Share

108

“Jali,” lirih Lukman yang akhirnya memberanikan diri mendongak, menatap kedua bola mata Rojali yang masih diselimuti bening air mata. “Maafkan saya. Saya tidak tahu kalau kejadiannya akan seperti ini. Saya menceritakan hal itu pada Aep karena ... kamu percaya sama dia. Jadi, saya pikir ... saya benar-benar minta maaf.”

Rojali membuang pandangan ke arah lain. Bahunya yang menegang akhirnya tenang seiring dengan kepalan tangannya yang mengendur. Ada jeda sejenak sebelum ia berbicara, “Saya yang harusnya minta maaf, Man. Tak seharusnya saya marah, apalagi sampai membenci kamu. Kebaikan kamu sudah membantu saya selama ini.”

“Jali,” gumam Lukman.

“Kita sebaiknya pergi, Man,” ucap Rojali seraya menepuk pundak Lukman, kemudian berjalan lebih dahulu meninggalkan kolam.

Kedua pemuda itu lantas berjalan ke arah pekarangan depan pesantren, di mana mobil terparkir. Tak ada obrolan hingga keduanya berada di k

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status