Share

104

Sudah hampir dua jam Aep duduk di tengah jembatan yang membentang di atas sungai. Dua kakinya ternggelam ke air, sedang pandangannya tertuju pada pantulan bulan purnama yang sesekali bergoyang karena riak air. Rokok di sela jarinya dibiarkan terbakar sendiri, di mana asapnya meliuk-liuk, lalu menghilang tersapu angin.

Aep mengembus napas berat, berharap semua masalahnya menghilang bersama udara yang ia buang. Kepalanya terasa ingin pecah saat mengingat kejadian siang tadi. Aep akui kalau dirinya kalap, larut dalam emosi hingga tak sadar malah menyakiti sahabat sendiri.

Siang tadi, saat Aep mengejar Asep hingga ke rumahnya, ia langsung dibuat babak belur oleh keluarga Asep yang notabenenya masih memiliki ikatan saudara dengannya. Permintaan maafnya justru kian memicu amarah mereka untuk membalas perilaku serupa.

Hal yang paling menusuk hati Aep adalah saat ia melihat istri Asep dan anaknya yang menangis tersedu-sedu, meminta orang-orang untuk berhenti memukulinya

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status