Share

105

Aep sontak berontak saat dirinya secara tiba-tiba ditarik mundur. Suaranya tertahan karena bekapan lawan di mulutnya begitu kuat. Dua tangannya yang beberapa detik lalu diarahkan untuk membuka kuncian lawan, kini difungsikan untuk menahan tubuh agar tak terus diseret musuh dengan cara menggapai batu dan memegang tanaman padi. Akan tetapi, usahanya tampak sia-sia.

“Ini saya, Ep,” bisik orang yang membekap Aep. Pegangan tangannya perlahan mengendur.

“Sep?” Aep perlahan menoleh. Begitu memastikan bahwa orang yang menariknya barusan adalah sahabatnya, ia tiba-tiba saja menangis saat melihat wajah Asep tampak babak belur, bahkan di bagian pelipisnya terdapat luka sobekan. “Sep, saya minta maaf. Saya—”

“Dengarkan saya, Ep!” potong Asep seraya memindai sekeleliling. “Segera pergi ke rumah Pak Dede dan katakan sama dia kalau Kalong Hideung akan melaksanakan ritualnya malam ini. Kamu pasti sudah lihat sesejen it

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status