Share

114

Aep tengah berjalan menuruni perkebunan sayur dengan hati-hati. Perjalanannya hanya ditemani obor di tangan kiri, sedang tangan kanannya sesekali menyeka bulir keringat  dengan kain sarung yang tersampir di bahu.

Wajahnya tampak penat sekaligus ketakutan di saat bersamaan. Saat memasuki perkebunan tadi, ia dikejutkan dengan amukan guntur yang tiba-tiba. Ia juga melihat bila listrik mendadak mati total, menyebabkan keadaan desa menjadi gelap gulita.

“Siapa di sana?” tanya seseorang dari perkebunan bagian bawah.

Mendengar hal itu, Aep mempercepat langkah meski tetap berhati-hati. “Aep, saya Aep,” sahutnya.

Tak berselang lama, cahaya obor mulai bermunculan, memperlihatkan beberapa warga yang tengah berkumpul di dekat saung milik Rojali. Aep segera berlari saat melihat bapaknya tebaring di teras saung yang dikelilingi oleh para wanita dan juga anak-anak yang sebagian besar tengah menangis.

“Bapak kamu teu nanaon

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status