Share

bab 4

Author: Buna_Ama
last update Last Updated: 2025-01-02 15:09:45

Setelah malam itu, dua bulan sudah Camila menjadi istri seorang Daniel Wellington.

Sepanjang masa itu, Daniel tidak pernah mengingat apalagi meminta maaf atas apa yang telah terjadi. Sebab, setelah Daniel lagi-lagi melukai hatinya, wanita itu buru-buru membereskan kamar dan bertingkah seakan tak ada yang terjadi.

Meski begitu, kenangan itu membekas seperti luka yang terus menggores setiap sudut ingatannya.

Sikap Daniel malam itu membuat Camila trauma, sehingga ia tak lagi pernah merongrong Daniel dengan topik-topik pembicaraan seperti yang ia lakukan sebelumnya.

Bahkan, wanita itu tak lagi berani memandang Daniel tepat di matanya dan memilih untuk berbicara dengan jarak minimal satu meter.

Meski begitu, Camila tetap memilih menjadi istri yang baik dan menjalani hari-harinya tanpa keluhan.

Setiap pagi, ia bangun lebih awal untuk memastikan Daniel tidak pernah melewatkan sarapan dan membuatkan beberapa menu sarapan yang ia bisa.

Hari ini, dia turun ke dapur dan mulai memecahkan telur untuk memasak orak-arik sederhana. Namun, entah mengapa aroma telur yang baru mulai matang membuat perutnya bergejolak hebat dan buru-buru berlari ke wastafel.

Di sana Camila memuntahkan isi perutnya, tapi hanya cairan bening yang keluar.

"Sepertinya aku masuk angin," bisik Camila pada dirinya sendiri dan mencoba meyakinkan hati.

Namun, saat Camila menegakkan tubuh suara langkah Daniel terdengar. Pria itu melangkah masuk ke dapur dengan ekspresi datar, lalu menarik kursi di meja makan.

Tatapannya, tajam dan dingin, langsung menembus tubuh Camila.

"Setelah cara yang lain gagal," suara Daniel serak dan sarkastik, "Sekarang kamu mencoba trik baru dengan berlagak lemah? Jangan harap bisa menarik simpatiku, Camila. Aku tidak sebodoh itu."

Camila menggigit bibir untuk menahan lidahnya agar tidak melawan. Sebab, ia tahu kalau setiap kata dari mulutnya akan menjadi senjata bagi Daniel.

Jadi, tanpa menatap pria itu, Camila membawa piring berisi telur orak-arik dan meletakkannya di meja.

Namun, baru saja ia meluruskan tubuh, dunia di sekitarnya berputar hebat. Ia terhuyung, hampir terjatuh jika tangan Daniel tidak sigap menangkapnya.

"Aku sudah bilang, berhenti melakukan trik konyol ini!" Daniel melepas cengkeramannya dengan kasar, membuat Camila tersentak.

“Dasar menyebalkan! Bahkan keberadaanmu di sini menghilangkan selera makanku!"

Daniel lalu mendorong kursinya dan berjalan pergi tanpa menyentuh sarapan yang disiapkan Camila.

Meninggalkan wanita itu berdiri dengan kepala yang masih terasa sangat pusing.

Camila lalu menatap punggung Daniel yang menghilang di ujung lorong sebelum menghela napas panjang.

"Apa yang aku harapkan darinya?" Camila berbisik pelan. "Dia bahkan tidak ingat apa yang sudah dia lakukan malam itu."

Kemudian, rasa mual itu datang lagi dan memaksa Camila untuk kembali berlari ke toilet. Sampai siang, gejala itu tidak juga reda dan malah membuat Camila merasa semakin lemah.

Akhirnya setelah pertimbangan panjang, dia memutuskan untuk pergi ke rumah sakit.

Di ruang periksa, dokter bertanya tentang beberapa hal sebelum kemudian mengarahkan Camila ke dokter obgyn.

Mendengar itu, jantung Camila mencelos dan berdetak semakin cepat.

‘Dokter obgyn? Apakah ia hamil?’

Di detik itu juga Camila baru sadar kalau setelah kejadian malam itu, dia memang tidak lagi mendapatkan tamu bulanannya.

Awalnya, ia pikir itu karena akibat dari stres dan pola makan yang salah.

Sebab, apa yang terjadi antara dirinya dan Daniel—pernikahan dadakan, sikap dingin suaminya, dan kehidupan barunya yang penuh ketidakpastian.

Benar-benar membuatnya tertekan.

Itulah yang Camila yakini setiap kali tanda-tanda itu muncul untuk meyakinkan diri bahwa semuanya baik-baik saja.

Meski takut, Camila tetap mengikuti arahan dan berjalan dengan langkah gontai ke ruangan yang ditunjukkan.

Sesampainya di sana, Camila duduk di kursi tunggu bersama dengan beberapa orang lain dan mengantri dengan patuh.

"Sudah hamil berapa bulan?" ujar seorang wanita dengan perut membuncit dengan senyum mengembang.

Camila menggeleng, "Tidak. Ehm, maksudku, aku belum tahu."

Wanita cantik itu mengerutkan kening mendengar jawaban ragu-ragu dari Camila. Namun, sedetik kemudian wanita itu tersenyum lagi.

"Begitu ya. Aku berharap yang terbaik, karena saat ini aku juga sedang mengandung," kata wanita itu sambil memamerkan perutnya yang mulai membuncit.

"Aku bisa melihatnya," Camila balas tersenyum. Kali ini lebih rileks karena turut berbahagia dengan kehamilan wanita itu. "Anak pertama?"

Wanita cantik itu menganggukkan kepala, "Ya, usianya sudah 6 bulan."

Tiba-tiba raut wajah wanita itu mendadak murung, tapi kemudian langsung kembali berubah cerah.

Namun, sebelum sempat bertanya lebih jauh, wanita itu sudah lebih dulu dihampiri oleh perawat.

"Giliranku. Duluan ya." kata wanita itu pada Camila.

Tidak berapa lama, Camila juga dipanggil dan berkonsultasi. Beberapa saat kemudian, tangan Camila gemetar saat dokter membaca hasil pemeriksaannya.

"Selamat, Nyonya Wellington. Anda hamil dan usia kehamilan Anda sudah memasuki empat minggu."

Perkataan dokter membuat Camila terdiam. “Ha–hamil, Dok?”

“Benar, Nyonya. Bahkan kalau dilihat lebih seksama, kantong kehamilan Anda ada tiga sehingga kemungkinan besar Anda akan menjalani kehamilan kembar.”

Perkataan dokter membuat sekujur tubuh Camila melemas. Ia hamil dan anaknya kembar tiga.

Seharusnya ini merupakan kabar baik, dan harusnya pula dia merasa bahagia—tapi Camila sama sekali tidak bisa merasakannya.

Semua terasa bercampur aduk.

"Bagaimana, Bu? Apakah ada pertanyaan?" suara dokter terdengar lagi.

Camila lalu menggeleng dan berusaha memasang senyum meski bibirnya terasa kaku. "Tidak, dokter. Terima kasih," jawabnya.

Ketika akhirnya Camila keluar dari ruang periksa, langkahnya terasa berat.

Di satu sisi, ia merasa lega karena tuntutan dari Wellington—terutama Nyonya Amber telah terjawab.

Sebab, dengan begitu hutang keluarga Milano sudah lunas dan dia tidak perlu kembali ke rumah itu lagi.

Namun, di sisi lain, ingatan tentang penolakan Daniel kembali mengganggu Camila. Bagaimana bisa ia mengaku telah mengandung anak Daniel kalau pria itu bahkan tidak mengingat apa yang telah terjadi malam itu?

Kebimbangan sempat mengukung Camila, tapi dengan cepat ditepis.

Sebab, kali ini yang ia perjuangkan bukan hanya tentang dirinya seorang lagi, tapi juga tentang bayi-bayi yang dikandungnya.

Oleh karena itu, meski beresiko untuk ditolak dan dikecam oleh Daniel Camila tetap bertekad untuk memberitahu pria itu perihal kehamilannya.

Saat Camila tiba di rumah, mobil milik Daniel sudah terparkir rapi di halaman.

Setelah memastikan dirinya cukup tenang, Camila melangkah masuk ke rumah dengan langkah tegap dan langsung menuju ke arah kamar Daniel.

Camila hendak membuka pintu, tapi ternyata pintu itu tidak terkunci dan terbuka sedikit.

Memperlihatkan celah kecil yang memungkinkan suara di dalamnya terdengar.

Namun, sebelum pintu sempat terbuka lebih lebar, perkataan pria itu membuat jantung Camila terasa diremas dan berhenti.

"Benar, Ma. Gracia sudah hamil 6 bulan."

‘Hamil? Gracia?’

Tanpa sadar Camila menutup mulutnya dan melangkah mundur.

"Ya. Kami akan merawat bayi itu bersama.”

Related chapters

  • Kabur Membawa Tiga Anak Sang Presdir   Bab 5

    "Ya Tuhan. Aku harus apa?" Camila membalik badannya dan berlari pergi dengan air mata yang tertahan. Percakapan Daniel itu menghancurkannya. Gracia adalah nama wanita yang disebutkan oleh Daniel di malam penyatuan mereka, dan kini… wanita itu hamil. Camila menggigit bibirnya, mencoba meredam tangis. Di sana, ia jatuh terduduk di sisi tempat tidur dan memeluk tubuhnya sendiri sembari menahan rasa sakit yang kian menyiksa. Sedetik kemudian, tangis Camila akhirnya pecah dan setiap isakannya terdengar putus asa. Menyakitkan dan miris. Hatinya berperang antara keinginan untuk berteriak dan dorongan untuk bersembunyi dari semua ini. Bagaimana ia bisa mengungkapkan kehamilannya pada pria yang dengan tenang berjanji akan membesarkan anak dari wanita lain? Bagaimana ia bisa meminta Daniel untuk menerima anak-anaknya kalau hatinya pria itu sudah sepenuhnya diberikan kepada Gracia? Camila menangis hingga dadanya terasa sangat sesak. Namun, perlahan ia beranjak karena sebentar lagi aka

    Last Updated : 2025-01-02
  • Kabur Membawa Tiga Anak Sang Presdir   Bab 6

    Sepeninggal Daniel, Camila yang masih berdiri di tangga perlahan merosot ke lantai. Kakinya bergetar dan napasnya tersengal. Beberapa kali Camila berusaha untuk menelepon Daniel, tapi sama sekali tak diangkat.Camila lantas memukul-mukul dadanya yang makin terasa sakit dan air matanya jatuh berguguran. Terhitung hari ini, sudah tiga bulan lamanya dia berjuang dan hasilnya masih nol besar. Ia memang berhasil hamil, tapi apa Daniel akan menerimanya?Dari perlakuan pria itu kepada Gracia, Camila sangat yakin kalau anak yang dikandung wanita itu adalah anak suaminya.Kalau sudah begitu, apa kehamilannya masih ada artinya? Apalagi anak-anak ini lahir dari wanita yang pria itu benci–dirinya.Memikirkan itu, Camila bertekad untuk tidak tinggal dirumah ini lagi. Ia akan pergi jauh membawa anak-anaknya. Ia sangat bersyukur karena tidak sempat memberitahukan kehamilannya kepada Daniel. Sebab, kenyataan pasti akan menempatkan anak-anaknya menjadi yang kedua di mata pria itu.Camila tidak mau

    Last Updated : 2025-01-04
  • Kabur Membawa Tiga Anak Sang Presdir   Bab 7

    Daniel terhenyak. Camila merawatnya?Selama ini, dia pikir Justin lah yang membopongnya ke kamar dan membuatkannya minuman anti pengar. Sebab, asisten pribadinya itu memang selalu melakukan hal yang sama apabila dirinya pulang dalam kondisi mabuk.Diam-diam Daniel menggeram dan tiba-tiba saja suatu ingatan muncul di kepalanya.Pagi itu, selain pengar, Daniel memang terbangun dengan tubuh yang terasa rileks karena aroma yang menempel di tubuhnya terasa sangat menenangkan.Namun, rasa perih yang di punggungnya membuat Daniel terpaksa bangun. Saat itu, Daniel pikir punggungnya membentur sesuatu dan terluka saat mabuk, sehingga ia tak mau memeriksanya lebih jauh.Namun, bagaimana kalau luka itu sebenarnya adalah cakaran dari Camila?Apalagi setelah memikirkan semua yang dikatakan oleh Justin tadi, kemungkinan Camila memang naik ke ranjangnya malam itu sangat besar.Meski begitu, Daniel menggeleng. “Tidak mungkin. Jangan mengada-ngada, Justin. Tidak terjadi apa pun antara aku dan wanita i

    Last Updated : 2025-01-06
  • Kabur Membawa Tiga Anak Sang Presdir   Bab 8

    Lima Tahun Kemudian."Mommy!! Lihat tasku tidak?" "Mommy!! Tolong ikat rambutku!!" Suara teriakan dua anak kecil di ruang keluarga membuat wanita yang tengah memasak menoleh dengan khawatir. “Chris? Bisa bantu Mommy mencari tas Clayton? Sebentar lagi masakan Mommy matang. Tolong yaa?” Suara wanita itu membuat Christopher, anak lelaki yang dimintai tolong, menatap ke arah dua anak kecil lain yang ribut sendiri di ruang keluarga. Pandangan matanya tajam dan berjalan dalam diam ke arah kamar Clayton. Beberapa saat kemudian, Christopher kembali dengan tas yang ditenteng. “Ini apa?” katanya. Melihat itu, Clayton menekukkan pipinya. “Tadi tidak ketemu loh!” “Lain kali, jangan cari pakai hidung.” kata Christopher lagi sebelum kembali melanjutkan aktivitasnya yang tertunda. Sikap Christopher yang datar membuat Clayton kesal dan melempar kakaknya dengan pulpen. “Rasakan! Muka tembok!!” “Sudah! Jangan berkelahi!” wanita itu datang sembari membawa tiga tas bekal yang sudah diisi de

    Last Updated : 2025-01-09
  • Kabur Membawa Tiga Anak Sang Presdir   Bab 9

    Setelah Heinrich dan Triplet pergi kesekolah, Camila juga bergegas bersiap untuk pergi kelokasi yang kelak akan menjadi cabang butik pribadinya.Selesai bersiap Camila bergegas turun lalu berjalan menuju depan gedung apartemen, karena sopir pribadi utusan Heinrich sudah menunggunya sedari tadi.Camila segera masuk kedalam mobil lalu meminta sopir tersebut untuk segera melajukan mobilnya menuju lokasi tempat yang akan ia jadikan butik pribadinya."Antarkan ke Jalan Bougenvile pak". Pinta Camila pada sang sopir."Baik nona". Sopir itu menyahutnya lalu segera melajukan mobilnya menuju lokasi yang disebutkan oleh Camila.Sebenarnya ini bukan pertama kalinya Camila membuka butik, karena sebelumnya ia juga sudah memiliki dua butik di negara Amerika. Semua usaha butiknya bisa berkembang sepesat ini juga karena bantuan sang kakak Heinrich. Selama dalam perjalanan menuju lokasi, pandangan mata Camila selalu tertuju kearah luar jendela. Ia tatap jalanan yang dulu pernah menjadi kenangan diriny

    Last Updated : 2025-01-11
  • Kabur Membawa Tiga Anak Sang Presdir   Bab 10

    Tanpa pikir panjang Camila langsung menuju ke sekolah triplets. Dia berpikir tentang bagaimana bisa salah satu dari anak itu memukul orang. Sesampainya di ruang guru, Camila melihat sudah banyak orang di sana. Triplet dan dua anak laki-laki lain. Satu berwajah murung dan satunya anak lelaki yang sedang menangis dengan hidung disumbat tisu. Tanpa diduga, triplet duduk bertiga dengan tenang. Bahkan chloe duduk sambil makan eskrim yang entah anak itu dapat dari mana. Camila buru-buru menghampiri mereka dan mengecek kondisi mereka. Tidak ada yang luka. Baru kemudian dia bertanya apa yg sebenernya terjadi. "Apa yang terjadi sayang?" Ujar Camila bertanya "Begini mommy-" Chris dan Clayton berusaha menjawab, tapi bu guru sudah lebih dulu menjelaskan kalau Clayton memukul anak yg mimisan itu- Aksel tanpa alasan. "Clayton memukul Aksel duluan nyonya, padahal kami sudah melerainya tapi Clayton tetap saja memukuli Aksel tanpa ampun". Ucap Ibu guru itu terus menyudutkan clayton dan me

    Last Updated : 2025-01-12
  • Kabur Membawa Tiga Anak Sang Presdir   Bab 1

    “Jadi, sejak awal mama sudah tahu kalau suami Kak Camila itu koma?” Suara adiknya, Sovia, membuat gerakan Camila yang hendak mendorong pintu terhenti. Senyum yang awalnya bahagia pun perlahan menghilang. “Iya, karena itu mama memilih untuk mengorbankan dia. Mana mungkin mama mengizinkan kamu untuk menikah dengan pria koma itu kan?” Kini suara ibunya yang terdengar. Perempuan bergaun pengantin itu, Camila, baru saja menyelesaikan rangkaian upacara pernikahan dan berniat untuk mengajak ibu serta adiknya berfoto bersama. Namun, belum sempat Camila mengutarakan keinginannya, percakapan itu malah membuatnya mendengar sesuatu yang berusaha mereka tutup-tutupi.“Mama jahat banget!” Suara Sovia kembali mengudara, tertawa geli. Membuat tangan Camila bergetar. “Katanya keadaan pria itu sangat parah kan? Jelek pula!” lanjut Sovia. “Terus, bisa-bisanya Kak Camila percaya saat mama bilang calon suaminya sedang kunjungan bisnis, makanya nggak bisa ikut prosesi pernikahan.”Rosa tertawa,

    Last Updated : 2025-01-02
  • Kabur Membawa Tiga Anak Sang Presdir   Bab 2

    “Apa yang kamu lakukan di sini?!” Belum sempat Camila menjawab pertanyaan pertama, Daniel Wellington sudah lebih dulu melayangkan pertanyaan kedua dengan nada bicara yang sama.Tajam dan mengintimidasi.Kondisi itu membuat Camila tersadar dan buru-buru menekan tombol darurat sebelum berjalan mendekat ke arah pria itu.“Daniel, kamu sudah sadar? Sebaiknya kamu minum terlebih dulu karena suaramu serak dan perlu—”“Diam dan jawab!! Siapa kamu dan apa yang kamu lakukan di sini?!”Kali ini suara yang Daniel keluarkan begitu tinggi dan terkesan membentak sehingga membuat Camila terkejut. Namun, sekali lagi Camila berusaha mendekat untuk memberi pria itu minum. “Tenanglah, Daniel. Aku istrimu. Kita baru saja menikah tadi pagi.” “Tenang kamu bilang? Istri apa?!” tanya Daniel lagi. “Aku tidak punya istri! Jadi, segera enyah dari hadapanku!!” Bentakan Daniel kali ini sangat serius karena wajah pria itu yang sejak awal sudah pucat semakin tidak baik-baik saja. Apalagi Daniel membentak Camila

    Last Updated : 2025-01-02

Latest chapter

  • Kabur Membawa Tiga Anak Sang Presdir   Bab 10

    Tanpa pikir panjang Camila langsung menuju ke sekolah triplets. Dia berpikir tentang bagaimana bisa salah satu dari anak itu memukul orang. Sesampainya di ruang guru, Camila melihat sudah banyak orang di sana. Triplet dan dua anak laki-laki lain. Satu berwajah murung dan satunya anak lelaki yang sedang menangis dengan hidung disumbat tisu. Tanpa diduga, triplet duduk bertiga dengan tenang. Bahkan chloe duduk sambil makan eskrim yang entah anak itu dapat dari mana. Camila buru-buru menghampiri mereka dan mengecek kondisi mereka. Tidak ada yang luka. Baru kemudian dia bertanya apa yg sebenernya terjadi. "Apa yang terjadi sayang?" Ujar Camila bertanya "Begini mommy-" Chris dan Clayton berusaha menjawab, tapi bu guru sudah lebih dulu menjelaskan kalau Clayton memukul anak yg mimisan itu- Aksel tanpa alasan. "Clayton memukul Aksel duluan nyonya, padahal kami sudah melerainya tapi Clayton tetap saja memukuli Aksel tanpa ampun". Ucap Ibu guru itu terus menyudutkan clayton dan me

  • Kabur Membawa Tiga Anak Sang Presdir   Bab 9

    Setelah Heinrich dan Triplet pergi kesekolah, Camila juga bergegas bersiap untuk pergi kelokasi yang kelak akan menjadi cabang butik pribadinya.Selesai bersiap Camila bergegas turun lalu berjalan menuju depan gedung apartemen, karena sopir pribadi utusan Heinrich sudah menunggunya sedari tadi.Camila segera masuk kedalam mobil lalu meminta sopir tersebut untuk segera melajukan mobilnya menuju lokasi tempat yang akan ia jadikan butik pribadinya."Antarkan ke Jalan Bougenvile pak". Pinta Camila pada sang sopir."Baik nona". Sopir itu menyahutnya lalu segera melajukan mobilnya menuju lokasi yang disebutkan oleh Camila.Sebenarnya ini bukan pertama kalinya Camila membuka butik, karena sebelumnya ia juga sudah memiliki dua butik di negara Amerika. Semua usaha butiknya bisa berkembang sepesat ini juga karena bantuan sang kakak Heinrich. Selama dalam perjalanan menuju lokasi, pandangan mata Camila selalu tertuju kearah luar jendela. Ia tatap jalanan yang dulu pernah menjadi kenangan diriny

  • Kabur Membawa Tiga Anak Sang Presdir   Bab 8

    Lima Tahun Kemudian."Mommy!! Lihat tasku tidak?" "Mommy!! Tolong ikat rambutku!!" Suara teriakan dua anak kecil di ruang keluarga membuat wanita yang tengah memasak menoleh dengan khawatir. “Chris? Bisa bantu Mommy mencari tas Clayton? Sebentar lagi masakan Mommy matang. Tolong yaa?” Suara wanita itu membuat Christopher, anak lelaki yang dimintai tolong, menatap ke arah dua anak kecil lain yang ribut sendiri di ruang keluarga. Pandangan matanya tajam dan berjalan dalam diam ke arah kamar Clayton. Beberapa saat kemudian, Christopher kembali dengan tas yang ditenteng. “Ini apa?” katanya. Melihat itu, Clayton menekukkan pipinya. “Tadi tidak ketemu loh!” “Lain kali, jangan cari pakai hidung.” kata Christopher lagi sebelum kembali melanjutkan aktivitasnya yang tertunda. Sikap Christopher yang datar membuat Clayton kesal dan melempar kakaknya dengan pulpen. “Rasakan! Muka tembok!!” “Sudah! Jangan berkelahi!” wanita itu datang sembari membawa tiga tas bekal yang sudah diisi de

  • Kabur Membawa Tiga Anak Sang Presdir   Bab 7

    Daniel terhenyak. Camila merawatnya?Selama ini, dia pikir Justin lah yang membopongnya ke kamar dan membuatkannya minuman anti pengar. Sebab, asisten pribadinya itu memang selalu melakukan hal yang sama apabila dirinya pulang dalam kondisi mabuk.Diam-diam Daniel menggeram dan tiba-tiba saja suatu ingatan muncul di kepalanya.Pagi itu, selain pengar, Daniel memang terbangun dengan tubuh yang terasa rileks karena aroma yang menempel di tubuhnya terasa sangat menenangkan.Namun, rasa perih yang di punggungnya membuat Daniel terpaksa bangun. Saat itu, Daniel pikir punggungnya membentur sesuatu dan terluka saat mabuk, sehingga ia tak mau memeriksanya lebih jauh.Namun, bagaimana kalau luka itu sebenarnya adalah cakaran dari Camila?Apalagi setelah memikirkan semua yang dikatakan oleh Justin tadi, kemungkinan Camila memang naik ke ranjangnya malam itu sangat besar.Meski begitu, Daniel menggeleng. “Tidak mungkin. Jangan mengada-ngada, Justin. Tidak terjadi apa pun antara aku dan wanita i

  • Kabur Membawa Tiga Anak Sang Presdir   Bab 6

    Sepeninggal Daniel, Camila yang masih berdiri di tangga perlahan merosot ke lantai. Kakinya bergetar dan napasnya tersengal. Beberapa kali Camila berusaha untuk menelepon Daniel, tapi sama sekali tak diangkat.Camila lantas memukul-mukul dadanya yang makin terasa sakit dan air matanya jatuh berguguran. Terhitung hari ini, sudah tiga bulan lamanya dia berjuang dan hasilnya masih nol besar. Ia memang berhasil hamil, tapi apa Daniel akan menerimanya?Dari perlakuan pria itu kepada Gracia, Camila sangat yakin kalau anak yang dikandung wanita itu adalah anak suaminya.Kalau sudah begitu, apa kehamilannya masih ada artinya? Apalagi anak-anak ini lahir dari wanita yang pria itu benci–dirinya.Memikirkan itu, Camila bertekad untuk tidak tinggal dirumah ini lagi. Ia akan pergi jauh membawa anak-anaknya. Ia sangat bersyukur karena tidak sempat memberitahukan kehamilannya kepada Daniel. Sebab, kenyataan pasti akan menempatkan anak-anaknya menjadi yang kedua di mata pria itu.Camila tidak mau

  • Kabur Membawa Tiga Anak Sang Presdir   Bab 5

    "Ya Tuhan. Aku harus apa?" Camila membalik badannya dan berlari pergi dengan air mata yang tertahan. Percakapan Daniel itu menghancurkannya. Gracia adalah nama wanita yang disebutkan oleh Daniel di malam penyatuan mereka, dan kini… wanita itu hamil. Camila menggigit bibirnya, mencoba meredam tangis. Di sana, ia jatuh terduduk di sisi tempat tidur dan memeluk tubuhnya sendiri sembari menahan rasa sakit yang kian menyiksa. Sedetik kemudian, tangis Camila akhirnya pecah dan setiap isakannya terdengar putus asa. Menyakitkan dan miris. Hatinya berperang antara keinginan untuk berteriak dan dorongan untuk bersembunyi dari semua ini. Bagaimana ia bisa mengungkapkan kehamilannya pada pria yang dengan tenang berjanji akan membesarkan anak dari wanita lain? Bagaimana ia bisa meminta Daniel untuk menerima anak-anaknya kalau hatinya pria itu sudah sepenuhnya diberikan kepada Gracia? Camila menangis hingga dadanya terasa sangat sesak. Namun, perlahan ia beranjak karena sebentar lagi aka

  • Kabur Membawa Tiga Anak Sang Presdir   bab 4

    Setelah malam itu, dua bulan sudah Camila menjadi istri seorang Daniel Wellington.Sepanjang masa itu, Daniel tidak pernah mengingat apalagi meminta maaf atas apa yang telah terjadi. Sebab, setelah Daniel lagi-lagi melukai hatinya, wanita itu buru-buru membereskan kamar dan bertingkah seakan tak ada yang terjadi.Meski begitu, kenangan itu membekas seperti luka yang terus menggores setiap sudut ingatannya.Sikap Daniel malam itu membuat Camila trauma, sehingga ia tak lagi pernah merongrong Daniel dengan topik-topik pembicaraan seperti yang ia lakukan sebelumnya.Bahkan, wanita itu tak lagi berani memandang Daniel tepat di matanya dan memilih untuk berbicara dengan jarak minimal satu meter.Meski begitu, Camila tetap memilih menjadi istri yang baik dan menjalani hari-harinya tanpa keluhan.Setiap pagi, ia bangun lebih awal untuk memastikan Daniel tidak pernah melewatkan sarapan dan membuatkan beberapa menu sarapan yang ia bisa.Hari ini, dia turun ke dapur dan mulai memecahkan telur un

  • Kabur Membawa Tiga Anak Sang Presdir   Bab 3

    Penolakan kasar dari Daniel memang sempat membuat Camila down, tapi tidak membuat Camila menyerah untuk berusaha diterima.Karenanya, selama Daniel melakukan pemulihan di rumah sakit, Camila terus mencoba untuk mendekatkan diri dengan pria itu melalui tindakan-tindakan sederhana yang bisa ia lakukan.“Daniel, sudah waktunya untuk melakukan terapi.”Mendengar itu, Daniel mendengus dan menutup laptopnya dengan kasar sebelum kemudian bersiap untuk turun dari kasur.Setelah tangan dan kakinya dapat kembali digerakkan, Daniel memang telah kembali mengurusi urusan perusahaan dan mengambil alih tanggung jawabnya yang telah terbengkalai.Meski begitu, dokter masih menyarankan Daniel untuk menggunakan kursi roda sampai otot-ototnya benar-benar siap.“Berpeganglah pada pundakku.” Camila berkata sambil memeluk pinggang Daniel dengan satu tangan.Sementara tangan Daniel ia sampirkan pada pundaknya.Sejak Daniel bangun hingga saat ini, sudah menjadi tugasnya untuk membantu Daniel berpindah dari te

  • Kabur Membawa Tiga Anak Sang Presdir   Bab 2

    “Apa yang kamu lakukan di sini?!” Belum sempat Camila menjawab pertanyaan pertama, Daniel Wellington sudah lebih dulu melayangkan pertanyaan kedua dengan nada bicara yang sama.Tajam dan mengintimidasi.Kondisi itu membuat Camila tersadar dan buru-buru menekan tombol darurat sebelum berjalan mendekat ke arah pria itu.“Daniel, kamu sudah sadar? Sebaiknya kamu minum terlebih dulu karena suaramu serak dan perlu—”“Diam dan jawab!! Siapa kamu dan apa yang kamu lakukan di sini?!”Kali ini suara yang Daniel keluarkan begitu tinggi dan terkesan membentak sehingga membuat Camila terkejut. Namun, sekali lagi Camila berusaha mendekat untuk memberi pria itu minum. “Tenanglah, Daniel. Aku istrimu. Kita baru saja menikah tadi pagi.” “Tenang kamu bilang? Istri apa?!” tanya Daniel lagi. “Aku tidak punya istri! Jadi, segera enyah dari hadapanku!!” Bentakan Daniel kali ini sangat serius karena wajah pria itu yang sejak awal sudah pucat semakin tidak baik-baik saja. Apalagi Daniel membentak Camila

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status