Share

Bab 5

Author: Buna_Ama
last update Last Updated: 2025-01-02 15:16:21

"Ya Tuhan. Aku harus apa?"

Camila membalik badannya dan berlari pergi dengan air mata yang tertahan. Percakapan Daniel itu menghancurkannya.

Gracia adalah nama wanita yang disebutkan oleh Daniel di malam penyatuan mereka, dan kini… wanita itu hamil.

Camila menggigit bibirnya, mencoba meredam tangis.

Di sana, ia jatuh terduduk di sisi tempat tidur dan memeluk tubuhnya sendiri sembari menahan rasa sakit yang kian menyiksa.

Sedetik kemudian, tangis Camila akhirnya pecah dan setiap isakannya terdengar putus asa. Menyakitkan dan miris.

Hatinya berperang antara keinginan untuk berteriak dan dorongan untuk bersembunyi dari semua ini.

Bagaimana ia bisa mengungkapkan kehamilannya pada pria yang dengan tenang berjanji akan membesarkan anak dari wanita lain?

Bagaimana ia bisa meminta Daniel untuk menerima anak-anaknya kalau hatinya pria itu sudah sepenuhnya diberikan kepada Gracia?

Camila menangis hingga dadanya terasa sangat sesak.

Namun, perlahan ia beranjak karena sebentar lagi akan memasuki waktu makan malam.

Saat sedang menyiapkan makan malam, Camila mati-matian menahan rasa mualnya, tapi ia menegakkan tubuhnya kembali saat mendengar langkah kaki memasuki dapur.

Sebab Camila tidak ingin dituduh sedang melakukan trik murahan lagi.

Namun, saat berbalik, Camila kaget bukan main kala melihat kedatangan seorang wanita bersama suaminya.

Wanita itu adalah yang ia temui di rumah sakit.

Perlahan, tubuh Camila bergetar karena mengingat siapa nama yang dipanggil oleh perawat.

‘Gracia’.

"Untuk sementara waktu Gracia akan tinggal di sini."

Perkataan Daniel membuat Camila harus berpegang kuat pada sisi meja agar tidak ambruk.

Ternyata benar. Suaminya membawa wanita yang sedang hamil tinggal di rumah mereka. Wanita yang dicintai Daniel.

“Hai! Kita bertemu tadi pagi. Kamu ingat, kan?” Gracia menyapa dengan senyum mengembang.

“Ah iya.” Camila menjawab spontan karena ia tak tahu harus menjawab seperti apa.

“Kalian sudah saling mengenal?” Daniel bertanya dengan alis terangkat.

Melihat itu, Gracia hendak membuka mulut dan menjawab, tapi Camila buru-buru menyelanya.

“Tidak, hanya kebetulan bertemu.”

Melihat jawaban Camila, Daniel mengernyitkan dahi. Namun, dia tak peduli. Jadi, alih-alih bertanya lagi, dia menyuruh wanita itu untuk lanjut memasak.

"Kamu mengerti, kan? Untuk tiga orang."

Setelah Camila mengangguk, dia melihat ekspresi wajah Daniel yang berubah lembut saat menatap Gracia.

"Duduklah.”

"Terima kasih, Daniel. Namun, sebaiknya aku membantu Camila," Gracia tersenyum lembut dan berusaha berjalan ke arah Camila.

Namun, Daniel sudah lebih dulu menahan lengannya dan menggiringnya kembali ke kursi.

“Tidak perlu. Kamu sedang hamil dan tidak boleh lelah. Jadi, duduk saja dan tunggu makanannya dihidangkan."

Mendengar itu, Gracia tersenyum lagi. “Begitu? Baiklah.”

Camila menelan ludah dengan hati yang tersayat. Perbedaan sikap Daniel kepadanya dan Gracia begitu mencolok.

Daniel yang nyaris tak pernah memandangnya dengan lembut kini memperlakukan wanita lain seperti porselen rapuh yang harus dijaga dengan hati-hati.

Hanya karena wanita itu hamil.

‘Kalau Daniel tahu kehamilannya, apa pria itu akan bersikap sama? Apa Daniel akan membiarkannya beristirahat? Atau tetap menyuruhnya memasak tanpa sekalipun peduli?’

Pikiran Camila membuat wanita itu merasa semakin miris.

Ketika ia mendengar tawa kecil Gracia karena perkataan Daniel, air mata yang ditahannya lolos setetes.

Namun, cepat-cepat Camila usap dengan punggung tangan sebelum ada yang melihat.

Setelah semua hidangan tersaji, suara Daniel membuat langkah Camila yang hendak pergi berhenti.

"Nanti kamu bersihkan kamar di lantai dua dan ganti spreinya. Sebab, Gracia akan menempati kamar itu."

"Daniel," suara Gracia terdengar. Camila melihat tangan wanita itu menyentuh lengan Daniel dengan manja. "Boleh aku menempati kamar di lantai satu?"

Camila melihat keraguan di wajah Daniel dan pria itu meliriknya sekilas. Sebab, di lantai satu hanya ada dua kamar, milik Camila dan Daniel.

"Kamu kan tahu kalau aku sedang mengandung. Aku khawatir ada masalah pada bayiku jika naik turun tangga," ucap wanita itu dengan wajah memelas.

Mendengar itu, Daniel menatap Camila dan menyuruhnya untuk berkemas. "Pindahlah ke lantai dua, karena Gracia akan menempati kamarmu."

Dugaan Camila tidak meleset sama sekali. Tanpa sadar dia mengusap perutnya, seolah menenangkan bayinya atas kekejaman ayahnya.

Tanpa banyak kata, Camila meninggalkan dapur untuk membersihkan kamar di lantai dua.

Dia bahkan belum makan malam.

Saat sedang membersihkan kasur, tiba-tiba saja pintu kamar itu dibuka.

"Bagaimana hasil pemeriksaan tadi?" kata Gracia. "Kudengar dari Daniel, kamu di sini atas perintah ibunya. Dibayar berapa kamu sama Mama?"

‘Mama’.

Camila lalu mengangkat pandangannya untuk menatap Gracia yang melontarkan senyum mengejek padanya.

"Daniel yang mengatakannya," ulang wanita itu dengan seraut wajah polos tanpa dosa. "Kamu dibayar untuk merayunya kan?"

"Menyedihkan sekali. Kamu tidak akan bisa melakukannya, Camila. Sejak dulu Daniel mencintaiku dan teramat tergila-gila padaku." lanjut Gracia.

Tanpa membalas perkataan wanita itu, Camila membawa sprei kotor yang sebelumnya membalut kasur dan keluar.

Di sisi lain, Gracia mengekor di belakangnya dan menutup pintu seolah-olah selesai membantu.

Saat mereka melangkah ke lorong menuju tangga, langkah Gracia terasa lambat dan disengaja.

Baru kemudian ketika Daniel muncul di bawah tangga, Gracia tiba-tiba mempercepat langkahnya dan memamerkan senyum lebar yang penuh kepalsuan.

“Apa yang kamu lakukan di sini, Gracia?” Daniel bertanya.

“Aku merasa tidak enak hati karena harus menggunakan kamar Camila. Jadi, setidaknya aku harus membantunya berkemas,” jawab Gracia dengan nada manis.

Wajahnya terlihat begitu lugu dan polos seperti teratai, seperti tidak ada niat jahat sedikit pun.

Camila menggigit bibirnya, menahan komentar tajam yang hampir lolos dari mulutnya.

Pendusta!

“Sudah kubilang tidak perlu. Kamu tunggu saja di sofa, Camila akan memanggilmu saat kamarmu sudah selesai dibersihkan.”

Setelah Gracia mengangguk patuh, Daniel berbalik dan pergi menuju ke ruang kerja.

Gracia sendiri kemudian berjalan ke ujung tangga dan melewati Camila.

Namun, kali ini wanita itu mendekatkan wajahnya ke arah Camila sambil berbisik, “Kalau kamu tidak pergi, maka lihat caraku mengusirmu dari sini.”

Belum sempat Camila merespon perkataan Gracia, wanita itu telah lebih dulu menarik tangan Camila dan menjatuhkan diri dari tangga.

"AKH!! DANIEEL!!" Pekikan Gracia membuat Camila terbelalak dan segera berpegangan pada railing, sehingga tubuhnya tak ikut merosot ke bawah.

Teriakan Gracia membuat Daniel segera berlari ke arah Gracia. Wajah pria itu memucat dan matanya membelalak.

Apalagi setelah darah merembes deras dari belahan rok wanita itu.

"Kenapa kamu melakukannya, Camila?! Aku... Akh!" Gracia memekik kesakitan sambil memegang perutnya.

"CAMILA!! APA YANG KAMU LAKUKAN PADA GRACIA?!" Daniel melayangkan tatapan tajam yang membuat sekujur tubuh Camila membeku.

Mendengar itu, Camila mematung masih dalam posisi memegang railing. Wajahnya turut memucat dan lidahnya kelu. “D-daniel! Ini salah paham! Aku sama sekali tidak mend–”

“Daniel! Tolong selamatkan bayiku!!”

"Ya, aku di sini! Kita akan ke rumah sakit oke?! Jangan panik. Kamu akan baik-baik saja!!"

Daniel lalu mengangkat Gracia ke dalam gendongannya dan mengarahkan kaki ke pintu depan.

Namun sebelum beranjak, pria itu telah lebih dulu melayangkan tatapan membunuh kepada Camila.

"Aku tidak akan mengampunimu jika terjadi sesuatu yang buruk pada Gracia dan bayinya! Ingat itu!!"

Related chapters

  • Kabur Membawa Tiga Anak Sang Presdir   Bab 6

    Sepeninggal Daniel, Camila yang masih berdiri di tangga perlahan merosot ke lantai. Kakinya bergetar dan napasnya tersengal. Beberapa kali Camila berusaha untuk menelepon Daniel, tapi sama sekali tak diangkat.Camila lantas memukul-mukul dadanya yang makin terasa sakit dan air matanya jatuh berguguran. Terhitung hari ini, sudah tiga bulan lamanya dia berjuang dan hasilnya masih nol besar. Ia memang berhasil hamil, tapi apa Daniel akan menerimanya?Dari perlakuan pria itu kepada Gracia, Camila sangat yakin kalau anak yang dikandung wanita itu adalah anak suaminya.Kalau sudah begitu, apa kehamilannya masih ada artinya? Apalagi anak-anak ini lahir dari wanita yang pria itu benci–dirinya.Memikirkan itu, Camila bertekad untuk tidak tinggal dirumah ini lagi. Ia akan pergi jauh membawa anak-anaknya. Ia sangat bersyukur karena tidak sempat memberitahukan kehamilannya kepada Daniel. Sebab, kenyataan pasti akan menempatkan anak-anaknya menjadi yang kedua di mata pria itu.Camila tidak mau

    Last Updated : 2025-01-04
  • Kabur Membawa Tiga Anak Sang Presdir   Bab 7

    Daniel terhenyak. Camila merawatnya?Selama ini, dia pikir Justin lah yang membopongnya ke kamar dan membuatkannya minuman anti pengar. Sebab, asisten pribadinya itu memang selalu melakukan hal yang sama apabila dirinya pulang dalam kondisi mabuk.Diam-diam Daniel menggeram dan tiba-tiba saja suatu ingatan muncul di kepalanya.Pagi itu, selain pengar, Daniel memang terbangun dengan tubuh yang terasa rileks karena aroma yang menempel di tubuhnya terasa sangat menenangkan.Namun, rasa perih yang di punggungnya membuat Daniel terpaksa bangun. Saat itu, Daniel pikir punggungnya membentur sesuatu dan terluka saat mabuk, sehingga ia tak mau memeriksanya lebih jauh.Namun, bagaimana kalau luka itu sebenarnya adalah cakaran dari Camila?Apalagi setelah memikirkan semua yang dikatakan oleh Justin tadi, kemungkinan Camila memang naik ke ranjangnya malam itu sangat besar.Meski begitu, Daniel menggeleng. “Tidak mungkin. Jangan mengada-ngada, Justin. Tidak terjadi apa pun antara aku dan wanita i

    Last Updated : 2025-01-06
  • Kabur Membawa Tiga Anak Sang Presdir   Bab 8

    Lima Tahun Kemudian."Mommy!! Lihat tasku tidak?" "Mommy!! Tolong ikat rambutku!!" Suara teriakan dua anak kecil di ruang keluarga membuat wanita yang tengah memasak menoleh dengan khawatir. “Chris? Bisa bantu Mommy mencari tas Clayton? Sebentar lagi masakan Mommy matang. Tolong yaa?” Suara wanita itu membuat Christopher, anak lelaki yang dimintai tolong, menatap ke arah dua anak kecil lain yang ribut sendiri di ruang keluarga. Pandangan matanya tajam dan berjalan dalam diam ke arah kamar Clayton. Beberapa saat kemudian, Christopher kembali dengan tas yang ditenteng. “Ini apa?” katanya. Melihat itu, Clayton menekukkan pipinya. “Tadi tidak ketemu loh!” “Lain kali, jangan cari pakai hidung.” kata Christopher lagi sebelum kembali melanjutkan aktivitasnya yang tertunda. Sikap Christopher yang datar membuat Clayton kesal dan melempar kakaknya dengan pulpen. “Rasakan! Muka tembok!!” “Sudah! Jangan berkelahi!” wanita itu datang sembari membawa tiga tas bekal yang sudah diisi de

    Last Updated : 2025-01-09
  • Kabur Membawa Tiga Anak Sang Presdir   Bab 9

    Setelah Heinrich dan Triplet pergi kesekolah, Camila juga bergegas bersiap untuk pergi kelokasi yang kelak akan menjadi cabang butik pribadinya.Selesai bersiap Camila bergegas turun lalu berjalan menuju depan gedung apartemen, karena sopir pribadi utusan Heinrich sudah menunggunya sedari tadi.Camila segera masuk kedalam mobil lalu meminta sopir tersebut untuk segera melajukan mobilnya menuju lokasi tempat yang akan ia jadikan butik pribadinya."Antarkan ke Jalan Bougenvile pak". Pinta Camila pada sang sopir."Baik nona". Sopir itu menyahutnya lalu segera melajukan mobilnya menuju lokasi yang disebutkan oleh Camila.Sebenarnya ini bukan pertama kalinya Camila membuka butik, karena sebelumnya ia juga sudah memiliki dua butik di negara Amerika. Semua usaha butiknya bisa berkembang sepesat ini juga karena bantuan sang kakak Heinrich. Selama dalam perjalanan menuju lokasi, pandangan mata Camila selalu tertuju kearah luar jendela. Ia tatap jalanan yang dulu pernah menjadi kenangan diriny

    Last Updated : 2025-01-11
  • Kabur Membawa Tiga Anak Sang Presdir   Bab 10

    Tanpa pikir panjang Camila langsung menuju ke sekolah triplets. Dia berpikir tentang bagaimana bisa salah satu dari anak itu memukul orang. Sesampainya di ruang guru, Camila melihat sudah banyak orang di sana. Triplet dan dua anak laki-laki lain. Satu berwajah murung dan satunya anak lelaki yang sedang menangis dengan hidung disumbat tisu. Tanpa diduga, triplet duduk bertiga dengan tenang. Bahkan chloe duduk sambil makan eskrim yang entah anak itu dapat dari mana. Camila buru-buru menghampiri mereka dan mengecek kondisi mereka. Tidak ada yang luka. Baru kemudian dia bertanya apa yg sebenernya terjadi. "Apa yang terjadi sayang?" Ujar Camila bertanya "Begini mommy-" Chris dan Clayton berusaha menjawab, tapi bu guru sudah lebih dulu menjelaskan kalau Clayton memukul anak yg mimisan itu- Aksel tanpa alasan. "Clayton memukul Aksel duluan nyonya, padahal kami sudah melerainya tapi Clayton tetap saja memukuli Aksel tanpa ampun". Ucap Ibu guru itu terus menyudutkan clayton dan me

    Last Updated : 2025-01-12
  • Kabur Membawa Tiga Anak Sang Presdir   Bab 1

    “Jadi, sejak awal mama sudah tahu kalau suami Kak Camila itu koma?” Suara adiknya, Sovia, membuat gerakan Camila yang hendak mendorong pintu terhenti. Senyum yang awalnya bahagia pun perlahan menghilang. “Iya, karena itu mama memilih untuk mengorbankan dia. Mana mungkin mama mengizinkan kamu untuk menikah dengan pria koma itu kan?” Kini suara ibunya yang terdengar. Perempuan bergaun pengantin itu, Camila, baru saja menyelesaikan rangkaian upacara pernikahan dan berniat untuk mengajak ibu serta adiknya berfoto bersama. Namun, belum sempat Camila mengutarakan keinginannya, percakapan itu malah membuatnya mendengar sesuatu yang berusaha mereka tutup-tutupi.“Mama jahat banget!” Suara Sovia kembali mengudara, tertawa geli. Membuat tangan Camila bergetar. “Katanya keadaan pria itu sangat parah kan? Jelek pula!” lanjut Sovia. “Terus, bisa-bisanya Kak Camila percaya saat mama bilang calon suaminya sedang kunjungan bisnis, makanya nggak bisa ikut prosesi pernikahan.”Rosa tertawa,

    Last Updated : 2025-01-02
  • Kabur Membawa Tiga Anak Sang Presdir   Bab 2

    “Apa yang kamu lakukan di sini?!” Belum sempat Camila menjawab pertanyaan pertama, Daniel Wellington sudah lebih dulu melayangkan pertanyaan kedua dengan nada bicara yang sama.Tajam dan mengintimidasi.Kondisi itu membuat Camila tersadar dan buru-buru menekan tombol darurat sebelum berjalan mendekat ke arah pria itu.“Daniel, kamu sudah sadar? Sebaiknya kamu minum terlebih dulu karena suaramu serak dan perlu—”“Diam dan jawab!! Siapa kamu dan apa yang kamu lakukan di sini?!”Kali ini suara yang Daniel keluarkan begitu tinggi dan terkesan membentak sehingga membuat Camila terkejut. Namun, sekali lagi Camila berusaha mendekat untuk memberi pria itu minum. “Tenanglah, Daniel. Aku istrimu. Kita baru saja menikah tadi pagi.” “Tenang kamu bilang? Istri apa?!” tanya Daniel lagi. “Aku tidak punya istri! Jadi, segera enyah dari hadapanku!!” Bentakan Daniel kali ini sangat serius karena wajah pria itu yang sejak awal sudah pucat semakin tidak baik-baik saja. Apalagi Daniel membentak Camila

    Last Updated : 2025-01-02
  • Kabur Membawa Tiga Anak Sang Presdir   Bab 3

    Penolakan kasar dari Daniel memang sempat membuat Camila down, tapi tidak membuat Camila menyerah untuk berusaha diterima.Karenanya, selama Daniel melakukan pemulihan di rumah sakit, Camila terus mencoba untuk mendekatkan diri dengan pria itu melalui tindakan-tindakan sederhana yang bisa ia lakukan.“Daniel, sudah waktunya untuk melakukan terapi.”Mendengar itu, Daniel mendengus dan menutup laptopnya dengan kasar sebelum kemudian bersiap untuk turun dari kasur.Setelah tangan dan kakinya dapat kembali digerakkan, Daniel memang telah kembali mengurusi urusan perusahaan dan mengambil alih tanggung jawabnya yang telah terbengkalai.Meski begitu, dokter masih menyarankan Daniel untuk menggunakan kursi roda sampai otot-ototnya benar-benar siap.“Berpeganglah pada pundakku.” Camila berkata sambil memeluk pinggang Daniel dengan satu tangan.Sementara tangan Daniel ia sampirkan pada pundaknya.Sejak Daniel bangun hingga saat ini, sudah menjadi tugasnya untuk membantu Daniel berpindah dari te

    Last Updated : 2025-01-02

Latest chapter

  • Kabur Membawa Tiga Anak Sang Presdir   Bab 10

    Tanpa pikir panjang Camila langsung menuju ke sekolah triplets. Dia berpikir tentang bagaimana bisa salah satu dari anak itu memukul orang. Sesampainya di ruang guru, Camila melihat sudah banyak orang di sana. Triplet dan dua anak laki-laki lain. Satu berwajah murung dan satunya anak lelaki yang sedang menangis dengan hidung disumbat tisu. Tanpa diduga, triplet duduk bertiga dengan tenang. Bahkan chloe duduk sambil makan eskrim yang entah anak itu dapat dari mana. Camila buru-buru menghampiri mereka dan mengecek kondisi mereka. Tidak ada yang luka. Baru kemudian dia bertanya apa yg sebenernya terjadi. "Apa yang terjadi sayang?" Ujar Camila bertanya "Begini mommy-" Chris dan Clayton berusaha menjawab, tapi bu guru sudah lebih dulu menjelaskan kalau Clayton memukul anak yg mimisan itu- Aksel tanpa alasan. "Clayton memukul Aksel duluan nyonya, padahal kami sudah melerainya tapi Clayton tetap saja memukuli Aksel tanpa ampun". Ucap Ibu guru itu terus menyudutkan clayton dan me

  • Kabur Membawa Tiga Anak Sang Presdir   Bab 9

    Setelah Heinrich dan Triplet pergi kesekolah, Camila juga bergegas bersiap untuk pergi kelokasi yang kelak akan menjadi cabang butik pribadinya.Selesai bersiap Camila bergegas turun lalu berjalan menuju depan gedung apartemen, karena sopir pribadi utusan Heinrich sudah menunggunya sedari tadi.Camila segera masuk kedalam mobil lalu meminta sopir tersebut untuk segera melajukan mobilnya menuju lokasi tempat yang akan ia jadikan butik pribadinya."Antarkan ke Jalan Bougenvile pak". Pinta Camila pada sang sopir."Baik nona". Sopir itu menyahutnya lalu segera melajukan mobilnya menuju lokasi yang disebutkan oleh Camila.Sebenarnya ini bukan pertama kalinya Camila membuka butik, karena sebelumnya ia juga sudah memiliki dua butik di negara Amerika. Semua usaha butiknya bisa berkembang sepesat ini juga karena bantuan sang kakak Heinrich. Selama dalam perjalanan menuju lokasi, pandangan mata Camila selalu tertuju kearah luar jendela. Ia tatap jalanan yang dulu pernah menjadi kenangan diriny

  • Kabur Membawa Tiga Anak Sang Presdir   Bab 8

    Lima Tahun Kemudian."Mommy!! Lihat tasku tidak?" "Mommy!! Tolong ikat rambutku!!" Suara teriakan dua anak kecil di ruang keluarga membuat wanita yang tengah memasak menoleh dengan khawatir. “Chris? Bisa bantu Mommy mencari tas Clayton? Sebentar lagi masakan Mommy matang. Tolong yaa?” Suara wanita itu membuat Christopher, anak lelaki yang dimintai tolong, menatap ke arah dua anak kecil lain yang ribut sendiri di ruang keluarga. Pandangan matanya tajam dan berjalan dalam diam ke arah kamar Clayton. Beberapa saat kemudian, Christopher kembali dengan tas yang ditenteng. “Ini apa?” katanya. Melihat itu, Clayton menekukkan pipinya. “Tadi tidak ketemu loh!” “Lain kali, jangan cari pakai hidung.” kata Christopher lagi sebelum kembali melanjutkan aktivitasnya yang tertunda. Sikap Christopher yang datar membuat Clayton kesal dan melempar kakaknya dengan pulpen. “Rasakan! Muka tembok!!” “Sudah! Jangan berkelahi!” wanita itu datang sembari membawa tiga tas bekal yang sudah diisi de

  • Kabur Membawa Tiga Anak Sang Presdir   Bab 7

    Daniel terhenyak. Camila merawatnya?Selama ini, dia pikir Justin lah yang membopongnya ke kamar dan membuatkannya minuman anti pengar. Sebab, asisten pribadinya itu memang selalu melakukan hal yang sama apabila dirinya pulang dalam kondisi mabuk.Diam-diam Daniel menggeram dan tiba-tiba saja suatu ingatan muncul di kepalanya.Pagi itu, selain pengar, Daniel memang terbangun dengan tubuh yang terasa rileks karena aroma yang menempel di tubuhnya terasa sangat menenangkan.Namun, rasa perih yang di punggungnya membuat Daniel terpaksa bangun. Saat itu, Daniel pikir punggungnya membentur sesuatu dan terluka saat mabuk, sehingga ia tak mau memeriksanya lebih jauh.Namun, bagaimana kalau luka itu sebenarnya adalah cakaran dari Camila?Apalagi setelah memikirkan semua yang dikatakan oleh Justin tadi, kemungkinan Camila memang naik ke ranjangnya malam itu sangat besar.Meski begitu, Daniel menggeleng. “Tidak mungkin. Jangan mengada-ngada, Justin. Tidak terjadi apa pun antara aku dan wanita i

  • Kabur Membawa Tiga Anak Sang Presdir   Bab 6

    Sepeninggal Daniel, Camila yang masih berdiri di tangga perlahan merosot ke lantai. Kakinya bergetar dan napasnya tersengal. Beberapa kali Camila berusaha untuk menelepon Daniel, tapi sama sekali tak diangkat.Camila lantas memukul-mukul dadanya yang makin terasa sakit dan air matanya jatuh berguguran. Terhitung hari ini, sudah tiga bulan lamanya dia berjuang dan hasilnya masih nol besar. Ia memang berhasil hamil, tapi apa Daniel akan menerimanya?Dari perlakuan pria itu kepada Gracia, Camila sangat yakin kalau anak yang dikandung wanita itu adalah anak suaminya.Kalau sudah begitu, apa kehamilannya masih ada artinya? Apalagi anak-anak ini lahir dari wanita yang pria itu benci–dirinya.Memikirkan itu, Camila bertekad untuk tidak tinggal dirumah ini lagi. Ia akan pergi jauh membawa anak-anaknya. Ia sangat bersyukur karena tidak sempat memberitahukan kehamilannya kepada Daniel. Sebab, kenyataan pasti akan menempatkan anak-anaknya menjadi yang kedua di mata pria itu.Camila tidak mau

  • Kabur Membawa Tiga Anak Sang Presdir   Bab 5

    "Ya Tuhan. Aku harus apa?" Camila membalik badannya dan berlari pergi dengan air mata yang tertahan. Percakapan Daniel itu menghancurkannya. Gracia adalah nama wanita yang disebutkan oleh Daniel di malam penyatuan mereka, dan kini… wanita itu hamil. Camila menggigit bibirnya, mencoba meredam tangis. Di sana, ia jatuh terduduk di sisi tempat tidur dan memeluk tubuhnya sendiri sembari menahan rasa sakit yang kian menyiksa. Sedetik kemudian, tangis Camila akhirnya pecah dan setiap isakannya terdengar putus asa. Menyakitkan dan miris. Hatinya berperang antara keinginan untuk berteriak dan dorongan untuk bersembunyi dari semua ini. Bagaimana ia bisa mengungkapkan kehamilannya pada pria yang dengan tenang berjanji akan membesarkan anak dari wanita lain? Bagaimana ia bisa meminta Daniel untuk menerima anak-anaknya kalau hatinya pria itu sudah sepenuhnya diberikan kepada Gracia? Camila menangis hingga dadanya terasa sangat sesak. Namun, perlahan ia beranjak karena sebentar lagi aka

  • Kabur Membawa Tiga Anak Sang Presdir   bab 4

    Setelah malam itu, dua bulan sudah Camila menjadi istri seorang Daniel Wellington.Sepanjang masa itu, Daniel tidak pernah mengingat apalagi meminta maaf atas apa yang telah terjadi. Sebab, setelah Daniel lagi-lagi melukai hatinya, wanita itu buru-buru membereskan kamar dan bertingkah seakan tak ada yang terjadi.Meski begitu, kenangan itu membekas seperti luka yang terus menggores setiap sudut ingatannya.Sikap Daniel malam itu membuat Camila trauma, sehingga ia tak lagi pernah merongrong Daniel dengan topik-topik pembicaraan seperti yang ia lakukan sebelumnya.Bahkan, wanita itu tak lagi berani memandang Daniel tepat di matanya dan memilih untuk berbicara dengan jarak minimal satu meter.Meski begitu, Camila tetap memilih menjadi istri yang baik dan menjalani hari-harinya tanpa keluhan.Setiap pagi, ia bangun lebih awal untuk memastikan Daniel tidak pernah melewatkan sarapan dan membuatkan beberapa menu sarapan yang ia bisa.Hari ini, dia turun ke dapur dan mulai memecahkan telur un

  • Kabur Membawa Tiga Anak Sang Presdir   Bab 3

    Penolakan kasar dari Daniel memang sempat membuat Camila down, tapi tidak membuat Camila menyerah untuk berusaha diterima.Karenanya, selama Daniel melakukan pemulihan di rumah sakit, Camila terus mencoba untuk mendekatkan diri dengan pria itu melalui tindakan-tindakan sederhana yang bisa ia lakukan.“Daniel, sudah waktunya untuk melakukan terapi.”Mendengar itu, Daniel mendengus dan menutup laptopnya dengan kasar sebelum kemudian bersiap untuk turun dari kasur.Setelah tangan dan kakinya dapat kembali digerakkan, Daniel memang telah kembali mengurusi urusan perusahaan dan mengambil alih tanggung jawabnya yang telah terbengkalai.Meski begitu, dokter masih menyarankan Daniel untuk menggunakan kursi roda sampai otot-ototnya benar-benar siap.“Berpeganglah pada pundakku.” Camila berkata sambil memeluk pinggang Daniel dengan satu tangan.Sementara tangan Daniel ia sampirkan pada pundaknya.Sejak Daniel bangun hingga saat ini, sudah menjadi tugasnya untuk membantu Daniel berpindah dari te

  • Kabur Membawa Tiga Anak Sang Presdir   Bab 2

    “Apa yang kamu lakukan di sini?!” Belum sempat Camila menjawab pertanyaan pertama, Daniel Wellington sudah lebih dulu melayangkan pertanyaan kedua dengan nada bicara yang sama.Tajam dan mengintimidasi.Kondisi itu membuat Camila tersadar dan buru-buru menekan tombol darurat sebelum berjalan mendekat ke arah pria itu.“Daniel, kamu sudah sadar? Sebaiknya kamu minum terlebih dulu karena suaramu serak dan perlu—”“Diam dan jawab!! Siapa kamu dan apa yang kamu lakukan di sini?!”Kali ini suara yang Daniel keluarkan begitu tinggi dan terkesan membentak sehingga membuat Camila terkejut. Namun, sekali lagi Camila berusaha mendekat untuk memberi pria itu minum. “Tenanglah, Daniel. Aku istrimu. Kita baru saja menikah tadi pagi.” “Tenang kamu bilang? Istri apa?!” tanya Daniel lagi. “Aku tidak punya istri! Jadi, segera enyah dari hadapanku!!” Bentakan Daniel kali ini sangat serius karena wajah pria itu yang sejak awal sudah pucat semakin tidak baik-baik saja. Apalagi Daniel membentak Camila

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status