Aira Albilqis, lebih akrabnya sering di panggil dengan Aira. Gadis remaja itu, kini berusia 18 tahun. Saat ini, dia duduk di bangku SMA kelas XII IPA - B. Aira hidup hanya berdua dengan sang Ayah. Ibu nya meninggal ketika melahirkannya, karena pendarahan yang hebat membuat nyawa nya tidak tertolong. Walaupun hanya berdua, Aira bersyukur, meski pekerjaan yang membuat Ayah nya jauh dari Aira.
Alan — Ayahnya Aira, pria itu tinggal di Wellington. Karena ada projek yang dia kerjakan membuat nya tidak bisa pulang ke tanah air, dia akan pulang beberapa bulan sekali untuk menjenguk Aira.
Jika membahas soal fisik, Aira termasuk golongan cewek cantik disekolahnya. Wajahnya yang manis dan cantik, menurun dari mendiang Ibu nya. Ditambah, tatapan yang begitu sendu yang membuat siapapun merasa tenang ketika melihatnya. Hampir satu sekolah tahu Aira, selain cantik, gadis itu juga terkenal dengan kepintarannya. Dia sering kali mengikuti olimpiade, sudah 4 piala besar yang dia bawa selama mengikuti olimpiade. Kepintaran itu menurun dari Alan.
Kembali ke dunia nyata, Aira baru saja keluar dari bilik kamar mandi. Dia mengelus perutnya yang terasa lega, karena tak sesakit tadi. Selama jam pelajaran, Aira menahan perutnya untuk buang air besar. Dia juga menahan angin yang ingin keluar.
“Hahhhh,” Aira menarik nafas panjang lega
“Udah selesai? Udah puas?” sindir gadis yang rambutnya diikat menjadi satu. Dia Tiara, temannya Aira.
Aira menyengir, lalu mengangguk. “Udah dong,” balasnya dengan santai sambil mengelua perutnya
“Lama banget sih lo, kaya buang harta lo.” sinis Tiara
Aira menyengir, “Ya, namanya BAB, ya buang harta.”
“Udahlah, ayok ke kantin gue laper banget.” ajak Tiara
Aira terkekeh. Kini dia mengerti kenapa Tiara marah marah, ternyata Tiara pengen cepat cepat ke kantin untuk bertemu dengan pacarnya, Gino.
“Eishh, bilang aja lo ini mau cepet cepet ketemu si Gino. Dasar bucin, ayok,” Aira merangkul Tiara, lalu mereka melangkahkan kaki nya menuju kantin
Tiara melepaskan rangkulan Aira, dia menggandeng tangan Aira. “Kalau tau gue mau ketemu Gino, yaudah jalannya cepetan.” Tiara melangkahkan kaki nya dengan cepat, menarik tangan Aira untuk berjalan lebih cepat
Setelah berada di kantin, Tiara langsung mengajak Aira untuk duduk di meja Gino.
“Hai, Ti. Kok lama, kenapa?” tanya Gino sambil mengelus puncak kepala Tiara
Bukan hal aneh, jika Gino dan Tiara bermesraan di depannya. Dua manusia itu sering sekali bucin tidak tahu tempat, contohnya sekarang di kantin, banyak sekali murid murid tapi mereka seolah tidak peduli, serasa dunia milik berdua. Gino dan Tiara berpacaran ketika mereka kelas sebelas, hubungan mereka akan berjalan satu tahun.
“Noh, si Aira berak nya lama banget. Aku nunggu dia di depan toilet, lamaaa banget ditambah toiletnya bau banget.” adu Tiara
Gino dan temannya tertawa mendengar aduan Tiara. “Mungkin berak nya si Aira yang bau,” gurau temannya Gino. Dia Raffi.
Aira menatap sinis Raffi yang duduk di sebelahnya. “Gak ya! Berak gue tuh wangi, sembarangan lo kalau ngomong.” sewot Aira
Raffi tertawa, “Biasanya, kalau orang yang sewot, itu benar.”
“Ngomong apa sih lo, udah pesenin gue makanan dong.” pinta Aira
“Pesen aja sendiri,” tolak Raffi
“Nyebelin banget lo Fi,” kesal Aira
“Ti, jadi gak sekarang ke rumah aku?” tanya Gino yang membuat Aira dan Raffi menatap Gino
“Kalian mau ngapain di rumah Gino, anjir?” tanya Raffi yang salah paham
“Mau pacaran,” jawab Gino dengan santai
Tiara memukul lengan Gino pelan, “Gin ih, jangan jujur banget.”
“Astagfirullah, Gin, Ti, insyaf lo pada. Gila ya lo, mau pacaran dirumah, apalagi rumah si Gino kosong.” sahut Raffi
“Iya, Ti, lo mau ngapain pacaran di rumah?” timpal Aira
“Ih, kita gak macam macam. Kita juga mau ajak kalian, mau ya?” pinta Tiara
“Yangg, jadi nya main bukan pacaran dong,” rengek Gino
“Heh! Gak boleh berduaan anjir. Godaan setan lebih dasyat.” nasihat Raffi
“Yaudah, kalian ikut aja,” balas Tiara
“Gue gak bisa, adek gue harus bimbel, gue yang anterin sambil nunggu dia pulang. Lo aja Ra, jagain tuh dua bocah. Awasin mereka.” perintah Raffi
“Lah, kok gue? Lo juga lah, si Gino temen lo,” protes Aira
“Tiara juga teman lo,” balas Raffi
“Udah, udah, jangan berantem. Jadi kalian mau ikut atau gak?” tanya Tiara
“Si Aira ikut,” jawab Raffi
Aira membulatkan matanya, dia membuang nafas panjang. “Yaudah, gue ikut kalian berdua. Puas lo?” sungut Aira
Raffi tertawa puas, dia mengelus rambut Aira. “Bagus!”
Aira memutarkan bola mata, “Cepet pesenin gue makanan!”
“Gue juga,”
“Gue juga, Raff,”
“Aish sialan!” umpat Raffi
****
“Ini rumah lo, Gin?” tanya Aira sambil melangkahkan kaki nya untuk masuk ke dalam rumah Gino yang besar
Gino menggelengkan kepalanya, “Bukan, rumah orang tua gue. Jadi jangan puji gue, puji aja orang tua gue yang udah bikin nih rumah.” jawab Gino
Sebenarnya, Aira tidak ingin ikut dengan Gino dan Tiara karena dia tahu dia akan didiamkan seperti orang hilang. Mereka kalau udah bucin, lupa segelanya. Tapi jika Aira tidak ikut, Aira lebih takut. Takut mereka akan berbuat hal hal aneh, apalagi mereka masih sekolah. Aira yang statusnya sebagai sahabat Tiara, merasa bertanggung jawab atas pergaulan Tiara. Karena orang tua Tiara tahu, kalau Tiara hanya berteman dengan Aira.
Rumah Gino sangat besar. Benar ucapan Raffi, rumah Gino sangat sepi. Tidak ada siapapun, hanya ada satpam yang tadi membuka pagar untuk mobil Gino. Gino benar benar anak tajir.
“Heh! Gue ingetin, jangan macem macem. Awas ya lo pada. Gue gak mau deket lo pada, jadi gue nunggu disini, tapi kalian juga jangan jauh jauh.” pesan Aira dengan tidak sopan dia menjatuhkan dirinya ke sofa
“Gak sopan lo, Ra,” tegur Tiara
“Biaran, orang gue capek. Udah sana, pergi jauh jauh biarin mata gue jernih.” usir Aira
“Kita di kolam ya, Ra, gak jauh dari sini.” ucap Gino
“Hemm, tapi jangan aneh aneh. Kalau ketauan aneh aneh, gue bunuh satu satu.” kelakar Aira
Gino dan Tiara melangkahkan kaki nya menjauh dari Aira. Aira percaya bahwa mereka tidak akan macam macam, tapi kan tidak ada yang tau jika nanti terjadi aneh aneh makannya harus diawasi.
“Besar sih rumahnya, tapi sepi. Eh, sama aja sama rumah gue.” monolog Aira
Aira tersentak kaget ketika pintu utama dibuka dengan sedikit kasar hingga menimbulkan suara yang nyaring. Aira langsung berdiri ketika melihat pria yang menggunakan pakaian formal masuk ke dalam dan melangkahkan kaki nya mendekat ke Aira
Aira tersenyum ramah, “Halo Om, selamat siang. Om nya Gino, ya?” sapa Aira
Tidak ada wajah ramah dari pria itu, hanya ada tatapan sinis. “Enak aja manggil Om. Saya masih muda. Dan lagi, saya bukan Om nya Gino. Saya kakak sepupu nya!” tegas pria itu
Aira membulatkan matanya, “Ya biasa aja dong, saya kan gak tau. Lagian pakaiannya kaya om - om.” ejek Aira
Pria membulatkan matanya, “Apa kamu bilang?” geram pria itu
“Iya, kamu seperti om - om. Gak budeg kan?”
Pria itu menggeram kesal, “Hishh bocah ini, mana Gino?”
“Nanya yang sopan!” tegur Aira
“Kamu aja tidak sopan kepada saya!”
“Om nya aja yang datang datang nyari masalah.”
“Jangan panggil saya Om!”
“Terus apa? Mas? Abang? Kakak? Ngarep!”
“Menyebalkan nya bocah ini.”
“Nama saya bukan bocah! Nama saya Aira, kalau Om mau tau.” tegas Aira
“Air galon maksud mu?” ejek pria itu
“Air kencing!” sinis Aira
Pria itu terkekeh. “Dimana Gino?” tanya nya dengan nada yang sedikit berubah, tidak sekasar tadi.
“Di kolam lagi pac-”
“Bang Agarish?!”
****
Jangan lupa comment dan vote ya. Tambahkan juga cerita ini ke ceritamu!
“Kak Agarish?!”Ya, pria yang berada di hadapan Aira adalah Agarish Sadajiwa Yaksa. Seorang pengusaha muda, yang nama nya sedang terkenalnya di majalah bisnis. Ditambah, wajahnya sering muncul di layar kaca. Menampilkan kesuksesan yang di raih Agarish diusia muda.Agarish dan Aira menatap Gino yang berdiri sedikit jauh dari mereka. Gino melangkahkan kaki ke arah mereka“Lo ngapain disini, Kak?” tanya Gino“Orang tua lo nyuruh gue buat ngecek lo, takutnya lo aneh aneh dirumah. Ternyata, lo bener ngelakuin aneh aneh sampai bawa cewek gila ini kerumah.” jelas AgarishAira yang mengerti yang dimaksud pria itu bahwa cewek gila itu adalah dirinya. “Eh! Enak aja bilang gue cewek gila. Gur waras ya!” sewot AiraAgarish menjitak kening Aira, “Gak sopan ke saya. Saya lebih tua dari kamu.” tegur Agarish“Nahkan nyebelin. Tadi Gino manggil dia pa
“Kemarin gimana dianterin sama Kak Agarish?” tanya TiaraAira mengerutkan keningnya, diantar oleh Agarish? Kapan? Aira tidak pernah merasa diantara oleh Agarish. Aira mencoba mengingat ngingat dan dia yakin bahwa dia tidak pernah diantara oleh kakak sepupu nya Gino.“Kapan? Gue gak pernah diantar sama Om itu,” tanya balik Aira“Om? Kok lo manggilnya Om sih? Dia tuh masih muda, kalau kata Gino 'Dia masih single dari bayi. Umurnya juga baru 25 tahun.” heran Tiara“Bukan kah penampilannya seperti om - om?” tanya Aira dengan polosTiara membuka mulutnya tak percaya. Penampilan Agarish seperti om - om? Dari mana nya. Bahkan Tiara terpesona dengan tampannya seorang Agarish yang menggunakan pakaian formal, terlihat pesona yang semakin kuat. Tiara juga sering kali melihat Agarish muncul layar televisi. Dulu, Tiara sempat menyulai Agarish sebelum tahu bahwa Agarish adalah kakak se
30 menit sudah berlalu. Aira menatap soal yang ada di hadapannya, soal itu sudah selesai ia kerjakan. Aira tidak butuh waktu yang lama, dia hanya butuh mengingat jawaban jawaban tadi dan mengoreksi jawaban yang ragu. Aira yakin pasti jawaban yang tadi dan sekarang sama, mungkin ada beberapa yang berbeda. Bel pulang sudah berbunyi dari 15 menit yang lalu, Aira merapikan soal dan jawaban jawabannya untuk menjadi satu. Aira memasukkan pensil nya ke dalam saku rok nya. Aira tidak langsung keluar, dia duduk menghela nafas lelah. Pikirannya benar benar capek, Aira menjawab 200 soal. Aira capek. Dia ingin istirahat, dia benar benar lemas. Aira terlalu memforsir tubuhnya. Aira berdiri, dia melangkahkan kaki nya keluar dari lab. Baru saja keluar dari lab beberapa langkah, Aira kaget dengan kehadiran Agarish. Pria itu duduk di bangku koridor sendiri. “Kak Aga, ngapain disini?” tanya Aira Agarish mendongak, dia berdiri dari duduknya. “Nun
Hari minggu ini, Aira bingung dengan kehadiran Tiara dan Gino yang datang kerumahnya pagi pagi sekali. Bahkan pasangan itu, sudah rapi dengan pakaiannya masing masing. Mereka terlihat akan melakukan kencan.“Ngapain kesini? Please, gue males liat kebucinan kalian.” tanya Aira dengan wajah yang ditekuk“Lo liat gosip gak Ra?”Aira mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan Tiara. “Gosip? Apaan?”“Lo ada masalah sama Kak Agarish? Kemarin gue mau nanya sama dia, tapi ponselnya gak aktif. Jadi gue sama Tiara berinisiatif buat datang kerumah lo,” tanya GinoAira mengangguk paham. Ternyata permasalahan dia dan Agarish sudah diketahui. Disekolahnya, ada seseorang yang menjadi admin akun gosip SMA Garuda. Aira tidak tahu siapa adminnya, tapi dia merasa salut kepada admin yang selalu tahu masalah masalah yang dialami oleh setiap siswa disekolah. Sangat gerak cepat.Ai
Rumah Bintang cukup jauh dari rumah Aira, rumah Bintang berada di sebuah pendesaan. Setelah Bintang mengirim alamat rumah nya kepada Aira, Aira segera siap siap. Setelah dirasa sudah siap, Aira segera memesan ojek online. Tak lama kemudian, ojek online pun sudah datang. “Dengan Mba Aira?” tanya nya Aira mengangguk, “Benar Mas,” “Ke jalan Angga Direja ya Mba?” Aira mengangguk lagi “Di pake Mba helm nya, biar selamat sampai tujuan.” Aira menerima nya, lalu memakainya. Aira naik ke atas motor matic itu dan motor pun mulai melaju dengan kecepatan sedang. “Semalam hujan ya Mba, jadi jalannya cukup licin. Harus extra hati hati ini mah,” ucap nya “Iya Mas, tapi saya gak tau soalnya udah tidur.” Driver ojol pun terkekeh pelan “Astagfirullah!” pekik Driver ojol membuat Aira kaget “AAAAA!” Brug! Aira
Selamat membaca “Tadinya aku mau kerumah Bintang buat bantu dia ngerjain tugas, tapi karena kecelakaan itu kayak nya aku gak bisa kerumah Bintang deh.” jelas Aira “Ya memang gak bisa!” sewot Agarish Aira tersentak kaget, dia menatap tajam Agarish. “Ya biasa aja dong! Aku kan cum- eh aku belum ngabarin Bintang kalau aku gak bisa kerumah nya. Mana ponsel ku?” tagih Aira “Dimobil. Pakai ponsel saya,” Agarish menyodorkan ponsel yang berlogo apple keluaran terbaru. “Tapi aku gak inget nomber nya,” Agarish membuang nafasnya. Dia mencari nomber Aji untuk menelfon nya. “Antarkan ponsel yang tertinggal di mobil ke UGD.” suruh Agarish ketika sudah tersambung dengan nomber Aji “Iya Pak, sebentar lagi saya kesana.” balas Aji Agarish memutuskan sambungan telefonnya. Dia menyimpan kembali ponsel nya di kantung celana nya. “Sebentar lagi supir saya akan ant
Selamat membaca.... "Neng Air, gimana keadaannya?" tanya Bi Iin Bi Iin adalah pembantu di rumah Aira. Biasanya, Bi Iin akan datang kerumah Aira hari senin, rabu dan minggu untuk membersihkan rumah Aira. Pekerjaan Bi Iin tidak full, karena ini kemauan Aira sendiri. Tapi karena tadi Bi Iin ditelefon oleh majikannya, bahwa Aira kecelakaan dan meminta Bi Iin untuk merawat Aira. Akhirnya Bi Iin memutuskan untuk tinggal bersama Aira, mengurus gadis itu. "Aku gakpapa Bi. Disuruh Ayah ya? Maaf ya ngerepotin Bibi." balas Aira Bi Iin tersenyum, layaknya seorang Ibu yang menenangkan perasaan anaknya. "Ish bicara apa si Neng nih. Kan harusnya emang gini, Bibi yang jaga Neng. Pokoknya sekarang Bibi yang ngurus keperluan Neng semua nya. Ayah sama Bibi khawatir denger keadaan Neng," Aira tersenyum, "Makasih Bi." Bi Iin sudah bekerja puluhan tahun dengan kel
Selamat membaca. “Tiara!” Tiara menghentikan langkahnya ketika seorang pria memanggilnya. Dia Raffi, temannya Gino. Raffi berlari menuju Tiara. “Apa?” “Lo udah denger belum kalau Aira kecelakaan?” tanya Raffi Tiara membulatkan matanya, “Jangan bercanda lo. Mana ada Aira kecelakaan, kemarin pagi gue kerumah dia. Ngaco lo!” sewot Tiara Raffi menghembuskan nafasnya, “Gue denger dari Bu Ratna sama si Gino sih. Katanya, Kakak nya si Gino yang nolongin Aira.” “Kakaknya? Siapa? Oh Agarish. Hah? Agarish? Masa iya? Tapi Gino gak bilang apapun ke gue.” “Si Gino lagi di kantin. Biasalah.” ucap Raffi Kebiasaan Gino adalah ketika dia datang kesekolah, dia tidak langsung ke kelas, tapi dia akan pergi ke kantin untuk memborong seluruh permen karet kasukaannya. “Lo