alisha, Gina, dan Andrew tampak serius berbincang. Wajah Alisha terlihat lesu, matanya berkaca-kaca setelah mendengar cerita Gina yang memberitahu kabar bohong jika dirinya telah meninggal. Alisha telah sepakat dengan Gina dan Andrew bahwa mereka berusaha membuat kabar palsu mengenai kematiannya. Tujuannya agar Bara tak lagi menekan hidup Alisha dan kini dia akan pergi ke luar kota di mana tak ada satu orang pun yang mengenalnya."Aku benar-benar nggak nyangka, Bara bisa setega itu," ucap Alisha lirih, suaranya bergetar.Gina mengusap lembut lengan sahabatnya itu. "Aku tahu Sayang, kamu pasti sakit hati banget. Tapi kamu harus kuat, ya. Masih banyak yang menyayangimu.""Iya, Al," sahut Andrew yang sedang menyetir mobil ikut mencoba menghibur. "Lagian, kamu bakal ketemu sama tante Tia sekarang. Dia pasti bakal bikin kamu bahagia."Alisha hanya

  • Karma : Kubuat Kau Menyesal   Kabar Duka

    Hari itu, seperti biasa, kantor terasa begitu sibuk. Bara dengan wajah tegas dan tatapan mata yang tajam, sedang tenggelam dalam tumpukan berkas di mejanya. Tiba-tiba, telepon di mejanya berdering yang langsung diangkat oleh Bara."Permisi, Pak Bara. Ini ada seseorang yang ingin bertemu dengan Anda. Namanya Bu Gina," ucap sang sekretaris yang membuat Bara mengangkat kedua alisnya begitu mendengar nama Gina disebut.Gina? Mau apa dia ke sini? Pasti ada hubungannya dengan Alisha, gumam Bara dalam hati."Suruh dia masuk!""Baik, Pak."Tak lama setelah Bara menutup telepon, pintu ruangannya terbuka dan Gina yang memakai gaun hitam melangkah masuk. Wajahnya tampak sedih, terlihat jelas dari sorot matanya.Gina berjalan masuk dan duduk di kursi depan meja kerja Bara. Dia tampak menarik nafas pelan sebelum berbicara."Bara, aku punya kabar buruk," ujar Gina, suaranya bergetar.Bara mengangkat wajahnya, tatapannya datar. "Apa itu, Gina?" tanyanya, tanpa banyak ekspresi."Alisha... Alisha meni

  • Karma : Kubuat Kau Menyesal   Titik terendah

    Alisha menatap pantulan dirinya di cermin toilet di sebuah cafe, matanya sembab dan wajahnya pucat pasi. Sudah hampir dua bulan ia berjuang mencari pekerjaan. Lamaran demi lamaran ditolak, harapan demi harapan sirna. Alisha merasa lelah dan putus asa.Ia teringat perilaku Bara dan Elin pada dirinya, kehadiran Vee di dalam rumah tangganya, kematian Heru serta tuduhan jika dia selingkuh. Pikiran-pikiran negatif itu terus berputar di kepala hingga membuat pening.Dengan langkah gontai, Alisha keluar dari toilet sambil membawa kembali berkas lamaran yang tadinya akan dia kirim ke suatu perusahaan. Namun, baru saja dia keluar dari pintu toilet, tak diduga, dia melihat Bara sedang duduk tak jauh darinya.Seketika Alisha mundur beberapa langkah mencari tempat yang aman agar tidak terlihat oleh mantan suaminya itu. Dari tempatnya bersembunyi, Alisha dapat mendengar Bara sedang menelepon seseorang."Kamu sudah memastikan jika dia nggak diterima dimanapun, kan? Bagus. Kerja bagus. Aku akan kiri

  • Karma : Kubuat Kau Menyesal   Bersama Gina

    Hujan rintik-rintik membasahi kaca jendela apartemen Gina. Suara keributan lalu lintas dari jalan raya di bawah semakin menambah suasana malam yang syahdu sekaligus mencekam. Di dalam, Gina tengah asyik membaca buku favoritnya ketika bel pintu berbunyi nyaring. Ia mengernyitkan dahi, siapa yang bisa datang di tengah malam seperti ini?Dengan langkah gontai, Gina berjalan pintu dan membukanya. Seketika, wajah Alisha terlihat pucat pasi di balik pintu. Mata Alisha sembab, bekas air mata yang baru saja mengering.“Alisa? Kamu kenapa?” tanya Gina, kaget melihat kondisi sahabatnya.Alisha tidak menjawab, ia hanya menggelengkan kepala dan langsung memeluk Gina erat-erat. Tangisnya pecah seketika, tubuhnya gemetar hebat. Gina membalas pelukan Alisha, berusaha menenangkan sahabatnya.“Cerita sama aku, Al. Ada apa?” pinta Gina lembut, mengusap punggung Alisha.Setelah beberapa saat, tangis Alisha mulai reda. Ia menarik diri dari pelukan Gina dan menatap sahabatnya dengan mengajukan permohonan

  • Karma : Kubuat Kau Menyesal   Surat Wasiat

    Sore itu, menjadi waktu terakhir Bara menatap wajah sang ayah. Sorot matanya kosong namun sangat mengisyaratkan kepulauan yang mendalam. Dia berdiri di barisan paling depan bersama orang-orang yang memakai baju hitam, mengelilingi tempat peristirahatan terakhir Heru untuk memanjatkan doa. Di sampingnya, ada Elin yang tak henti-hentinya menangis. Satu tangan Bara mengusap punggung Elin, berusaha untuk menguatkan sang ibu. Sedangkan di samping kiri, ada Alisha yang juga menatap nisan Heru dengan tatapan penuh duka. Meski tak ada tangis di kedua bola mata Alisha, namun jelas sekali wanita itu tampak sedih akan kepergian ayah mertuanya. Setelah sang pemuka agama selesai memimpin doa, beberapa orang secara perlahan meninggalkan pemakaman hingga menyisakan Alisha, Bara, dan Elin. Alisha berinisiatif menuntun Elin menuju ke mobil. Akan tetapi baru saja dia menyentuh lengan Elin, wanita paruh baya itu langsung menepisnya dan melirik tajam. "Jangan sentuh saya!" Ehem. Tiba-tib

  • Karma : Kubuat Kau Menyesal   Tidak Mungkin

    Mobil Bara berhenti di sebuah restoran di mana terlihat Vee di halaman depan sudah berdiri menunggu kehadirannya. Begitu turun dari mobil, Vee berjalan mendekat dengan senyum merekah."Hai, Bara. Kita langsung masuk yuk. Aku sudah reservasi meja khusus untuk kita berdua," ucap Vee begitu Bara turun dari mobil. Lalu dia pun menggandeng tangan Bara, menuntunnya masuk ke dalam.Suasana restoran sangat ramai oleh pengunjung kala Bara memasukinya. Sedangkan Vee terus menggenggam tangan Bara menuju tangga. Rupanya Vee sudah memesan meja khusus di lantai dua.Mereka duduk di meja yang bersebelahan tepat dengan sebuah jendela kaca besar. Ketika Bara duduk, dia menoleh ke arah luar jendela untuk menikmati pemandangan.Namun, sontak Bara tertegun kala mendapati mobil milik Papa juga terparkir di depan. Lalu dia melihat Alisha keluar dari mobil itu.Seketika Bara bangkit berdiri. Membuat Vee terheran. Apalagi setelah melihat Bara berjalan terburu-buru kembali ke lantai satu.Bara berjalan menuru

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status