Share

122

Mahmud, salah satu warga Cigeutih yang memilih tinggal di rumah dibanding mengungsi. Saat ini, ia bersama dua anak dan istri berada di ruang tengah dengan bercahayakan lampu minyak karena listrik mendadak mati.

Mahmud sesekali mengintip keluar. Setiap kali ia lakukan, kabut kian menghalangi pandangannya untuk mengetahui keadaan sekitar. “Kalian tidur saja,” ucapnya sembari menyeka keringat di dahi.

Dibanding ikut berbaring dengan yang lain, Mahmud lebih memilih duduk di kursi kayu dekat jendela, dengan harapan ia bisa mengawasi keadaan luar dengan lebih leluasa. Sebatang rokok ikut menemani aksi terjaganya malam ini.

Jujur saja, meski Mahmud tak ikut mengungsi seperti warga lain dengan alasan tak percaya, tetapi sebenarnya ia meyakini bila yang dikatakan Aep dan Pak Harun itu benar, terlebih saat mereka menunjukkan surat dari pesantren. Hanya saja, di siatuasi terburuknya, dibanding mati di sawah atau kebun orang, ia pikir akan lebih baik jika mati d

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status