Share

Bab 3

Penulis: Buna_Ama
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-02 15:05:03

Penolakan kasar dari Daniel memang sempat membuat Camila down, tapi tidak membuat Camila menyerah untuk berusaha diterima.

Karenanya, selama Daniel melakukan pemulihan di rumah sakit, Camila terus mencoba untuk mendekatkan diri dengan pria itu melalui tindakan-tindakan sederhana yang bisa ia lakukan.

“Daniel, sudah waktunya untuk melakukan terapi.”

Mendengar itu, Daniel mendengus dan menutup laptopnya dengan kasar sebelum kemudian bersiap untuk turun dari kasur.

Setelah tangan dan kakinya dapat kembali digerakkan, Daniel memang telah kembali mengurusi urusan perusahaan dan mengambil alih tanggung jawabnya yang telah terbengkalai.

Meski begitu, dokter masih menyarankan Daniel untuk menggunakan kursi roda sampai otot-ototnya benar-benar siap.

“Berpeganglah pada pundakku.” Camila berkata sambil memeluk pinggang Daniel dengan satu tangan.

Sementara tangan Daniel ia sampirkan pada pundaknya.

Sejak Daniel bangun hingga saat ini, sudah menjadi tugasnya untuk membantu Daniel berpindah dari tempat tidur ke kursi roda.

“Kamu pikir aku bodoh?!” Daniel menjawab dengan tajam.

Mendengar itu, Camila hanya bisa terdiam dan tak lagi berbicara, tapi terus cekatan membenarkan posisi pria itu.

Dia sudah cukup terbiasa. Meski Daniel tak lagi sering menolak keberadaannya, tapi ucapannya masih kasar dan tak jarang berisi makian.

“Aku hanya khawatir kamu jatuh seperti waktu itu.” jawab Camila pelan sebelum kemudian mendorong kursi roda Daniel menjauh dari ranjang.

“Lakukan saja tugasmu merawatku dalam diam. Tidak perlu berisik karena aku tak butuh belas kasihmu! Paham?!”

“Baik.”

Mendengar itu, Camila hanya bisa menjawab dengan serak sambil mengeratkan genggamannya di kursi roda Daniel.

Selama pria itu menjalani terapi, Camila memilih untuk merenung di taman rumah sakit yang terletak di depan ruang terapi.

Di sana, Camila terduduk dengan air mata mengalir, sambil menekan dada kirinya yang berdenyut nyeri.

Bohong kalau dia tidak lelah dan tidak sakit hati, karena perasaan tak diterima di mana-mana membuatnya merasa tak diinginkan.

Hanya saja, apa yang bisa dia lakukan?

Sekalipun Daniel mengusirnya dari hadapan pria itu, keluarga Wellington dan Milano pasti sama sekali tidak akan melepaskannya.

“Hapus air matamu menggunakan ini."

Sebuah suara membuat Camila mendongak dan menatap wajah seorang pria yang tak pernah Camila lihat.

Namun, entah mengapa terasa begitu… dekat.

“Apa saya mengenal Anda?” Camila bertanya tanpa mengindahkan permintaan pria itu.

Melihat tingkah Camila yang keheranan, pria itu tersenyum lembut. “Tidak. Hanya saja, aku tidak bisa melihat seorang wanita menangis dengan begitu menyedihkan.”

Pria itu lantas kembali menyodorkan sapu tangannya ke hadapan Camila. “Semoga siapa pun yang kamu tangisi itu bisa cepat sembuh.” sambung pria itu.

“Terima kasih.” Camila menjawab dan balas tersenyum kecil. “Doa yang sama juga kembali padamu, Tuan…?”

“Heinrich.”

“Tuan Heinrich. Sekali lagi terima kasih banyak.”

Perkataan Camila dan gestur gadis itu yang sungkan membuat Heinrich tertawa sebelum kemudian pergi setelah berpamitan.

Sepeninggal Heinrich, Camila tersadar oleh waktu dan buru-buru pergi ke ruangan Daniel.

Namun, baru saja Camila membalikkan badan, Nyonya Amber sudah berada di belakangnya dan tengah memandangnya dengan sangat tajam.

“Anak saya sedang terapi, tapi beraninya kamu meninggalkannya untuk bermesraan dengan pria lain?!”

Mendengar itu, Camila buru-buru mendekat dan berusaha menjelaskan. “Pria itu sama sekali bukan siapa-siapa, Ma. Kami hanya tak sengaja bertemu dan–”

“Saya tidak peduli! Selama kamu masih menyandang nama Wellington, maka kendalikan dirimu agar tidak bertingkah seperti jalang!” potong Nyonya Amber sambil membalikkan badan dan bersiap untuk pergi.

Namun, sebelum kaki wanita itu melangkah, ucapannya kepada Camila membuat gadis itu bergetar.

“Jangan lupa, Camila. Waktumu tersisa dua bulan. Jika dalam rentang waktu itu kamu belum berhasil hamil juga, maka Wellington akan mengembalikanmu ke Milano dan menarik investasi kami. Mengerti?!”

***

Sebulan setelah ancaman itu, Camila semakin gencar mendekati Daniel dan berusaha untuk mendapatkan belas kasih pria itu.

Namun, Daniel sama sekali tak tergoyahkan.

“Bukan urusanku. Sejak awal, aku tidak pernah menganggap diriku terikat pernikahan denganmu. Jadi, jangan bertingkah seolah kamu adalah istriku!”

Ternyata, meski Daniel sudah tahu keinginan ibunya atas Camila, pria itu sama sekali tidak peduli dan malah melangkahkan kaki untuk pergi bersama Justin, asisten pribadinya.

Pada tengah malam saat Camila hendak tidur, suara ketukan pintu memaksanya untuk bangun.

Begitu pintu itu terbuka, Camila terkejut karena mendapati Daniel yang sudah berada dalam kondisi setengah sadar dan berdiri goyah.

Kemeja dan dasi yang awalnya rapi kini terlihat berantakan. Bahkan jas pria itu sudah hilang entah kemana.

“Ya Tuhan! Apa yang terjadi? Bagaimana dia bisa seperti ini?”

Camila bergegas mendekati Daniel dan mengambil alih pria itu dari papahan Justin yang tak kalah berantakkan.

Justin lalu menjelaskan situasinya sambil membopong pria itu ke tempat tidur. Ternyata, pria itu baru saja merayakan pesta kesembuhannya dan berakhir mabuk.

Sepeninggal Justin, Camila segera membenarkan posisi Daniel di atas ranjang dan melepas sepatunya.

Khawatir Daniel tak bisa bernapas dengan baik, Camila melonggarkan dasi pria itu dan membuka tiga kancing teratas kemejanya.

Namun, saat baru saja Camila hendak melepaskan ikat pinggang Daniel, pria itu sudah lebih dulu menarik tangannya dan menukar posisi mereka hanya dengan satu tangan.

Tak hanya itu, Daniel juga menekan kakiCamila dengan lututnya sehingga gadis itu tak bisa berpindah posisi.

“Daniel! Apa yang kamu lakukan? Cepat menyingkir dariku!” Camila berkata dengan gelisah. Sebab, dalam posisi itu, Camila dapat mencium aroma alkohol yang begitu kuat dari mulut Daniel.

Entah berapa banyak yang sudah pria itu minum hingga tak bisa mengambil alih kesadarannya sendiri seperti ini.

“Diam dan menurutlah padaku!” Suara Daniel yang berat dan terdengar semakin dalam hingga Camila bergetar ketakutan.

Belum sempat Camila berkata lebih jauh, Daniel telah menelusupkan kepalanya ke leher gadis itu dan menyesapnya kuat hingga sang empunya menggelinjang hebat.

Camila berusaha untuk mendorong dada Daniel, tapi usahanya sia-sia karena pria itu telah lebih dulu menangkap ke dua tangannya dan menahannya di atas kepala gadis itu.

“Daniel! Hentikan!!” Camila memberontak lebih keras dengan air matanya yang bercucuran.

Daniel bergeming dan terus menekan tangan Camila dengan satu tangan, sementara tangan pria itu yang lain mulai melepaskan piyama yang Camila pakai.

Setelah pakaian mereka terlepas seutuhnya, hal yang ditakutkan oleh Camila pun terjadi–inti mereka menyatu dan Daniel menghentakkan pelepasannya di dalam tubuh Camila.

Daniel lantas merebahkan diri di sebelah Camila dan menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka. Tindakan itu membuat Camila yang telah berbaring miring tertegun.

Setelah mengecup puncak kepalanya dengan sayang, Daniel berbisik menyebut nama seorang gadis.

“Aku mencintaimu, Gracia...”

Bab terkait

  • Kabur Membawa Tiga Anak Sang Presdir   bab 4

    Setelah malam itu, dua bulan sudah Camila menjadi istri seorang Daniel Wellington.Sepanjang masa itu, Daniel tidak pernah mengingat apalagi meminta maaf atas apa yang telah terjadi. Sebab, setelah Daniel lagi-lagi melukai hatinya, wanita itu buru-buru membereskan kamar dan bertingkah seakan tak ada yang terjadi.Meski begitu, kenangan itu membekas seperti luka yang terus menggores setiap sudut ingatannya.Sikap Daniel malam itu membuat Camila trauma, sehingga ia tak lagi pernah merongrong Daniel dengan topik-topik pembicaraan seperti yang ia lakukan sebelumnya.Bahkan, wanita itu tak lagi berani memandang Daniel tepat di matanya dan memilih untuk berbicara dengan jarak minimal satu meter.Meski begitu, Camila tetap memilih menjadi istri yang baik dan menjalani hari-harinya tanpa keluhan.Setiap pagi, ia bangun lebih awal untuk memastikan Daniel tidak pernah melewatkan sarapan dan membuatkan beberapa menu sarapan yang ia bisa.Hari ini, dia turun ke dapur dan mulai memecahkan telur un

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • Kabur Membawa Tiga Anak Sang Presdir   Bab 5

    "Ya Tuhan. Aku harus apa?" Camila membalik badannya dan berlari pergi dengan air mata yang tertahan. Percakapan Daniel itu menghancurkannya. Gracia adalah nama wanita yang disebutkan oleh Daniel di malam penyatuan mereka, dan kini… wanita itu hamil. Camila menggigit bibirnya, mencoba meredam tangis. Di sana, ia jatuh terduduk di sisi tempat tidur dan memeluk tubuhnya sendiri sembari menahan rasa sakit yang kian menyiksa. Sedetik kemudian, tangis Camila akhirnya pecah dan setiap isakannya terdengar putus asa. Menyakitkan dan miris. Hatinya berperang antara keinginan untuk berteriak dan dorongan untuk bersembunyi dari semua ini. Bagaimana ia bisa mengungkapkan kehamilannya pada pria yang dengan tenang berjanji akan membesarkan anak dari wanita lain? Bagaimana ia bisa meminta Daniel untuk menerima anak-anaknya kalau hatinya pria itu sudah sepenuhnya diberikan kepada Gracia? Camila menangis hingga dadanya terasa sangat sesak. Namun, perlahan ia beranjak karena sebentar lagi aka

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • Kabur Membawa Tiga Anak Sang Presdir   Bab 6

    Sepeninggal Daniel, Camila yang masih berdiri di tangga perlahan merosot ke lantai. Kakinya bergetar dan napasnya tersengal. Beberapa kali Camila berusaha untuk menelepon Daniel, tapi sama sekali tak diangkat.Camila lantas memukul-mukul dadanya yang makin terasa sakit dan air matanya jatuh berguguran. Terhitung hari ini, sudah tiga bulan lamanya dia berjuang dan hasilnya masih nol besar. Ia memang berhasil hamil, tapi apa Daniel akan menerimanya?Dari perlakuan pria itu kepada Gracia, Camila sangat yakin kalau anak yang dikandung wanita itu adalah anak suaminya.Kalau sudah begitu, apa kehamilannya masih ada artinya? Apalagi anak-anak ini lahir dari wanita yang pria itu benci–dirinya.Memikirkan itu, Camila bertekad untuk tidak tinggal dirumah ini lagi. Ia akan pergi jauh membawa anak-anaknya. Ia sangat bersyukur karena tidak sempat memberitahukan kehamilannya kepada Daniel. Sebab, kenyataan pasti akan menempatkan anak-anaknya menjadi yang kedua di mata pria itu.Camila tidak mau

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Kabur Membawa Tiga Anak Sang Presdir   Bab 7

    Daniel terhenyak. Camila merawatnya?Selama ini, dia pikir Justin lah yang membopongnya ke kamar dan membuatkannya minuman anti pengar. Sebab, asisten pribadinya itu memang selalu melakukan hal yang sama apabila dirinya pulang dalam kondisi mabuk.Diam-diam Daniel menggeram dan tiba-tiba saja suatu ingatan muncul di kepalanya.Pagi itu, selain pengar, Daniel memang terbangun dengan tubuh yang terasa rileks karena aroma yang menempel di tubuhnya terasa sangat menenangkan.Namun, rasa perih yang di punggungnya membuat Daniel terpaksa bangun. Saat itu, Daniel pikir punggungnya membentur sesuatu dan terluka saat mabuk, sehingga ia tak mau memeriksanya lebih jauh.Namun, bagaimana kalau luka itu sebenarnya adalah cakaran dari Camila?Apalagi setelah memikirkan semua yang dikatakan oleh Justin tadi, kemungkinan Camila memang naik ke ranjangnya malam itu sangat besar.Meski begitu, Daniel menggeleng. “Tidak mungkin. Jangan mengada-ngada, Justin. Tidak terjadi apa pun antara aku dan wanita i

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06
  • Kabur Membawa Tiga Anak Sang Presdir   Bab 1

    “Jadi, sejak awal mama sudah tahu kalau suami Kak Camila itu koma?” Suara adiknya, Sovia, membuat gerakan Camila yang hendak mendorong pintu terhenti. Senyum yang awalnya bahagia pun perlahan menghilang. “Iya, karena itu mama memilih untuk mengorbankan dia. Mana mungkin mama mengizinkan kamu untuk menikah dengan pria koma itu kan?” Kini suara ibunya yang terdengar. Perempuan bergaun pengantin itu, Camila, baru saja menyelesaikan rangkaian upacara pernikahan dan berniat untuk mengajak ibu serta adiknya berfoto bersama. Namun, belum sempat Camila mengutarakan keinginannya, percakapan itu malah membuatnya mendengar sesuatu yang berusaha mereka tutup-tutupi.“Mama jahat banget!” Suara Sovia kembali mengudara, tertawa geli. Membuat tangan Camila bergetar. “Katanya keadaan pria itu sangat parah kan? Jelek pula!” lanjut Sovia. “Terus, bisa-bisanya Kak Camila percaya saat mama bilang calon suaminya sedang kunjungan bisnis, makanya nggak bisa ikut prosesi pernikahan.”Rosa tertawa,

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • Kabur Membawa Tiga Anak Sang Presdir   Bab 2

    “Apa yang kamu lakukan di sini?!” Belum sempat Camila menjawab pertanyaan pertama, Daniel Wellington sudah lebih dulu melayangkan pertanyaan kedua dengan nada bicara yang sama.Tajam dan mengintimidasi.Kondisi itu membuat Camila tersadar dan buru-buru menekan tombol darurat sebelum berjalan mendekat ke arah pria itu.“Daniel, kamu sudah sadar? Sebaiknya kamu minum terlebih dulu karena suaramu serak dan perlu—”“Diam dan jawab!! Siapa kamu dan apa yang kamu lakukan di sini?!”Kali ini suara yang Daniel keluarkan begitu tinggi dan terkesan membentak sehingga membuat Camila terkejut. Namun, sekali lagi Camila berusaha mendekat untuk memberi pria itu minum. “Tenanglah, Daniel. Aku istrimu. Kita baru saja menikah tadi pagi.” “Tenang kamu bilang? Istri apa?!” tanya Daniel lagi. “Aku tidak punya istri! Jadi, segera enyah dari hadapanku!!” Bentakan Daniel kali ini sangat serius karena wajah pria itu yang sejak awal sudah pucat semakin tidak baik-baik saja. Apalagi Daniel membentak Camila

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02

Bab terbaru

  • Kabur Membawa Tiga Anak Sang Presdir   Bab 7

    Daniel terhenyak. Camila merawatnya?Selama ini, dia pikir Justin lah yang membopongnya ke kamar dan membuatkannya minuman anti pengar. Sebab, asisten pribadinya itu memang selalu melakukan hal yang sama apabila dirinya pulang dalam kondisi mabuk.Diam-diam Daniel menggeram dan tiba-tiba saja suatu ingatan muncul di kepalanya.Pagi itu, selain pengar, Daniel memang terbangun dengan tubuh yang terasa rileks karena aroma yang menempel di tubuhnya terasa sangat menenangkan.Namun, rasa perih yang di punggungnya membuat Daniel terpaksa bangun. Saat itu, Daniel pikir punggungnya membentur sesuatu dan terluka saat mabuk, sehingga ia tak mau memeriksanya lebih jauh.Namun, bagaimana kalau luka itu sebenarnya adalah cakaran dari Camila?Apalagi setelah memikirkan semua yang dikatakan oleh Justin tadi, kemungkinan Camila memang naik ke ranjangnya malam itu sangat besar.Meski begitu, Daniel menggeleng. “Tidak mungkin. Jangan mengada-ngada, Justin. Tidak terjadi apa pun antara aku dan wanita i

  • Kabur Membawa Tiga Anak Sang Presdir   Bab 6

    Sepeninggal Daniel, Camila yang masih berdiri di tangga perlahan merosot ke lantai. Kakinya bergetar dan napasnya tersengal. Beberapa kali Camila berusaha untuk menelepon Daniel, tapi sama sekali tak diangkat.Camila lantas memukul-mukul dadanya yang makin terasa sakit dan air matanya jatuh berguguran. Terhitung hari ini, sudah tiga bulan lamanya dia berjuang dan hasilnya masih nol besar. Ia memang berhasil hamil, tapi apa Daniel akan menerimanya?Dari perlakuan pria itu kepada Gracia, Camila sangat yakin kalau anak yang dikandung wanita itu adalah anak suaminya.Kalau sudah begitu, apa kehamilannya masih ada artinya? Apalagi anak-anak ini lahir dari wanita yang pria itu benci–dirinya.Memikirkan itu, Camila bertekad untuk tidak tinggal dirumah ini lagi. Ia akan pergi jauh membawa anak-anaknya. Ia sangat bersyukur karena tidak sempat memberitahukan kehamilannya kepada Daniel. Sebab, kenyataan pasti akan menempatkan anak-anaknya menjadi yang kedua di mata pria itu.Camila tidak mau

  • Kabur Membawa Tiga Anak Sang Presdir   Bab 5

    "Ya Tuhan. Aku harus apa?" Camila membalik badannya dan berlari pergi dengan air mata yang tertahan. Percakapan Daniel itu menghancurkannya. Gracia adalah nama wanita yang disebutkan oleh Daniel di malam penyatuan mereka, dan kini… wanita itu hamil. Camila menggigit bibirnya, mencoba meredam tangis. Di sana, ia jatuh terduduk di sisi tempat tidur dan memeluk tubuhnya sendiri sembari menahan rasa sakit yang kian menyiksa. Sedetik kemudian, tangis Camila akhirnya pecah dan setiap isakannya terdengar putus asa. Menyakitkan dan miris. Hatinya berperang antara keinginan untuk berteriak dan dorongan untuk bersembunyi dari semua ini. Bagaimana ia bisa mengungkapkan kehamilannya pada pria yang dengan tenang berjanji akan membesarkan anak dari wanita lain? Bagaimana ia bisa meminta Daniel untuk menerima anak-anaknya kalau hatinya pria itu sudah sepenuhnya diberikan kepada Gracia? Camila menangis hingga dadanya terasa sangat sesak. Namun, perlahan ia beranjak karena sebentar lagi aka

  • Kabur Membawa Tiga Anak Sang Presdir   bab 4

    Setelah malam itu, dua bulan sudah Camila menjadi istri seorang Daniel Wellington.Sepanjang masa itu, Daniel tidak pernah mengingat apalagi meminta maaf atas apa yang telah terjadi. Sebab, setelah Daniel lagi-lagi melukai hatinya, wanita itu buru-buru membereskan kamar dan bertingkah seakan tak ada yang terjadi.Meski begitu, kenangan itu membekas seperti luka yang terus menggores setiap sudut ingatannya.Sikap Daniel malam itu membuat Camila trauma, sehingga ia tak lagi pernah merongrong Daniel dengan topik-topik pembicaraan seperti yang ia lakukan sebelumnya.Bahkan, wanita itu tak lagi berani memandang Daniel tepat di matanya dan memilih untuk berbicara dengan jarak minimal satu meter.Meski begitu, Camila tetap memilih menjadi istri yang baik dan menjalani hari-harinya tanpa keluhan.Setiap pagi, ia bangun lebih awal untuk memastikan Daniel tidak pernah melewatkan sarapan dan membuatkan beberapa menu sarapan yang ia bisa.Hari ini, dia turun ke dapur dan mulai memecahkan telur un

  • Kabur Membawa Tiga Anak Sang Presdir   Bab 3

    Penolakan kasar dari Daniel memang sempat membuat Camila down, tapi tidak membuat Camila menyerah untuk berusaha diterima.Karenanya, selama Daniel melakukan pemulihan di rumah sakit, Camila terus mencoba untuk mendekatkan diri dengan pria itu melalui tindakan-tindakan sederhana yang bisa ia lakukan.“Daniel, sudah waktunya untuk melakukan terapi.”Mendengar itu, Daniel mendengus dan menutup laptopnya dengan kasar sebelum kemudian bersiap untuk turun dari kasur.Setelah tangan dan kakinya dapat kembali digerakkan, Daniel memang telah kembali mengurusi urusan perusahaan dan mengambil alih tanggung jawabnya yang telah terbengkalai.Meski begitu, dokter masih menyarankan Daniel untuk menggunakan kursi roda sampai otot-ototnya benar-benar siap.“Berpeganglah pada pundakku.” Camila berkata sambil memeluk pinggang Daniel dengan satu tangan.Sementara tangan Daniel ia sampirkan pada pundaknya.Sejak Daniel bangun hingga saat ini, sudah menjadi tugasnya untuk membantu Daniel berpindah dari te

  • Kabur Membawa Tiga Anak Sang Presdir   Bab 2

    “Apa yang kamu lakukan di sini?!” Belum sempat Camila menjawab pertanyaan pertama, Daniel Wellington sudah lebih dulu melayangkan pertanyaan kedua dengan nada bicara yang sama.Tajam dan mengintimidasi.Kondisi itu membuat Camila tersadar dan buru-buru menekan tombol darurat sebelum berjalan mendekat ke arah pria itu.“Daniel, kamu sudah sadar? Sebaiknya kamu minum terlebih dulu karena suaramu serak dan perlu—”“Diam dan jawab!! Siapa kamu dan apa yang kamu lakukan di sini?!”Kali ini suara yang Daniel keluarkan begitu tinggi dan terkesan membentak sehingga membuat Camila terkejut. Namun, sekali lagi Camila berusaha mendekat untuk memberi pria itu minum. “Tenanglah, Daniel. Aku istrimu. Kita baru saja menikah tadi pagi.” “Tenang kamu bilang? Istri apa?!” tanya Daniel lagi. “Aku tidak punya istri! Jadi, segera enyah dari hadapanku!!” Bentakan Daniel kali ini sangat serius karena wajah pria itu yang sejak awal sudah pucat semakin tidak baik-baik saja. Apalagi Daniel membentak Camila

  • Kabur Membawa Tiga Anak Sang Presdir   Bab 1

    “Jadi, sejak awal mama sudah tahu kalau suami Kak Camila itu koma?” Suara adiknya, Sovia, membuat gerakan Camila yang hendak mendorong pintu terhenti. Senyum yang awalnya bahagia pun perlahan menghilang. “Iya, karena itu mama memilih untuk mengorbankan dia. Mana mungkin mama mengizinkan kamu untuk menikah dengan pria koma itu kan?” Kini suara ibunya yang terdengar. Perempuan bergaun pengantin itu, Camila, baru saja menyelesaikan rangkaian upacara pernikahan dan berniat untuk mengajak ibu serta adiknya berfoto bersama. Namun, belum sempat Camila mengutarakan keinginannya, percakapan itu malah membuatnya mendengar sesuatu yang berusaha mereka tutup-tutupi.“Mama jahat banget!” Suara Sovia kembali mengudara, tertawa geli. Membuat tangan Camila bergetar. “Katanya keadaan pria itu sangat parah kan? Jelek pula!” lanjut Sovia. “Terus, bisa-bisanya Kak Camila percaya saat mama bilang calon suaminya sedang kunjungan bisnis, makanya nggak bisa ikut prosesi pernikahan.”Rosa tertawa,

DMCA.com Protection Status