Share

118

Baik Mbah Atim maupun Mbah Jaja sudah sampai di dua titik berbeda. Mbah Atim di sisi timur dan Mbah Jaja di bagian barat desa. Keduanya sengaja memutari kubah untuk sampai di tempat sekarang. Tak ingin membuang waktu, dua pria tua itu dengan cepat mengambil posisi bersemedi. Bersamaan dengan mata tertutup, mulut mereka mulai menggumamkan mantra.

Teriakan dan tangisan terdengar dari dalam kubah. Bunyinya sangat nyaring, memekkikan telinga seakan menjadi penghalang agar Mbah Atim dan Mbah Jaja gagal berkonsentrasi. Tak hanya itu, pocong-pocong berkafan hitam mulai berjatuhan dari langit laksana tetes hujan, kemudian mengitari keduanya bak anak di depan api unggun.

Keduanya tak gentar saat kedatangan tamu barusan. Baik Mbah Atim maupun Mbah Jaja malah kian larut dalam semedi, tenggelam dalam lantunan mantera. Hanya saja, saat derap langkah terdengar, adik dan kakak tersebut seketika membuka mata dan langsung bergerak menghindari serangan musuh.

Memang busana mereka

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status